“Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu, belajarlah untuk tenang dan
sabar.” (Khalifah Umar).
Tertulislah kisah dalam sejarah,
dari negeri antah berantah. Sebut saja dia Dono Supaijo. Dono sang mahasiswa
dari salah satu perguruan tinggi di negerinya yang antah berantah. Dalam
kisahnya, Dono adalah mahasiswa biasa, bukan dari keturuan ningrat bahkan
konglomerat, tapi tak mau pula dia disebut mahasiswa melarat, meski segudang
beasiswa dia dapat. Bagi Dono, nasib seseorang ada pada kesabaran dan ketangguhan berjuang. Jadi anggap saja dia
mahasiswa perjuangan.
Suatu hari Dono
sedang mengikuti kuliah Bahasa Arab di kampusnya. Dengan semangat ’45 dia
membuka buku kitab kuningnya, yah meski
kitab kuning ini berisi huruf arab tak berharokat sekali pun, dia tetap happy-happy
aja. Soalnya dia punya kesabaran seluas samudera, bahkan setinggi gunung
himalaya dalam rangka meluluhlantahkan kemalasanannya untuk menguasai bahasa Al
Qur’an tersebut. Dan bisa jadi juga karena dia punya mimpi bisa kuliah di Mesir.
Kemudian
mari alihkan pandangan pada si Jono teman sekelas Dono. Mahasiswa dari negeri
antah berantah yang selalu betah berada di zona nyaman, aman tentram dan masa
depan dijamin tidak suram. Udah kaya, mau ngaapain aja, ya tetap bisa. Mahasiswa
satu ini selalu tidur saat pak Dosen mulai membaca kitab tak berharokat
tersebut. Mata kuliah Bahasa Arab baginya sangat sulit, kadar kesulitannya bisa
jadi pakai kuadrat. Dia tidak sabar menekuni mata kuliah yang dianggap sulit
itu, dan sifat malasnya itulah yang meninabobokan dirinya. Lantas mau nyari apa
si Jono di bangku kuliah? Ah, tentu saja ijazah.
Baginya kuliah
adalah untuk mendapatkan ijazah, maklum orang kaya gitu loh. Uang tersedia
sampai tujuh turunan. Lagi pula formalitas ijazah dari perguruan tinggi ternama
tidak mungkin diragukan lagi kebenarannya oleh setiap perusahaan, terutama
perusahaan bapaknya sendiri. Jono pun bermimpi indah di saat kuliah berlangsung.
Ya
begitulah, kenyataan yang mencolok sekali ketika sesorang ditempatkan di posisi
tidak berpunya dengan sesorang yang sudah jaya. Dalam belajar mereka tiada
moivasi lagi untuk mendapatkan ilmu, tidak sabar apalagi tenang. Kenyataan yang
ada adalah ketenangan karena masa depan telah terjamin bila bapaknya adalah
pemilik perusahaan ternama. Lain pula dengan mereka yang masih kaum papa,
semangat kemerdekaan selalu dijunjungnya kemana-mana, meski merdeka hanya diingat
sekali saja dalam setahun.
Fenomena
ini terjadi pada kaum muda saat ini. Hal ini mungkin berbeda sekali di zaman
dahulu, ketika umat islam berada di dalam masa kegelapan. Umat islam lebih
banyak bersusah payah menuntut ilmu dan mengembangkan ilmu pengetahuan hingga
berjaya di abad klasik. Hingga suatu ketika di abad modern justru mengalami
kemunduran dibandingkan dengan negeri barat. Ada apa gerangan? Dan ternyata
kejayaanlah yang melalaikan segalanya.
Berkaca
pada khalifah Umar. Beliau berkata bahwa dalam menuntut ilmu, kita harus sabar
dan tenang. Dalam kesabaran itulah Allah SWT menuntun hamba-hambanya dalam
memahami suatu ilmu. Begitu pula ketenangan dalam menuntut ilmu sangat
diperlukan bagi para penuntut ilmu. Hati yang sabar dan tenang, memudahkan ilmu
dapat dipahami. Orang yang tidak sabar, tidak akan memperoleh ilmu. Hal ini
karena rasa malas akan menghantuinya dan selalu menjadi temannya di setiap
waktu sehingga tertutuplah pintu ilmu dari otak.
Allah
berfirman dalam Qs. Al Baqarah ayat 153 yang artinya , “Hai
orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” Dari ayat tersebut dapat
kita pahami bahwa Allah akan bersama dengan orang-orang yang sabar. Selain itu
Allah menyeru pada hambanya supaya menjadikan sabar dan sholat sebagai
penolong.
Jadi tidak salah jika khalifah Umar
menyarankan kita, sebagai sang penuntut ilmu untuk sabar dan tenang dalam meraih
ilmu. Ilmu bukanlah untuk memperoleh ijazah saja, melainkan untuk menjalankan
perintah Allah dan meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kesabaran dalam
meraih ilmu merupakan ibadah kepada Allah, dan Allah akan menolong orang-orang
yang bersabar dalam meraih ilmu. Marilah bersabar dalam meraih ilmu, hingga
bahagia dunia dan akhirat.
No comments:
Post a Comment