Friday, 10 October 2014

Meraih Ilmu Dengan Sabar

“Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu, belajarlah untuk tenang dan sabar.” (Khalifah Umar).

Tertulislah kisah dalam sejarah, dari negeri antah berantah. Sebut saja dia Dono Supaijo. Dono sang mahasiswa dari salah satu perguruan tinggi di negerinya yang antah berantah. Dalam kisahnya, Dono adalah mahasiswa biasa, bukan dari keturuan ningrat bahkan konglomerat, tapi tak mau pula dia disebut mahasiswa melarat, meski segudang beasiswa dia dapat. Bagi Dono, nasib seseorang ada pada kesabaran dan  ketangguhan berjuang. Jadi anggap saja dia mahasiswa perjuangan.
Suatu hari Dono sedang mengikuti kuliah Bahasa Arab di kampusnya. Dengan semangat ’45 dia membuka buku  kitab kuningnya, yah meski kitab kuning ini berisi huruf arab tak berharokat sekali pun, dia tetap happy-happy aja. Soalnya dia punya kesabaran seluas samudera, bahkan setinggi gunung himalaya dalam rangka meluluhlantahkan kemalasanannya untuk menguasai bahasa Al Qur’an tersebut. Dan bisa jadi juga karena dia punya mimpi  bisa kuliah di Mesir.
            Kemudian mari alihkan pandangan pada si Jono teman sekelas Dono. Mahasiswa dari negeri antah berantah yang selalu betah berada di zona nyaman, aman tentram dan masa depan dijamin tidak suram. Udah kaya, mau ngaapain aja, ya tetap bisa. Mahasiswa satu ini selalu tidur saat pak Dosen mulai membaca kitab tak berharokat tersebut. Mata kuliah Bahasa Arab baginya sangat sulit, kadar kesulitannya bisa jadi pakai kuadrat. Dia tidak sabar menekuni mata kuliah yang dianggap sulit itu, dan sifat malasnya itulah yang meninabobokan dirinya. Lantas mau nyari apa si Jono di bangku kuliah? Ah, tentu saja ijazah.
Baginya kuliah adalah untuk mendapatkan ijazah, maklum orang kaya gitu loh. Uang tersedia sampai tujuh turunan. Lagi pula formalitas ijazah dari perguruan tinggi ternama tidak mungkin diragukan lagi kebenarannya oleh setiap perusahaan, terutama perusahaan bapaknya sendiri. Jono pun bermimpi indah di saat kuliah berlangsung.
            Ya begitulah, kenyataan yang mencolok sekali ketika sesorang ditempatkan di posisi tidak berpunya dengan sesorang yang sudah jaya. Dalam belajar mereka tiada moivasi lagi untuk mendapatkan ilmu, tidak sabar apalagi tenang. Kenyataan yang ada adalah ketenangan karena masa depan telah terjamin bila bapaknya adalah pemilik perusahaan ternama. Lain pula dengan mereka yang masih kaum papa, semangat kemerdekaan selalu dijunjungnya kemana-mana, meski merdeka hanya diingat sekali saja dalam setahun.
            Fenomena ini terjadi pada kaum muda saat ini. Hal ini mungkin berbeda sekali di zaman dahulu, ketika umat islam berada di dalam masa kegelapan. Umat islam lebih banyak bersusah payah menuntut ilmu dan mengembangkan ilmu pengetahuan hingga berjaya di abad klasik. Hingga suatu ketika di abad modern justru mengalami kemunduran dibandingkan dengan negeri barat. Ada apa gerangan? Dan ternyata kejayaanlah yang melalaikan segalanya.
            Berkaca pada khalifah Umar. Beliau berkata bahwa dalam menuntut ilmu, kita harus sabar dan tenang. Dalam kesabaran itulah Allah SWT menuntun hamba-hambanya dalam memahami suatu ilmu. Begitu pula ketenangan dalam menuntut ilmu sangat diperlukan bagi para penuntut ilmu. Hati yang sabar dan tenang, memudahkan ilmu dapat dipahami. Orang yang tidak sabar, tidak akan memperoleh ilmu. Hal ini karena rasa malas akan menghantuinya dan selalu menjadi temannya di setiap waktu sehingga tertutuplah pintu ilmu dari otak.
            Allah berfirman dalam Qs. Al Baqarah ayat 153 yang artinya , “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” Dari ayat tersebut dapat kita pahami bahwa Allah akan bersama dengan orang-orang yang sabar. Selain itu Allah menyeru pada hambanya supaya menjadikan sabar dan sholat sebagai penolong.
            Jadi tidak salah jika khalifah Umar menyarankan kita, sebagai sang penuntut ilmu untuk sabar dan tenang dalam meraih ilmu. Ilmu bukanlah untuk memperoleh ijazah saja, melainkan untuk menjalankan perintah Allah dan meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kesabaran dalam meraih ilmu merupakan ibadah kepada Allah, dan Allah akan menolong orang-orang yang bersabar dalam meraih ilmu. Marilah bersabar dalam meraih ilmu, hingga bahagia dunia  dan akhirat. 

No comments:

Post a Comment