Friday, 10 October 2014

Surat Cinta Yang Ditukar

Pagi ini kelas X B sedang ramai-ramainya. Benar saja, karena guru mereka yang terkenal killer¸tidak bisa hadir karena ada urusan penting yang tidak dapat ditinggalkan, seperti ke toilet mungkin. Ada-ada saja, untuk mengajar mendadak ada acara yang tidak bisa ditinggalkan.
            Bagi sebagian murid mungkin ini musibah, karena tidak bisa belajar hari itu. Tapi tidak untuk kelas X B SMA Satu Nusa Satu Bangsa. Mereka tampak santai, senang, gembira ria. Berlarian ke sana-ke mari seperti ayam kehilangan ibu gurunya. Eh? Ayam kehilangan induknya.
            Tersebutlah hari itu seorang anak manusia bernama Jono sedang senyum-senyum sendiri melihat Nurma teman sekelasnya. Jono yang terlihat kalem dan apa adanya itu sudah sekian lama mengaggumi Nurma. Yah, meski bagai pungguk merindukan bulan. Nyatanya Nurma cuek-cuek aja tuh nanggepi si Jono. Akhirnya jutaan lagu tercipta untuk Nurma si Cinderelanya Jono, bahkan puisi, kumpulan cerpen, sampai surat cinta yang membuatnya malu, malu pakai banget ketika itu.
***
Pernah suatu ketika di gerbang sekolah, dia sudah latihan dengan suara rock and roll ala Candil Serius untuk menunjukan betapa cintanya dia pada Nurma dengan deklamasi puisi cinta. Berbait-bait puisi dia siapkan sebagai amunisi cinta untuk sang pujaan hati.
Pukul 7.00, Jono standby di depan gerbang sekolah. Berharap Nurma datang dan mendengarkan dekalamasi puisi cinta dari pangeran kodok.
“Hloh, kok pangeran kodok?” gumam Jono pada dirinya sendiri.
Setan jahat dalam hatinya berbisik, “Lhah iya, kalau pangeran kodok dapat cium dari Nurma,si kodok  jadi ganteng kaya kamu Jon. Suwer tak kewer-kewer deh.” Setan tertawa jahat dengan nasihat konyol yang mengalun syahdu bak dokter cinta yang berikan nasihat bagi si pasien.
Jono tertawa girang mendengar setan jahat ngompori dirinya, sambil menyiapkan berlembar-lembar puisi karangannya semalam.  
Setan baik pun berikan dakwah yang tak kalah strategi dari setan jahat. “Halah Jon, norak bener caramu itu. Cinta adalah anugerah yang Maha Kuasa. Cowok ganteng bilang cinta bukan pada wanita, tapi pada bapaknya. Nglamar maksud gue” Kata setan baik sambil kipas-kipasin hawa surga ke kuping Jono sebelah kanan.
“Ah bener juga, kenapa gue repot-repot buat puisi segala.Yah, nanti kalau gue diterima, kalau nggak? Puisi gue dilempar ke tong sampah, sia-sia usaha gue semalaman.” Jono mulai ragu dengan segenap amunisinya.
“Nah loh Jon. Apa gue bilang. Cowok sejati itu ngajakin nikah bukan pacaran You know everybody ? 2014 pacaran? Ga zaman kali yew.” Setan baik mendadak minjam kata-katanya Cinta Laura.
“Heh, kamu itu ya. Jangan pengaruhi Jono. Biarkan dia menentukan nasibnya sendiri.” Setan jahat marah
“Loe pikir bangsa Indonesia kali yew, menentukan nasib sendiri. Huuuuu.” Balas setan baik pada setan jahat.
“Stop, berantem di kuping gue.” Kata Jono berai. Kebingungan di antara hati yang terpaut pada cinta suci yang terpendam pada Nurma. “Ah, ya sudahlah tidak hari ini mungkin lain kali. Mendadak sakit perut nih gue.” Jono pun berlari ke kamar kecil. Gagallah sudah amunisi pertamanya mendapatkan cinta Nurma.
***

Amunisi kedua. “Kali ini semoga tidak gagal lagi.” Kata Jono meyakinkan hati kecilnya supaya bisa mendapatkan  pujaan hatinya.
Di kelas, ketika murid-murid belum berangkat sekolah. Jono buru-buru masuk kelas berharap belum ada satu pun masuk kelas. Satu tempat yang menjadi tujuan utamanya. Laci meja Nurma.
Dengan surat cinta beramplop merah jambu dan bertuliskan,”To my lovely Nurma”. Jono menjalankan amunisi kedua untuk merenggut kedaulatan wilayah hatinya Nurma untuk dia jajahi. Ini bisa dibilang pelajaran PKn edisi mencari kedaulatan cinta. Jono tersenyum bangga, berharap sukses dengan amunisi keduanya. “Gue, dapatin cintamu sayong. Hehehe. Sayang maksud gue” Kata Jono tersenyum senang.
Di balik jendela, tanpa diduga pun tanpa dikira, tersembullah kepala sang anak manusia. Jambul nama anak itu. Dia mengintip aksi Jono yang memasukan sesuatu di laci Nurma. Dia pun menunggu hingga Jono meninggalkan kelas untuk melihat apakah gerangan sesuatu itu? “Tanyakan pada rumput yang bergoyang.” Kata Jambul pada dirinya sendiri yang sedang penasaran. Hari ini dia berangkat pagi karena hari ini dia mendapat jatah piket.
Tak lama kemudian, Jono keluar kelas. Jambul pun menyembunyikan badan kerempengnya di balik pintu kelas sebelah. Setelah Jono pergi, Jambul pun beraksi. Diambilnya sesuatu itu dari laci Nurma.  Ide pun muncul dari otak jahilnya Jambul.
***
Pukul 7.15 murid-murid kelas X B sudah siap di meja mereka masing-masing. Ada yang sibuk dengan buku PR sambil nyalin PR teman, ada yang masih sempat ngiler di meja karena semalam lihat pertandingan bola dan ada pula Jono yang always keep smile ketularan Caisar nampaknya itu anak. Dia sedang menunggu reaksi Nurma membaca surat cintanya.
Si Jambul tak kalah penasarannya menunggu reaksi dari ulahnya yang jahil. Di meja di nampak tertawa. Dia bercerita pada teman cowok sekelas mengenai drama yang akan terjadi hari ini.
Dari arah pintu, Bu Sri sang guru Bahasa Indonesia dengan cetar membahana badai mengumandangkan seruan khasnya. “Anak-anak, harap PR Bahasa segera dikumpulkan. SEGERA.” Kata Bu Sri galak.
Anak-anak pun segera mengumpulkan PR di meja Bu Sri. Nurma yang menarik tasnya dari laci terheran, ada surat beramplop putih di lacinya. Kemudian dia meyerahkan amplop itu pada Bu Sri. Dia pikir itu adalah surat izin temannya yang lupa belum disampaikan.
Jambul yang melihat Nurma menuju meja Bu Sri, buru-buru mengikuti Nurma. Sedangkan Jono sedang sibuk memikirkan betapa Nurma akan bisa menerima cintanya. “Amboy nian, mendapatkanmu sang putri.” Jono tersenyum-senyum sendiri.

 “Jonooooooooooooooooo!!!” Sini kamu.” Kata Bu Sri.
“Iya bu.” Kata Jono malas, sambil beranjak dari mejanya.
Jono disuruh membacakan isi surat beramplop merah jambu yang ingin diberikannya pada Nurma tadi pagi. Tapi sekarang jatuh ke tangan Bu Sri.
“Tamat riwayat kau Jon, Hahahaha.” Jambul tertawa jahat mendengar drama cinta pangeran kodok beramplop merah jambu jadi bahan lawakan hari ini.
***
“Apes banget deh gue, kenapa bisa surat itu di tangan Bu Sri? Aneh padahal gue taruh di laci pujaan hatiku.”Kata Jono jengkel. Setelah menjadi bahan tertawaan orang sekelas, Jono benar-benar kapok untuk membuat surat cinta lagi. “Oh cinta, ceritamu tiada akhir. Tapi harus aku akhiri dengan paksa. Ya, harus.” Kata Jono sedih.
Jambul yang tiba-tiba lewat di depan Jono tertawa terbahak. “Cie, yang lagi jatuh cinta? Ku tukar nih ye,eh maksud gue ketukar nih ye, surat cintenye. Hahaha.” Kata Jambul nyindir.
“Seneng loe yeh, gue sedih. Huuuu.” Kata Jono jengkel.
“Jadi gini Jon ceritanya, gue tadi pagi meriksa laci Nurma yang kebetulan tadi pagi gue dapat jatah piket nyapu. Nah gue temuin deh tuh surat dari loe di lacinya. Nah tadi gue kasih sama Bu Sri. Hebatkan gue?” Kata Jambul senang.
“Apaaaaa? Tega bener loe Mbul sama gue. Terus yang di laci Nurma tadi kenapa dikasih bu Sri juga?”
“Hehehe. Maaf deh Jon, loe tahukan kalau gue suka iseng. Tadi surat loe gue tuker sama surat izin sakitnya si Mamat. Nah kebetulan tadi pagi pak satpam nitipin surat ke gue. Ya udah gue tuker.Hahaha” Kata Jambul sambil tertawa sambil guling-guling.
“Loe bener-bener kurang ajar Mbul. Awas Loe gue beri bogem mentahnya Ade Ray. Watawwwwww.” Jono mengeluarkan jurus andalannya.

Jambul dan Jono pun main kejar-kejaran di taman sekolah. Mirip-mirip film india mereka serasi sambil dangdutan, tapi kali in versi Tom and Jerry. Si kucing alias Jono berang karena surat cintanya untuk Nurma ditukar dengan surat izin sakit sama Jambul. 

No comments:

Post a Comment