Pagi ini kelas X B sedang
ramai-ramainya. Benar saja, karena guru mereka yang terkenal killer¸tidak
bisa hadir karena ada urusan penting yang tidak dapat ditinggalkan, seperti ke
toilet mungkin. Ada-ada saja, untuk mengajar mendadak ada acara yang tidak bisa
ditinggalkan.
Bagi
sebagian murid mungkin ini musibah, karena tidak bisa belajar hari itu. Tapi tidak
untuk kelas X B SMA Satu Nusa Satu Bangsa. Mereka tampak santai, senang,
gembira ria. Berlarian ke sana-ke mari seperti ayam kehilangan ibu gurunya. Eh?
Ayam kehilangan induknya.
Tersebutlah
hari itu seorang anak manusia bernama Jono sedang senyum-senyum sendiri melihat
Nurma teman sekelasnya. Jono yang terlihat kalem dan apa adanya itu sudah
sekian lama mengaggumi Nurma. Yah, meski bagai pungguk merindukan bulan.
Nyatanya Nurma cuek-cuek aja tuh nanggepi si Jono. Akhirnya jutaan lagu
tercipta untuk Nurma si Cinderelanya Jono, bahkan puisi, kumpulan cerpen,
sampai surat cinta yang membuatnya malu, malu pakai banget ketika itu.
***
Pernah suatu
ketika di gerbang sekolah, dia sudah latihan dengan suara rock and roll ala
Candil Serius untuk menunjukan betapa cintanya dia pada Nurma dengan deklamasi
puisi cinta. Berbait-bait puisi dia siapkan sebagai amunisi cinta untuk sang pujaan
hati.
Pukul 7.00,
Jono standby di depan gerbang sekolah. Berharap Nurma datang dan
mendengarkan dekalamasi puisi cinta dari pangeran kodok.
“Hloh, kok
pangeran kodok?” gumam Jono pada dirinya sendiri.
Setan jahat
dalam hatinya berbisik, “Lhah iya, kalau pangeran kodok dapat cium dari Nurma,si
kodok jadi ganteng kaya kamu Jon. Suwer
tak kewer-kewer deh.” Setan tertawa jahat dengan nasihat konyol yang mengalun
syahdu bak dokter cinta yang berikan nasihat bagi si pasien.
Jono tertawa
girang mendengar setan jahat ngompori dirinya, sambil menyiapkan
berlembar-lembar puisi karangannya semalam.
Setan baik pun
berikan dakwah yang tak kalah strategi dari setan jahat. “Halah Jon, norak
bener caramu itu. Cinta adalah anugerah yang Maha Kuasa. Cowok ganteng bilang
cinta bukan pada wanita, tapi pada bapaknya. Nglamar maksud gue” Kata setan
baik sambil kipas-kipasin hawa surga ke kuping Jono sebelah kanan.
“Ah bener juga,
kenapa gue repot-repot buat puisi segala.Yah, nanti kalau gue diterima, kalau
nggak? Puisi gue dilempar ke tong sampah, sia-sia usaha gue semalaman.” Jono
mulai ragu dengan segenap amunisinya.
“Nah loh Jon.
Apa gue bilang. Cowok sejati itu ngajakin nikah bukan pacaran You know
everybody ? 2014 pacaran? Ga zaman kali yew.” Setan baik mendadak minjam
kata-katanya Cinta Laura.
“Heh, kamu itu
ya. Jangan pengaruhi Jono. Biarkan dia menentukan nasibnya sendiri.” Setan
jahat marah
“Loe pikir
bangsa Indonesia kali yew, menentukan nasib sendiri. Huuuuu.” Balas setan baik
pada setan jahat.
“Stop, berantem
di kuping gue.” Kata Jono berai. Kebingungan di antara hati yang terpaut pada
cinta suci yang terpendam pada Nurma. “Ah, ya sudahlah tidak hari ini mungkin
lain kali. Mendadak sakit perut nih gue.” Jono pun berlari ke kamar kecil.
Gagallah sudah amunisi pertamanya mendapatkan cinta Nurma.
***
Amunisi kedua.
“Kali ini semoga tidak gagal lagi.” Kata Jono meyakinkan hati kecilnya supaya
bisa mendapatkan pujaan hatinya.
Di kelas,
ketika murid-murid belum berangkat sekolah. Jono buru-buru masuk kelas berharap
belum ada satu pun masuk kelas. Satu tempat yang menjadi tujuan utamanya. Laci
meja Nurma.
Dengan surat
cinta beramplop merah jambu dan bertuliskan,”To my lovely Nurma”. Jono
menjalankan amunisi kedua untuk merenggut kedaulatan wilayah hatinya Nurma
untuk dia jajahi. Ini bisa dibilang pelajaran PKn edisi mencari kedaulatan
cinta. Jono tersenyum bangga, berharap sukses dengan amunisi keduanya. “Gue,
dapatin cintamu sayong. Hehehe. Sayang maksud gue” Kata Jono tersenyum senang.
Di balik
jendela, tanpa diduga pun tanpa dikira, tersembullah kepala sang anak manusia.
Jambul nama anak itu. Dia mengintip aksi Jono yang memasukan sesuatu di laci
Nurma. Dia pun menunggu hingga Jono meninggalkan kelas untuk melihat apakah
gerangan sesuatu itu? “Tanyakan pada rumput yang bergoyang.” Kata Jambul pada
dirinya sendiri yang sedang penasaran. Hari ini dia berangkat pagi karena hari
ini dia mendapat jatah piket.
Tak lama
kemudian, Jono keluar kelas. Jambul pun menyembunyikan badan kerempengnya di
balik pintu kelas sebelah. Setelah Jono pergi, Jambul pun beraksi. Diambilnya
sesuatu itu dari laci Nurma. Ide pun
muncul dari otak jahilnya Jambul.
***
Pukul 7.15
murid-murid kelas X B sudah siap di meja mereka masing-masing. Ada yang sibuk
dengan buku PR sambil nyalin PR teman, ada yang masih sempat ngiler di meja
karena semalam lihat pertandingan bola dan ada pula Jono yang always keep
smile ketularan Caisar nampaknya itu anak. Dia sedang menunggu reaksi Nurma
membaca surat cintanya.
Si Jambul tak
kalah penasarannya menunggu reaksi dari ulahnya yang jahil. Di meja di nampak
tertawa. Dia bercerita pada teman cowok sekelas mengenai drama yang akan
terjadi hari ini.
Dari arah
pintu, Bu Sri sang guru Bahasa Indonesia dengan cetar membahana badai mengumandangkan
seruan khasnya. “Anak-anak, harap PR Bahasa segera dikumpulkan. SEGERA.” Kata
Bu Sri galak.
Anak-anak pun
segera mengumpulkan PR di meja Bu Sri. Nurma yang menarik tasnya dari laci
terheran, ada surat beramplop putih di lacinya. Kemudian dia meyerahkan amplop
itu pada Bu Sri. Dia pikir itu adalah surat izin temannya yang lupa belum
disampaikan.
Jambul yang melihat
Nurma menuju meja Bu Sri, buru-buru mengikuti Nurma. Sedangkan Jono sedang
sibuk memikirkan betapa Nurma akan bisa menerima cintanya. “Amboy nian,
mendapatkanmu sang putri.” Jono tersenyum-senyum sendiri.
“Jonooooooooooooooooo!!!” Sini kamu.” Kata Bu
Sri.
“Iya bu.” Kata
Jono malas, sambil beranjak dari mejanya.
Jono disuruh
membacakan isi surat beramplop merah jambu yang ingin diberikannya pada Nurma
tadi pagi. Tapi sekarang jatuh ke tangan Bu Sri.
“Tamat riwayat
kau Jon, Hahahaha.” Jambul tertawa jahat mendengar drama cinta pangeran kodok
beramplop merah jambu jadi bahan lawakan hari ini.
***
“Apes banget
deh gue, kenapa bisa surat itu di tangan Bu Sri? Aneh padahal gue taruh di laci
pujaan hatiku.”Kata Jono jengkel. Setelah menjadi bahan tertawaan orang
sekelas, Jono benar-benar kapok untuk membuat surat cinta lagi. “Oh cinta,
ceritamu tiada akhir. Tapi harus aku akhiri dengan paksa. Ya, harus.” Kata Jono
sedih.
Jambul yang
tiba-tiba lewat di depan Jono tertawa terbahak. “Cie, yang lagi jatuh cinta? Ku
tukar nih ye,eh maksud gue ketukar nih ye, surat cintenye. Hahaha.” Kata Jambul
nyindir.
“Seneng loe
yeh, gue sedih. Huuuu.” Kata Jono jengkel.
“Jadi gini Jon ceritanya,
gue tadi pagi meriksa laci Nurma yang kebetulan tadi pagi gue dapat jatah piket
nyapu. Nah gue temuin deh tuh surat dari loe di lacinya. Nah tadi gue kasih
sama Bu Sri. Hebatkan gue?” Kata Jambul senang.
“Apaaaaa? Tega bener
loe Mbul sama gue. Terus yang di laci Nurma tadi kenapa dikasih bu Sri juga?”
“Hehehe. Maaf
deh Jon, loe tahukan kalau gue suka iseng. Tadi surat loe gue tuker sama surat
izin sakitnya si Mamat. Nah kebetulan tadi pagi pak satpam nitipin surat ke gue.
Ya udah gue tuker.Hahaha” Kata Jambul sambil tertawa sambil guling-guling.
“Loe
bener-bener kurang ajar Mbul. Awas Loe gue beri bogem mentahnya Ade Ray.
Watawwwwww.” Jono mengeluarkan jurus andalannya.
Jambul dan Jono
pun main kejar-kejaran di taman sekolah. Mirip-mirip film india mereka serasi
sambil dangdutan, tapi kali in versi Tom and Jerry. Si kucing alias Jono berang
karena surat cintanya untuk Nurma ditukar dengan surat izin sakit sama Jambul.
No comments:
Post a Comment