“Hai
nak, kenapa kamu berpakaian layaknya seorang preman? Rambutmu sudah seperti
kemoceng bulu ayam saja, merah, kuning hijau.” kata seorang bapak kepada
anaknya.
“Ah, bapak ga gaul. Ini namanya
pakaian gaul pak, pakaian punk rock ala band terkenal luar negeri yang keren
itu. Dan rambut ini adalah indikasi bahwa anakmu ini termasuk anak gaul masa
kini pak.” Jawab anak itu.
“Pakaian seperti itu kamu bilang
gaul?”. Nih lihat penampilan bapak, ada blangkonnya, dan jarit bapak ini
ga kalah gaul. Produk sendiri, turun-temurun dari nenek moyangmu. Lha pakaianmu
kok macam preman pasar. Rambut kamu mengalahkan kemoceng ibumu. Mau saingan
sama kemoceng apa kamu? ” Kata bapak bangga sambil mengejek pakaian anaknya
yang seperti preman, celananya robek-robek di lutut dan berambut ala punk
rock.
“Wah sembarangan bapak, biar rambut
seperti kemoceng asal gaul pak. Bapak ga gaul dech. Jadul
(jaman doeloe).Hahaha.” Kata anak itu menertawakan bapaknya dan beranjak
pergi.
Itulah sedikit percakapan antara bapak
dan anak, dimana sang bapak masih bersemangat untuk melestarikan pakaian nenek
moyangnya daripada mengenakan pakaian gaul seperti anaknya. Menurut bapak, pakaian
anaknya seperti pakaian preman. Sedangkan menurut si anak, pakaiannya adalah pakaian gaul. Pakaian gaul
dengan bercelana robek-robek di bagian lutut, ditambah rambut yang dibuat
bagaikan kemoceng warna-warni alias bulek (bule kepala aje). Bapak sebagai
orang tua pun hanya mengingatkan anaknya yang berpakaian layaknya preman,
padahal pakaian yang baik saja ada. Bahkan pakaian nenek moyang lebih baik dan
bernilai seni tinggi daripada pakaian robek-robek yang dikatakan pakaian gaul.
Tokoh sang bapaklah yang harusnya
kita jadikan tauladan bagi anak-anak di
negeri ini. Anak-anak zaman sekarang lebih mementingkan anggapan orang lain
mengenai budaya berpakaian mereka. Apa yang datang dari luar negeri itulah yang
mereka anut dan ikuti. Apa yang datang dari nenek moyang dianggapnya sebagai
sesuatu yang jadul (jaman dulu). Padahal pada kenyataannya budaya berpakaian
dari luar negeri belum tentu berdampak baik bagi anak. Celana robek, rambut
diwarnai dan bahkan rantai untuk mengikat binatang itu dipakai sebagai
aksesoris penunjang penampilan mereka. Anak-anak di negeri ini memakai pakaian
itu dengan motivasi supaya tidak dicap ketinggalan zaman, jadul, tidak gaul dan
sebutan lain yang menurut mereka ketinggalan dan tidak sesuai dengan
perkembangan zaman. Hal semacam ini adalah masalah kecil yang semakin lama akan
menjadi besar dan dapat mengikis kebudayaan negeri sendiri di arus globalisasi
ini.
Budaya menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai pikiran, akal budi, adat istiadat. Secara tata
bahasa bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari kata budaya yang cenderung
menunjuk pada pola pikir manusia. Indonesia dikenal sebagai bangsa yang
berbudaya. Budaya tersebut tercermin dalam tingkah laku, adat istiadat orang
indonesia, bahkan Indonesia adalah negera dengan beraneka ragam suku. Mulai
dari suku jawa, batak, asmat, badui, dan masih banyak lagi. Setiap suku
tersebut memiliki budaya yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya baik dalam
hal berpakaian, logat bicara, rumah adat, hingga kesenian khas masing-masing.
Keberagaman budaya Indonesia inilah yang menjadikan negeri ini kaya akan
budaya. Bangsa Indonesia memiliki semboyan “Bhineka Tunggal Ika”, berarti
berbeda-beda tetap satu jua. Hal ini pun mencakup perbedaan budaya antar daerah
tetapi tetap menjadikan mereka satu tanpa terjadi perpecahan, bersatu di bawah
naungan negara republik Indonesia.
Kekayaan negeri ini salah satuya
adalah berbagai budaya di seluruh wilayah dari sabang sampai merauke. Budaya
antara satu suku dengan suku lain memberikan arti sendiri bagi bangsa ini.
Bangsa Indonesia dikenal oleh warga negara lain karena suku-suku unik, yang tidak
dapat ditemui di negeri mereka. Mereka pun berbondong-bondong menuju Indonesia
untuk melihat kesenian adat di setiap suku. Pertunjukan-pertunjukan kesenian
menarik para wisatawan asing untuk menyaksikan pertunjukan tersebut dan ikut
mempelajari budaya dalam negeri.
Saat ini banyak dijumpai turis di
Indonesia dimana mereka ikut berkontribusi dalam pertunjukan kesenian, seperti
sinden dalam pertunjukan kesenian campur sari. Seorang wanita luar negeri ikut
menyanyikan lagu campursari bersama sinden lainnya dalam sebuah pertunjukan.
Dengan semangat menimba ilmu, mereka rela menetap sementara waktu untuk
mendalami budaya negeri ini. Hal ini menunjukan bahwa betapa kaya dan pintarnya
orang Indonesia di mata dunia, karena kebudayaan Indonesia sangatlah beragam
dan menarik hati setiap orang asing untuk melihat bahkan mempelajarinya.
Budaya menjadikan manusia Indonesia
berada. Berada dan selalu ada di hati para turis manca yang pernah berkunjung
ke Indonesia. Mereka bisa menceritakan keindahan budaya Indonesia kepada
teman-teman di negaranya. Budaya menjadikan negeri ini lebih berkesan bagi
warga asing yang berkunjung. Selain panorama indah alamnya juga eksotisme
budaya yang hanya dapat dijumpai di negeri ini. Misalnya saja ketika menuju ke
Bali, mereka disuguhi dengan panorama indah pantai Kuta, selain itu masih
terdapat pertunjukan tari kecak yang disajikan untuk menghibur para wisatawan
yang datang.
Bertolak dari budaya negeri sendiri
yang beraneka ragam dari sabang sampai merauke. Sudah saatnya membangkitkan
kembali semangat generasi muda untuk sadar akan budaya sendiri. Budaya yang
dapat mengangkat bangsa ini menjadi begitu berharga di mata dunia. Budaya yang
bernilai seni tinggi dan memberikan arti bagi kemajuan bangsa Indonesia di
tengah derasnya globalisasi.
Globalisasi semakin merambah di era
teknologi yang semakin pesat kemajuannya. Negeri asing yang dulu jauh kini
semakin mendekat laksana tiada jarak di antara kita. Dunia berada di genggaman
tangan, itulah semboyan bagi dunia saat ini. Karena dunia bisa dilihat dengan gedget
modern yang dapat mengakses internet. Cukup menekan tombol dan mencari
apa yang hendak dicari maka dengan seketika muncul di layar gedget tersebut.
Informasi demikian pesat didapat dan mudharat maupun manfaat sudah tidak lagi
dipertimbangkan. Hingga akhirnya efek negatif dari teknologi pun bermunculan
mewabah kepada anak-anak di negeri ini.
Dengan teknologi arus globalisasi
semakin cepat merambah ke seluruh pelosok negeri. Anak-anak sudah terbiasa
dengan aktivitas mengakses internet, bermain game online, browsing informasi
sendiri tanpa kendali melalui gedget yang mereka miliki. Gaya hidup
anak-anak sudah jauh lebih maju daripada anak-anak zaman dulu. Dulu hanya
memegang pena dan buku, kini mereka sudah memegang laptop, netbook, handphone
bahkan tablet untuk menunjang aktivitas belajar mereka. Akan tetapi sudahkah gedget
itu mereka gunakan secara optimal sesuai dengan kegunaannya untuk
memperoleh ilmu? Hal ini menjadikan koreksi bagi orang tua terhadap anaknya
agar selalu mengontrol anak-anaknya dalam mengakses internet melalui fasilitas gedget
yang mereka berikan.
Globalisasi harus dimanfaatkan
sebagai sarana yang memudahkan untuk untuk promosi keanekaragaman budaya dalam
negeri ke luar negeri. Budaya indonesia menjadi semakin terkenal di luar negeri
dan dapat menarik minat wisatawan asing untuk berkunjung ke Indonesia.
Keanekaragaman budaya Indonesia dapat diakses melalui internet dan dapat
memudahkan para wisatwan untuk mencari
informasi berkaitan dengan alamat dan fasilitas apa saja yang disediakan dan
sebagainya.
Globalisasi harus dibarengi dengan
benteng pertahanan diri. Budaya sendiri harus tetap gencar disuarakan dan
dilestarikan supaya anak bangsa ini tidak terpengaruh budaya negatif dari
bangsa asing. Sekolah-sekolah sudah seharusnya memberikan pendidikan kebudayaan
bagi para siswanya. Budaya menjadikan bangsa ini bernilai, dan beridentitas.
Budaya menjadi identitas Indonesia bahwa negeri ini kaya akan budaya dan karya
indah nenek moyangnya yang harus dilestarikan.
Sudah saatnya pendidik sadar dan
turut andil dalam menyikapi arus globalisasi, dimana budaya sendiri menjadi
taruhannya. Anak-anak lebih memilih meniru budaya asing tanpa memikirkan
manfaat yang didapat daripada membudayakan budaya sendiri yang dapat mengangkat
martabat bangsa di mata dunia. Pendidik baik orang tua maupun guru supaya
selalu mendidik anak-anak bangsa untuk sadar budaya dan berusaha melestarikan
budaya yang ada. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai
budayanya sendiri.
No comments:
Post a Comment