Tuesday, 14 October 2014

Membudayakan Budaya Sendiri di Tengah Derasnya Arus Globalisasi

“Hai nak, kenapa kamu berpakaian layaknya seorang preman? Rambutmu sudah seperti kemoceng bulu ayam saja, merah, kuning hijau.” kata seorang bapak kepada anaknya.
            “Ah, bapak ga gaul. Ini namanya pakaian gaul pak, pakaian punk rock ala band terkenal luar negeri yang keren itu. Dan rambut ini adalah indikasi bahwa anakmu ini termasuk anak gaul masa kini pak.” Jawab anak itu.
            “Pakaian seperti itu kamu bilang gaul?”. Nih lihat penampilan bapak, ada blangkonnya, dan jarit bapak ini ga kalah gaul. Produk sendiri, turun-temurun dari nenek moyangmu. Lha pakaianmu kok macam preman pasar. Rambut kamu mengalahkan kemoceng ibumu. Mau saingan sama kemoceng apa kamu? ” Kata bapak bangga sambil mengejek pakaian anaknya yang seperti preman, celananya  robek-robek di lutut dan berambut ala punk rock.
            “Wah sembarangan bapak, biar rambut seperti kemoceng asal gaul pak. Bapak ga gaul dech. Jadul (jaman doeloe).Hahaha.” Kata anak itu menertawakan bapaknya dan beranjak pergi.
            Itulah sedikit percakapan antara bapak dan anak, dimana sang bapak masih bersemangat untuk melestarikan pakaian nenek moyangnya daripada mengenakan pakaian gaul seperti anaknya. Menurut bapak, pakaian anaknya seperti pakaian preman. Sedangkan menurut si anak,  pakaiannya adalah pakaian gaul. Pakaian gaul dengan bercelana robek-robek di bagian lutut, ditambah rambut yang dibuat bagaikan kemoceng warna-warni alias bulek (bule kepala aje). Bapak sebagai orang tua pun hanya mengingatkan anaknya yang berpakaian layaknya preman, padahal pakaian yang baik saja ada. Bahkan pakaian nenek moyang lebih baik dan bernilai seni tinggi daripada pakaian robek-robek yang dikatakan pakaian gaul.
            Tokoh sang bapaklah yang harusnya kita  jadikan tauladan bagi anak-anak di negeri ini. Anak-anak zaman sekarang lebih mementingkan anggapan orang lain mengenai budaya berpakaian mereka. Apa yang datang dari luar negeri itulah yang mereka anut dan ikuti. Apa yang datang dari nenek moyang dianggapnya sebagai sesuatu yang jadul (jaman dulu). Padahal pada kenyataannya budaya berpakaian dari luar negeri belum tentu berdampak baik bagi anak. Celana robek, rambut diwarnai dan bahkan rantai untuk mengikat binatang itu dipakai sebagai aksesoris penunjang penampilan mereka. Anak-anak di negeri ini memakai pakaian itu dengan motivasi supaya tidak dicap ketinggalan zaman, jadul, tidak gaul dan sebutan lain yang menurut mereka ketinggalan dan tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Hal semacam ini adalah masalah kecil yang semakin lama akan menjadi besar dan dapat mengikis kebudayaan negeri sendiri di arus globalisasi ini.
            Budaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pikiran, akal budi, adat istiadat. Secara tata bahasa bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari kata budaya yang cenderung menunjuk pada pola pikir manusia. Indonesia dikenal sebagai bangsa yang berbudaya. Budaya tersebut tercermin dalam tingkah laku, adat istiadat orang indonesia, bahkan Indonesia adalah negera dengan beraneka ragam suku. Mulai dari suku jawa, batak, asmat, badui, dan masih banyak lagi. Setiap suku tersebut memiliki budaya yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya baik dalam hal berpakaian, logat bicara, rumah adat, hingga kesenian khas masing-masing. Keberagaman budaya Indonesia inilah yang menjadikan negeri ini kaya akan budaya. Bangsa Indonesia memiliki semboyan “Bhineka Tunggal Ika”, berarti berbeda-beda tetap satu jua. Hal ini pun mencakup perbedaan budaya antar daerah tetapi tetap menjadikan mereka satu tanpa terjadi perpecahan, bersatu di bawah naungan negara republik Indonesia.
            Kekayaan negeri ini salah satuya adalah berbagai budaya di seluruh wilayah dari sabang sampai merauke. Budaya antara satu suku dengan suku lain memberikan arti sendiri bagi bangsa ini. Bangsa Indonesia dikenal oleh warga negara lain karena suku-suku unik, yang tidak dapat ditemui di negeri mereka. Mereka pun berbondong-bondong menuju Indonesia untuk melihat kesenian adat di setiap suku. Pertunjukan-pertunjukan kesenian menarik para wisatawan asing untuk menyaksikan pertunjukan tersebut dan ikut mempelajari budaya dalam negeri.
            Saat ini banyak dijumpai turis di Indonesia dimana mereka ikut berkontribusi dalam pertunjukan kesenian, seperti sinden dalam pertunjukan kesenian campur sari. Seorang wanita luar negeri ikut menyanyikan lagu campursari bersama sinden lainnya dalam sebuah pertunjukan. Dengan semangat menimba ilmu, mereka rela menetap sementara waktu untuk mendalami budaya negeri ini. Hal ini menunjukan bahwa betapa kaya dan pintarnya orang Indonesia di mata dunia, karena kebudayaan Indonesia sangatlah beragam dan menarik hati setiap orang asing untuk melihat bahkan mempelajarinya.
            Budaya menjadikan manusia Indonesia berada. Berada dan selalu ada di hati para turis manca yang pernah berkunjung ke Indonesia. Mereka bisa menceritakan keindahan budaya Indonesia kepada teman-teman di negaranya. Budaya menjadikan negeri ini lebih berkesan bagi warga asing yang berkunjung. Selain panorama indah alamnya juga eksotisme budaya yang hanya dapat dijumpai di negeri ini. Misalnya saja ketika menuju ke Bali, mereka disuguhi dengan panorama indah pantai Kuta, selain itu masih terdapat pertunjukan tari kecak yang disajikan untuk menghibur para wisatawan yang datang.
            Bertolak dari budaya negeri sendiri yang beraneka ragam dari sabang sampai merauke. Sudah saatnya membangkitkan kembali semangat generasi muda untuk sadar akan budaya sendiri. Budaya yang dapat mengangkat bangsa ini menjadi begitu berharga di mata dunia. Budaya yang bernilai seni tinggi dan memberikan arti bagi kemajuan bangsa Indonesia di tengah derasnya globalisasi.
            Globalisasi semakin merambah di era teknologi yang semakin pesat kemajuannya. Negeri asing yang dulu jauh kini semakin mendekat laksana tiada jarak di antara kita. Dunia berada di genggaman tangan, itulah semboyan bagi dunia saat ini. Karena dunia bisa dilihat dengan gedget modern yang dapat mengakses internet. Cukup menekan tombol dan mencari apa yang hendak dicari maka dengan seketika muncul di layar gedget tersebut. Informasi demikian pesat didapat dan mudharat  maupun manfaat sudah tidak lagi dipertimbangkan. Hingga akhirnya efek negatif dari teknologi pun bermunculan mewabah kepada anak-anak di negeri ini.
            Dengan teknologi arus globalisasi semakin cepat merambah ke seluruh pelosok negeri. Anak-anak sudah terbiasa dengan aktivitas mengakses internet, bermain game online, browsing informasi sendiri tanpa kendali melalui gedget yang mereka miliki. Gaya hidup anak-anak sudah jauh lebih maju daripada anak-anak zaman dulu. Dulu hanya memegang pena dan buku, kini mereka sudah memegang laptop, netbook, handphone bahkan tablet untuk menunjang aktivitas belajar mereka. Akan tetapi sudahkah gedget itu mereka gunakan secara optimal sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh ilmu? Hal ini menjadikan koreksi bagi orang tua terhadap anaknya agar selalu mengontrol anak-anaknya dalam mengakses internet melalui fasilitas gedget yang mereka berikan.
            Globalisasi harus dimanfaatkan sebagai sarana yang memudahkan untuk untuk promosi keanekaragaman budaya dalam negeri ke luar negeri. Budaya indonesia menjadi semakin terkenal di luar negeri dan dapat menarik minat wisatawan asing untuk berkunjung ke Indonesia. Keanekaragaman budaya Indonesia dapat diakses melalui internet dan dapat memudahkan para wisatwan  untuk mencari informasi berkaitan dengan alamat dan fasilitas apa saja yang disediakan dan sebagainya.
            Globalisasi harus dibarengi dengan benteng pertahanan diri. Budaya sendiri harus tetap gencar disuarakan dan dilestarikan supaya anak bangsa ini tidak terpengaruh budaya negatif dari bangsa asing. Sekolah-sekolah sudah seharusnya memberikan pendidikan kebudayaan bagi para siswanya. Budaya menjadikan bangsa ini bernilai, dan beridentitas. Budaya menjadi identitas Indonesia bahwa negeri ini kaya akan budaya dan karya indah nenek moyangnya yang harus dilestarikan.

            Sudah saatnya pendidik sadar dan turut andil dalam menyikapi arus globalisasi, dimana budaya sendiri menjadi taruhannya. Anak-anak lebih memilih meniru budaya asing tanpa memikirkan manfaat yang didapat daripada membudayakan budaya sendiri yang dapat mengangkat martabat bangsa di mata dunia. Pendidik baik orang tua maupun guru supaya selalu mendidik anak-anak bangsa untuk sadar budaya dan berusaha melestarikan budaya yang ada. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai budayanya sendiri.           

No comments:

Post a Comment