Es pocong ini bukan es yang dijual oleh si pocong loh teman, es yang satu ini dinamai es pocong karena pembuatnya hanya ingin es tersebut terkenal dan memiliki keunikan dari es-es yang lain selain itu dinamakan dengan es pocong sebagai strategi pemasaran saja.
Nah, sekarang bila ditinjau dari segi bahan, es pocong ini terbuat dari bubur sumsum, kue moci, potongan pisang yang disiram dengan sirup dan soda susu.
Bila bicara tentang es pocong nih teman, penulis jadi ingat beberapa tahun yang lalu, tepatnya di bulan Ramadhan, ketika cerita itu berawal. Ih...ih...ih... bukan cerita penampakan.
Temanku yang pulang dari kota Bandung, sebut saja namanya Ibu Bagour (IB) dan sebut penulis sebagai teman Bagour (TB). Nah, waktu itu ceritanya, TB lagi semangat banget ingin jualan di pasar tiban ramadhan di Alun-alun Wates, alias Alwa nama bekennya bagi para pemuda Westprog khususnya. Berhubung dari SMK TB udah biasa jualan, nah terbesit lagi deh niatan untuk jualan. Kebetulan si IB mudik dari tempat kerjanya, saatnya berkoalisi, Bro.
Kami pun sepakat untuk berjualan es. Berhubung es sejenis koktail sudah banyak di Wates, maka IB pun mengusulkan pada TB untuk jualan es pocong. "Wah, ngeri amat namanya? Lihat papan namanya aja pembeli langsung ngibrit." Kataku. "Itu produk terkenal di Jawa Barat mbak Bro." Kata IB semangat. Dan IB cuma bisa manggut-manggut masygul.
Hingga hari yang ditunggu, berangkatlah kami berdua ke Alwa dengan peralatan minim dan hati penuh keraguan."PAYU ORA IKI NGKO?" (Batin TB dalam hati). Senja pun tiba, IB dan TB sudah siap dengan lapak Es pocong, sebuah meja belajar kecil seukuran anak TK sudah penuh dengan tatanan es pocong yang siap untuk buka puasa.
Pembeli pun datang. "Oh my God, IB. Ane lupa bawa pemecah es. Mana esnya besar-besar begini." Ujar TB panik. "Pinjem aja di lapak sebelah, gimane?" Kata IB memberi solusi. Daripada pulang lagi, rumah rada jauh kalau jalan kaki. "Loe yang pinjam deh, gue yang balikin." Kata TB pada IB. "Ok deh." IB pun ngacir ke lapak sebelah sementara TB menunggui lapak.
Selang tragedi ga bawa pemukul es, pembeli pun berdatangan hingga kami grogi melayani pembelian Es Pocong pertama kami yang langsung ludes dibeli massa. Eh iya, masih ada sisa 3 untuk kami berdua dan satunya untuk keponakan TB di rumah.
Alhamdulillah, ekspedisi es pocong sukses. Meskipun malu juga sih jualan di tempat umum dengan nama dagangan yang ekstrim. Ditanya ini dan itu oleh pembeli pula. Tapi tetap thanks banget buant IB sahabat gue yang inspired banget untuk nama ide jualan es pocong-nya.
No comments:
Post a Comment