Aku
adalah aku. Kamu adalah kamu. Aku dan kamu adalah kita. Ya, kita semua.
Bagaimana kalau kita bersepakat untuk menuliskan kisah yang telah kita lalui?
Kisah sedih, pilu, susah, senang, bahagia bahkan bangga. Kita bisa menjadi
kenangan indah di masa mendatang. Kekal abadi, meski kita telah pergi menuju
illahi.
Menulis bagaikan tali. Tali pengikat
di antara kita. Tali yang mampu mengikat erat persaudaraan yang mungkin
renggang. Tali pengikat erat kebahagiaan yang pernah kita alami bersama. Kisah
yang mungkin terlupakan, terkenang dengan tulisan. Selain kisah kita, tulisan
adalah tali pengikat ilmu bahkan perubahan antara tahu dan tidak tahu, antara
lupa dan ingat. Dengan menulis kita
ingat, dengan menulis kita dibaca, dan karena menulis kita panjang usia serta
dikenang meski telah berganti masa.
Pramodya Anta Toer mengatakan bahwa,
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan
hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.” Dari kata-kata seorang penulis
tersebut dapat kita petik sebuah pelajaran bahwa menulis dapat membuat kita
kekal abadi meski raga telah mati. Namamu akan mengalun syahdu, ilmumu akan
bermanfaat selalu, jika menulis kita jadikan sarana berbagi ilmu,mengabadikan
ilmu dan berbagi kisah inspiratif pembangkit jiwa-jiwa yang tertidur.
Menulis bagaikan menuangkan air ke
dalam lautan. Meski terus kau tuang tiada mungkin air itu menjadi musibah
banjir. Banjir yang kini merupakan momok warga ibukota. Akan tetapi banjir
tulisanmu tidak akan mewabah bak bencana melainkan mewabah manfaat untuk setiap
manusia yang membacanya. Wabah inspirasi, wabah motivasi bahkan wabah semangat
untuk berkompetisi. Tulisanmu adalah spiritmu menggapai kemanfaatan dari apa
yang kamu peroleh di dunia ini untuk sendiri dan orang lain.
Menulis berikan makna bahwa hidup
bukan untuk menjadi manusia biasa saja. Menulis merupakan evaluasi diri. Hari
ini harus lebih baik daripada hari kemarin. Dalam catatan buku harian, buku
dimana rahasia aku, kamu dan kita semua hanya diri sendiri yang tahu isinya secara individualistis. Kita semua
tidak mau orang lain tahu isi buku harian itu. Dan hal ini adalah bukti nyata bahwa menulis adalah
sarana kita untuk mengabadikan aktivitas sedih pun senang dimana kemarin
melakukan kesalahan, kemudian hari ini harus ada perbaikan. Menuangkan setiap
kesedihan, kebahagiaan dalam sebuah tulisan. Itulah gaya hidup kita, writing
is our life style.
Menulis bagaikan makanan sehari-hari. Dan makanan yang bergizi
adalah makanan yang mengandung empat sehat lima sempurna. Bagaimana dengan
menulis? Menulis pun merupakan makanan
sehat bagi pikiran kita. Dimana ide dan gagasan yang melayang-layang di benak
kita dapat tertuangkan dalam tulisan indah dan bermanfaat. Kadar kesehatan atau
empat sehat (sehat, sehat, sehat, dan sehat) tertuang dalam rasa puas yang
dirasakan penulis ketika dia mampu menuliskan apa yang ada di dalam fikirannya,
dan lima sempurna atau kesempurnaan itu terletak pada tulisan yang bermanfaat
bagi pembacanya.
Mengalun syahdu denting piano dalam lentik jemari pemuda berdasi
karena sang pianis handal mewariskan ilmu dalam bukunya. Buku tersebut telah
dibaca dan dikuasai ilmunya oleh sang
pemuda berdasi hingga ia mahir memainkan piano. Mengalir deras air mata haru pembaca
maupun penonton dari film Habibie dan Ainun, karena penulis menuliskan kisah
itu dalam buku yang kemudian difilmkan karena kisah cinta tersebut diadaptasi
dari kisah nyata. Tertawa bahagia sang pembaca ketika membaca humor dalam buku
Prie GS. Mahir, terharu, bahkan tawa didapatkan dari tulisan, tulisan yang
dibaca. Semua itu karena menulis merupakan gaya hidup setiap orang dalam
mewariskan ilmu, berbagi kisah inspiratif dan saran menghibur orang lain.
Jadikan tulisanmu sebagai biduk menuju bahagiamu. Tuangkan ilmumu
sebagai ladang amalmu. Dan tuliskan kisah inspiratifmu sebagai kenangan hidupmu
sendiri dan orang yang ada di sekitar kita. Ilmu abadi karena ada yang
mewarisi. Ilmu abadi karena ada yang menuliskannya. Kisah inspiratif dan membangkitkan
motivasi ada karena ada yang berkreasi. Jadi tunggu apa lagi. Make our
writing to be our life style because we can usefull for other with it.
No comments:
Post a Comment