Puisi Yang Terkenang
Kala itu, saat penulis masih duduk di kelas 1 SMP. Penulis sangat senang dengan pelajaran Bahasa Indonesia. Senangnya penulis ini, dibuktikan dengan masih ingatnya penulis dengan Guru Bahasa Indonesia di SMP N 1 Wates dulu, yakni Ibu Kismiyati, S.Pd.
Bu guru Bahasa Indonesia SMP lah yang telah mengenalkan penulis dengan dunia kata, tentang indahnya merangkai kata, yakni puisi. Puisi yang sampai masih terngiang-ngiang di ingatan penulis adalah puisi berjudul Gadis Peminta-minta. Berikut ini puisi yang mengingatkan penulis setelah, penulis membaca puisi di bukunya Drs. Candra Subrata dalam bukunya berjudul Kumpulan Puisi-Pantun dan Peribahasa. Berikut ini puisi terkenang itu :
Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa
Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawg jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang yang gemerlapan
Gembira ria kemanjaan riang
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Meletus-letus di atas air kotor, tapi begitu kau hafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukaku
Bu guru Bahasa Indonesia SMP lah yang telah mengenalkan penulis dengan dunia kata, tentang indahnya merangkai kata, yakni puisi. Puisi yang sampai masih terngiang-ngiang di ingatan penulis adalah puisi berjudul Gadis Peminta-minta. Berikut ini puisi yang mengingatkan penulis setelah, penulis membaca puisi di bukunya Drs. Candra Subrata dalam bukunya berjudul Kumpulan Puisi-Pantun dan Peribahasa. Berikut ini puisi terkenang itu :
Gadis Peminta-minta
Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa
Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawg jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang yang gemerlapan
Gembira ria kemanjaan riang
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Meletus-letus di atas air kotor, tapi begitu kau hafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukaku
Comments
Post a Comment