Saturday, 15 November 2014

MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR PAI "MOTIVAS BELAJAR"

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Sebagaimana anak itu dilahirkan dari sebuah keluarga, dimana anak itu memperoleh pengetahuan dan ketrampilan hidup pertama kali. Orang tua sangat berperan dalam tumbuh kembang anak dan setiap pembelajaran yang dilakukan anak.
Orang tua senantiasa mendampingi, memfasilitasi dan mengarahkan anak-anaknya dalam belajar dari kecil hingga dia menjadi dewasa. Anak terkadang menghadapi kesulitan-kesulitan dalam belajarnya, sehingga terkadang anak menjadi patah arang dan enggan untuk belajar. Motivasi dari orang tua sangat diperlukan dalam hal ini. Dengan peran orang tua dalam memberikan motivasi kepada anaknya, diharapkan mampu untuk menumbuhkan lagi semangat belajar pada anaknya.
Dalam makalah kami ini, kami hendak memaparkan peran orang tua dalam rangka menumbuhkan motivasi anaknya untuk belajar.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian peran orang tua dalam motivasi belajar?
2.      Apakah fungsi motivasi dari orang tua kepada anak?
3.      Bagaimana cara orang tua memotivasi anak untuk belajar?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian peran orang tua dalam motivasi belajar.
2.      Mengetahui fungsi motivasi dari orang tua untuk anak.
3.      Mengetahui dan dapat menerapkan cara memotivasi anak untuk belajar.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Peran Orang Tua dalam  Motivasi Belajar
Untuk mengawali pembahasan topik peranan orang tua dalam  motivasi belajar, terlebih dahulu kami uraikan pengertian dasar dari topik yang akan kami paparkan.
Menurut Drs. H. Abu Ahmadi dkk, peran adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat, dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.[1]
Dalam  Kamus Besar Bahasa Indonesia, tentang pengertian orang tua adalah ayah, ibu kandung.[2]Zakiah Daradjat dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam menulis bahwa orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan.[3] 
Motivasi memiliki akar kata dari bahasa Latin, movere yang berarti gerak atau dorongan untuk bergerak. [4] Dalam hal ini, memberikan motivasi bisa diartikan dengan memberikan dorongan kepada sesorang. Sehingga seseorang yang dimotivasi bisa bergerak atau termotivasi.
Motivasi menurut beberapa ahli:
1.      Atkinson : motivasi dijelaskan sebagi tendensi seseorang untuk berbuat yang meningkat guna menghasilkan satu atau lebih pengaruh.
2.      A.W. Bernard : motivasi sebagai fenomena yang dilibatkan dalam perangsangan tindakan ke arah tujuan-tujuan tertentu yang sebelumnya kecil atau tidak ada gerakan sama sekali ke arah tujuan-tujuan tertentu.
3.      Abraham Maslow : motivasi adalah sesuatu yang bersifat konstan (tetap), tidak pernah berakhir, berfluktuasi, bersifat kompleks, dan hal itu kebanyakan merupakan karakteristik universal pada setiap kegiatan organisme.
Pengertian belajar menurut beberapa ahli:
a.       H.C Witherington : belajar adalah suatu perubahan pada kepribadian ditandai adanya pola sambutan baru yang dapat berupa suatu pengertian.[5]
b.      Arthur J. Gates : belajar adalah perubahan tingkah laku melalui pengalaman dan latihan.
c.       Melvin H. Max : belajar adalah perubahan yang dialami secara relatif abadi dalam tingkah laku yang pada dasarnya merupakan fungsi dari suatu tingkah laku sebelumnya.
d.      R.S.Chauhan : belajar adalah membawa perubahan-perubahan yang dialami secara relatif abadi dalam tingkah laku dari organisme.
Maka, peran orang tua dalam motivasi belajar merupakan pengharapan orang tua dalam memberikan dorongan kepada anaknya dalam proses belajar atau perubahan tingkah laku.
B.     Fungsi Motivasi dari Orang tua dalam Belajar
Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya, karena tempat pertama anak dalam memperoleh pendidikan adalah dari keluarganya. Dalam hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda,“Tiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah-Islami). Ayah dan ibunyalah kelak yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (penyembah api dan berhala) (HR. Bukhari).
Menurut Rosulullah SAW, fungsi dan peran orang tua bahkan mampu untuk membentuk arah keyakinan anak-anak mereka. Menurut beliau, bayi yang dilahirkan sudah memiliki potensi untuk beragama, namun bentuk keyakinan agama yang akan dianut anak sepenuhnya tergantung bimbingan, pemeliharaan dan pengaruh kedua orang tua mereka.[6]
Selain itu dalam Qs. At Tahrim ayat 6, Allah SWT berfirman :
 $pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydߊqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pköŽn=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâŸxÏî ׊#yÏ© žw tbqÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtƒur $tB tbrâsD÷sムÇÏÈ  
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak mendurhakai (perintah) Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. [QS. At-Tahrim : 6]

Dari ayat 6 Qs.At Tahrim, orang-orang beriman diseru untuk memelihara diri dari api neraka yang bahan bakarnya berasal dari manusia dan batu. Dalam hal ini, kaitannya dengan pendidikan bahwa peran orang tua juga sangat penting dalam mendidik anak-anaknya, supaya terhindar dari api neraka.
Motivasi yang merupakan suatu dorongan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya supaya belajar dengan tekun sangat diperlukan. Karena anak-anak masih memerlukan arahan dan bantuan dari orang dewasa dalam proses belajarnya.
Motivasi dibagi menjadi dua, yaitu[7]:
1.      Motivasi Intrinsik ialah motivasi yang berasal dari diri sesorang itu sendiri, tanpa dirangsang dari luar. Misalnya orang yang gemar membaca, tidak usah ada yang mendorong, ia akan mencari buku-bukunya sendiri untuk dibaca.
2.      Motivasi ekstrinsik, motivasi yang datang karena adanya perangsangan dari luar, seperti seorang mahasiswa rajin belajar karena akan ujian.

Menurut RBS. Fudyartanto fungsi-fungsi motivasi ada tiga, yaitu:
1.      Motif bersifat mengarahkan dan mengatur tingkah laku individu.
2.      Motif sebagai penyeleksi tingkah laku individu.
3.      Motif memberikan energi dan menahan tingkah laku individu.
Tanpa adanya motivasi (dorongan) usaha seseorang tidak akan dapat mencapai hasil yang baik, begitu juga sebaliknya.  Demikian juga  dalam mencapai hal belajar, belajar akan lebih baik jika selalu disertai dengan motivasi yang sungguh-sungguh.  Maka tidaklah mengherankan apabila ada seseorang yang mampu mencapai prestasi sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam proses belajar mengajar, motivasi mempunyai peran dan fungsi  yang sangat penting.  Di antara fungsi motivasi belajar adalah:
1.      Mendorong manusia untuk bertindak atau berbuat, jadi berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi atau kekuatan kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.
2.      Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah  perbuatan suatu tujuan dan cita-cita.
3.      Menyeleksi perbuatan, menentukan perbuatan mana yang harus  dilakukan, yang sesuai guna mencapai tujuan[8]







C.     Cara  Memotivasi Anak Untuk Belajar
Pendidikan untuk anak harus kita lakukan. Proses ini bertujuan untuk membimbing anak ke arah kedewasaan supaya anak dapat memperoleh keseimbangan antara perasaan dan akal budaya serta dapat mewujudkan keseimbangan dalam perbuatannya kelak.[9]
Motivasi sebagai faktor intern (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih, tidak mau menyerah, giat membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya untuk memecahkan masalahnya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, senang meninggalkan pelajaran, akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar.[10]
Cara memotivasi anak supaya belajar dengan giat adalah dengan memberikan dorongan-dorongan positif dalam mendidik anak semenjak anak masih kecil. Menanamkan pentingnya belajar bagi seorang anak semenjak masih masa kanak-kanak dapat memberikan pengaruh sangat besar bagi anak tersebut dalam menyikapi arti dan tujuan belajar itu sendiri.
Belajar sebagai perubahan tingkah laku individu ke arah yang lebih baik mendapatkan perhatian sangat besar bagi perkembangan kehidupan anak. Dimana anak dari sebelum bisa berjalan hingga bisa berjalan, makan sendiri hingga mengenakan baju sendiri. Semua kegiatannya tidak terlepas dari kegiatan belajar, dari tidak bisa menjadi bisa.
Hal-hal yang dapat diajarkan oleh orang tua terhadap anaknya semenjak kecil diantaranya:
1.      Menumbuhkan keyakinan diri
a.       Mengajarkan agama
Pendidikan agama seharusnya dilakukan orang tua sendiri sedini mungkin agar anak dapat memperoleh kesempatan untuk membiasakan berprilaku sebagaimana yang diajarkan orang tuanya. Strategi pendidikan agama yang paling mudah diserap anak adalah melalui pemberian contoh nyata perilaku-perilaku yang diajarkan.
b.      Mengajarkan Ke-Tuhanan
Tanamkan pengertian dan pemahaman bahwa segala fenomena alam di bawah pengaturan Tuhan Yang Maha Kuasa.
c.       Mengajarkan keimanan
Mengajarkan keimanan kepada kitab suci, Rosul, hari kiyamat dan takdir Allah juga dilakukan sedini mungkin dengan harapan anak mencerna informasi dari kedua orang tua yang berhubungan dengan rukun iman itu sebelum mencerna informasi yang menyesatkan.
d.      Mengajarkan nilai moral
Menurut hasil pengamatan dan pengalaman suatu tindakan halus dan bujukan melalui contoh dan cerita, berakibat lebih baik. Anak tidak merasa tergores oleh tindakan dari luar yang menyakitkan. Sebaliknya anak akan merasa senang, nyaman, dan tertarik untuk mengembangkan nilai moral yang diajarkan melalui tindakan yang halus.
e.       Mengajarkan peribadatan.
Mengajak anak kecil dalam perilaku ibadah akan bermakna positif bagi anak. Anak melihat sendiri secara langsung tampilan perilaku ibadah yang dilakukan oleh orang-orang di luar orang tuanya. Hal ini akan memperkuat pengalaman pribadinya dalam hal peribadatan. Apa lagi anak laki-laki, pengalaman langsung akan jauh lebih berarti daripada seribu nasihat. Berbeda dengan anak perempuan, kadang-kadang nasihat sangat diperlukan lebih dominan daripada melakukan kegiatan secara langsung.

2.      Membentuk kepribadian anak
a.       Mengajarkan kejujuran
Tanamkan pemahaman bahwa tidak ada ruang untuk berlaku bohong. Di tempat mana pun dan kapan pun Tuhan melihat. Berniat tidak jujur sedikit pun Tuhan mengerti. Oleh karena itu kita harus berlaku jujur karena Tuhan selalu mengawasi. “Siapa jujur akan makmur.” “Sapa jujur akeh sedulur”, (bahasa jawa). Kalimat-kalimat tersebut perlu untuk terus dikumandangkan agar anak benar-benar mau untuk menerapkannya.
b.      Mengajarkan keberanian
Mengajarkan keberanian kepada anak artinya menanamkan pengertian, pemahaman dan sikap mental tentang sifat berani. Berani melakukan sesatu yang sesuai dengan tuntunan agama disertai berani bertanggungjawab. Cara mengajarkan keberanian dapat dilakukan dengan caramenunjukan contoh-contoh perjuangan yang memerlukan keberanian, seperti menunjukan betapa beraninya para pahlawan dalam melawan penjajah, bala tentara Nabi Muhammad yang jumlahnya lebih sedikit dari kamu kafir tetapi tetap berani berperang, dll.
c.       Mengajarkan kesabaran
Sabar artinya menerima takdir atau nasib yan diberikan oleh Allah dengan senang hati dan luas dada,tidak menyalahkan siapa pun, terlebih Allah. Sifat sabar inilah yang harus kita tanamkan pada anak sedini mungkin.
d.      Mengajarkan kesederhanaan.
Hidup tidak bermewah-mewah adalah anjuran agama islam. Nabi Muhammad SAW tidak mencontohkan perilaku hidup mewah, melainkan sebaliknya. Cara mengajarkan kesederhanaan yakni salah satunya dengan cara sering-sering mengajak anak ke tetangga ataupun bermain-main bersama anak tetangga yang hidup lebih sederhana. Cara seperti inilah kiranya merpukan pembelajaran anak untuk memahamkan kesederhanaan.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Peran orang tua dalam motivasi belajar merupakan pengharapan orang tua dalam memberikan dorongan kepada anaknya dalam proses belajar atau perubahan tingkah laku.
2.      Fungsi motivasi yakni sebagai penggerak, penunjuk arah dan penyeleksi perbuatan anak yang diberikan oleh orang tua mereka.
3.      Cara orang tua dalam memotivasi belajar anak adalah dengan mengajarkan hal-hal yang bersifat esensial yakni menumbuhkan keyakinan diri dan membentuk kepribadian anak sedari kecil, sehingga motivasi untuk belajar tumbuh secara sendirinya karena telah dibiasakan sedari kecil.
B.     Saran
1.      Orang tua sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya, seyogyanya memberikan motivasi sedari kecil kepada anak-anaknya mengenai pentingnya belajar.
2.      Pembaca dapat mengambil kemanfaatan dari pemberian motivasi bagi anak yang dilakukan orang tuanya sehingga di kemudian hari dapat menauladani hal tersebut
C.     Penutup
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT karena kami mampu untuk menyelesaikan makalah ini. semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pemakalah pada khususnya dan pembaca pada umumnya.




DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. dkk. 1991.Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar Edisi Revisi, Jakarta : PT Rineka Cipta.
Atmaja Prawira, Purwa. 2012. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Daradjat, Zakiah. dkk.1992. Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta: Bumi Aksara
Depdikbud.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka
Jalaluddin. 2008. Psikologi Agama.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Marijan. 2012. Metode Pendidikan Anak.Yogyakarta : Sabda Media.
Purwanto, M. Ngalim. 1995. Psikologi Pendidikan.Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rahman Shaleh, Abdul. 2009. Psikologi Suatu Pengantar dalam Perpsektif Islam Cet.4. Jakarta : PT Fajar Interprata Offset




[1]Abu Ahmadi dkk, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 115
[2] Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), hlm. 995.
[3]Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,  1992), hlm. 35
[4]Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2012)hlm.319
[5] Ibid,hlm.225-227
[6] Jalaluddin, Psikologi Agama,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2008),hlm.268
[7] Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perpsektif Islam Cet.4, (Jakarta : PT Fajar Interprata Offset,2009)hlm.194
[8] M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 70-71
[9] Marijan, Metode Pendidikan Anak,(Yogyakarta : Sabda Media,2012),hlm.17
[10] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar Edisi Revisi, (Jakarta : PT Rineka Cipta,2004),hlm.167

No comments:

Post a Comment