Mari Bersama Merajut Pelangi

 Di suatu pagi, anak-anak sudah siap dengan kopiah, sarung, mukena dan perlengkapan sholat yang mereka bawa dari rumah. Mereka  bilang hari ini ujian praktek agama dan IPA. Riuh dari kejauhan anak-anak putri tergopoh-gopoh lari menghampiri gurunya untuk menanyakan teknik pelaksanaan praktik yang akan dilaksanakan pada hari itu.

"Bu, nanti nulis ayat al qur'an juga praktiknya?" Tanya salah seorang murid putri.

"Nanti dijelaskan di kelas ya." Kata guru yang baru saja selesai mencuci tangan. Mencuci tangan menjadi sebuah keharusan ketika sampai di sekolah sejak wabah covid-19 melanda negeri ini.

Pelaksanaan ujian praktik agama kelas 6 pun, tak luput dari tetap menerapkan protokol kesehatan, mulai dari mencuci tangan pakai sabun dan menggunakan masker. 

Acara ujian praktik berjalan dengan lancar, meski ada saja anak-anak yang dengan cerita dan tawa mereka tentang perbedaan tata cara pelaksanaan sholat. 

"Bu, saya baca doa iftitahnya pakai kabiro ya." Kata murid laki-laki bernama Gara.

"Ya." Kata gurunya.

"Bu, tapi aku pakai bangid, do'a iftitahnya." Kata Salsa salah satu siswi yang dengan mantap bersiap untuk praktik sholat.

"Baik anak-anakku, semua doa yang kalian baca adalah benar semuanya. Sekarang bergantian saja antara yang pakai bangid dengan kabiro bacaanya ya." Kata guru mereka.

"Aku ikut muhammadiyah Bu, bacanya, Gara kan LDII." Kata Salsa.

"Nak, semua benar bacaannya. Yang tidak benar adalah yang tidak hafal dua-duanya." Kata guru mereka sambil terkekeh, karena menyaksikan perdebatan anak-anak tingkat dasar yang pikirannya sudah sampai tingkat kuliahan.

Hingga ujian praktik selesai, anak-anak pun segera merapikan alat sholat mereka dan berdoa pulang.

*) Sebuah catatan kecil dari seorang guru di lingkungan yang majemuk. Keragaman dalam pelaksanaan tata cara ibadah dalam agama yang sama. Bismillah walhamdulillah semoga murid-murid kami senantiasa istiqomah dalam menjalan ibadah kepada Allah SWT hingga akhir hayat. Aamiin

Comments