Friday, 26 February 2016

Sebuah Pengharapan

Senja yang kini menelisik di antara ilalang-ilang. Syahdu, rasaku mengingatkan aku akan sosokmu. Sosok yang selalu ku semogakan dalam doa dan pintaku pada-Nya.

Senja, saat pendar jingga langit bagian barat berpendar membentuk siluet wajahmu dalam anganku. Dan aku tahu, penantianku masih membersamaiku menjalani hari, hingga hari ini.

Senja, inilah bulan kelahiranku. Februari dimana aku mengenal dunia ini, ketika aku terlahir dari rahim seorang ibu yang sangat menyayangiku.

Senja, aku tahu. Aku masih memiliki pengharapan yang sama terhadap hidupku. Inginku patuhi-Nya meski sukar, meski kadang aku tak mampu.

Senja, pengharapanku pada-Nya, semoga yang ku semogakan dapat menerimaku apa adanya. Dan aku mampu menjadi teman hidupnya.

Senja, kini aku mengerti. Jika mentari esok akan kembali, membawa pengharapan yang lebih baik. Seperti pengharapanku pada-Nya saat ini hingga akhir nanti.

Senja, tetaplah berpendar seperti sedianya, ketika aku masih menatapmu takzim di pinggiran ladang.

No comments:

Post a Comment