Bapak...
Ku goreskan tinta pada secarik kertas
Ku alunkan rasa tanpa suara
Membait rasa untuk Bapak tercinta
Puisi Bapak disebutnya
Bapak...
Pagi hari kau pergi
Siang hari kau kembali
Kembali ke rumah dengan senyum pasti
Melihat mamak menanak nasi
Bapak...
Kau tak pernah berkeluh
Saat teriknya mentari membakar kulitmu
Kala peluh mengalir deras dari tubuhmu
Kau tetap berjuang untuk keluargamu
Bapak...
Meski anakmu di tanah rantau
Pesanmu tetap di benak sanubari
Kidung doamu mengalun di setiap langkah kami
Karena restumu jalan sukses kami
Bapak...
Tetaplah menjadi pahlawan keluarga
Tetaplah sehat dan bahagia
Biarlah Sang Illahi yang berikan surga untukmu
Karena... doa kami selalu untukmu
Wonosidi Lor, 12 November 2015
For my lovely father, written by : Nuryani Binti Dwi Harto
Ku goreskan tinta pada secarik kertas
Ku alunkan rasa tanpa suara
Membait rasa untuk Bapak tercinta
Puisi Bapak disebutnya
Bapak...
Pagi hari kau pergi
Siang hari kau kembali
Kembali ke rumah dengan senyum pasti
Melihat mamak menanak nasi
Bapak...
Kau tak pernah berkeluh
Saat teriknya mentari membakar kulitmu
Kala peluh mengalir deras dari tubuhmu
Kau tetap berjuang untuk keluargamu
Bapak...
Meski anakmu di tanah rantau
Pesanmu tetap di benak sanubari
Kidung doamu mengalun di setiap langkah kami
Karena restumu jalan sukses kami
Bapak...
Tetaplah menjadi pahlawan keluarga
Tetaplah sehat dan bahagia
Biarlah Sang Illahi yang berikan surga untukmu
Karena... doa kami selalu untukmu
Wonosidi Lor, 12 November 2015
For my lovely father, written by : Nuryani Binti Dwi Harto
aku memang belum pernah bikin puisi yang panjang untuk bapakku, tapi aku pernah buat puisi pendek banget,
ReplyDeletepuisinya kaya apa mbak? kok pendek banget. :-)
ReplyDelete