Thursday, 14 May 2015

Senja di Gang Nakula

Senja yang indah, kala mentari mengucapkan sampai jumpa esuk wahai insan di dunia. Dia pergi untuk kembali esok hari, menyinari tiada henti, berikan kehidupan di muka bumi ini.

Aku memandang pendar jingga kepergiaan mentari menuju tempat peraduannya di ufuk barat. Ya, harusnya kau kembali lagi esok, untukku dan untuk semua insan di bumi ini. Setidaknya semua jasamu untuk para pengusaha laundry tak akan tergantikan hari ini. Bye-bye mentari.

Aku mengarahkan pandanganku ke kiri dan ke kanan, sebelum akhirnya aku menyebrang jalan. Jalanan senja itu begitu ramai, saatnya pulang bagi mereka para pencari rizki Allah SWT di muka bumi ini, layaknya burung-burung yang terbang kembali ke sarang-sarang mereka membawa rizki dan penat tak terhingga. Meskipun penat ada rasa bangga dan puas di sana, kepenatan hari ini menjadi berkah ketika berangkat meniatkan pekerjaannya untuk ibadah kepada Allah SWT, dengan membaca bismillah dan hati yang ikhlas untuk bisa berjuang untuk hidup di hari ini.

Jeda yang diberikan oleh lalu-lalannya kendaraan bermotor, mengizinkanku untuk melewati jalan senja itu. Gapura yang berada di pinggir jalan itu selah melambaikan tangan padaku. Gapura dengan tulisan Rt 56 Rw 27 di bilah tiyang sebelah kanan dan Rt 57 Rw 27 di bilah tiyang sebelah kanan, dengan tulisan Mushola Umar Bin Khatab di sebelah atas. Hingga tampaklah oleh orang-orang muslim untuk bisa sholat bila adzan telah berkumandang.

Gapura yang terletak di gang Nakula senja itu nampak gelap, ada yang beda pikirku. Tak seperti hari-hari sebelumnya. Ah, ternyata lampu di atas gapura mati. Mungkin belum dibenahi, hingga gapura itu menjadi suram. Gang Nakula yang biasa ku lewati, jalan yang terbiasa untukku memandang senja di langit Batas, Wates Kulon Progo. Genapkan masa remajaku di sini, kota kecil di salah satu kabupaten di DIY.

#Senja Berlanjut

No comments:

Post a Comment