Seorang anak kecil bernama Jo sedang menyemir sepatu salah satu
pelanggannya. Sebagai seorang penjaja asongan sekaligus penyemir sepatu,
Jo senantiasa tekun dalam bekerja plus juga berdoa kepada Allah SWT.
Di suatu siang ketika bapak pulang dari sawah, Jo bertnya tentang suatu.
Sesuatu yang ada di hatimu, sesuatu yang ada di benaknya, sesuatu
tentang namanya.
"Wahai bapakku, kenapa bapak memberi nama aku dengan nama Jo?" Tanya Jo kepada bapaknya sambil terus menyemir sepatu.
"Ada apa gerangan wahai anakku ? Kenapa kau menanyaiku seperti itu?" Bapak menyeringai curiga kepada anaknya, Jo.
"Wahai
bapakku, tadi siang ada seorang pengemudi kendaraan bermotor yang
berteriak-teriak di dekat lampu lalu lintas ketika aku sedang menyemir
sepatu Pak Bagong di warung mie ayam. Dan tahukah wahai bapakku, apa
yang dia ucapkan?" Jo bersungut-sungut bercerita dengan nada sebal.
"Apakah gerangan yang orang itu katakan wahai anakku?" Bapak beringsut mendekati Jo, anaknya.
"Bang
Jo !!! Bang Jo !!! Bang Jo !!! Dan aku pun mendekati orang itu, aku
kira dia memanggilku abang wahai Bapakku, seperti si cantik Memei yang
memanggilku dengan sebutan bang Jo." Senyum sumringah kembali menghiasi
wajah anak seusia delapan tahun itu.
Bapak mengulum senyum
pun tawa, hampir saja dia meledakan bom tawa di bibirnya. Bapak
mengerti bahwa, orang yang menyebut lampu lalu lintas dengan sebutan
Bang Jo adalah orang jawa, seperti bahasa temannya dulu waktu merantau
ke Jogja.
"Wahai anakku, mungkin dikau perlu belajar
banyak bahasa. Janganlah dirimu mengungkung diri dengan bahasa ibumu,
bahasa daerahmu sendiri, hingga kelak kau mampu, memahami perkataan
orang lain." Kata bapak menasihati anaknya.
"Ok dah, wahai
bapakku. Tapi kenapa orang itu berteriak Bang Jo di lampu lalu lintas
wahai bapakku?" Tanya Jo penuh tanda tanya.
"Oh, orang
itu meneriaki orang-orang supaya berhenti di lampu merah nak, karena
orang-orang di negeri ini tidak semua sadar lalu lintas. Bukan begitu
Bang Jo." Bapak terkekeh, menjawab pertanyaan anaknya.
"Benar juga Wahai bapakku," Manggut-manggut takzim.
No comments:
Post a Comment