Monday, 11 November 2013

SEMARAK KEMERDEKAAN DI DESAKU



“Kepada sang merah putih, hormaaaaat grak”, teriak sang pemimpin upacara kepada seluruh peserta upacara.
Kemudian seluruh peserta upacara mengangkat tangannya untuk menghormati sang merah putih. Menghormati sang merah putih yang dikibarkan oleh petugas pengibar bendera di sekolah tersebut pada tanggal 17 Agustus. Alunan lagu Indonesia Raya dinyanyikan oleh grup paduan suara. Nuansa kemerdekaan amat terasa sekali di sekolah ku beberapa tahun yang lalu sewaktu aku masih duduk di bangku sekolah dasar.
Seperti biasa setiap sekolah selalu mengadakan upacara pada tanggal 17 Agustus. Upacara untuk mengenang jasa para pahlawan dalam meraih kemerdekaan bagi Indonesia. Setelah upacara selesai, anak-anak sekolah pulang ke rumah dan bersiap mengikuti lomba tujuhbelasan di balai desa.
Beraneka lomba disiapkan oleh penduduk negeri dalam rangka merayakan kemerdekaan. Lomba-lomba yang pada intinya adalah untuk menciptakan rasa cinta tanah air, lomba yang memberikan motivasi bagi pesertanya untuk selalu bersemangat dan berusaha untuk meraih apa yang menjadi keinginnannya. Lomba bagi ibu-ibu, anak-anak, dan bapak-bapak pun diadakan. Mulai dari loma memasak nasi goreng, membuat makanan dari singkong bagi ibu-ibu. Lomba bagi bapak-bapak pun tidak kalah menarik, lomba panjat pinang yang selalu dinanti oleh para bapak dan remaja laki-laki yang punya semangat tinggi untuk meraih prestasi, prestasi memanjat lebih tinggi. Utuk anak-anak lomba yang disediakan berupa lomba balap karung, membawa kelereng di mulut dengan sendok, lomba makan kerupuk, lomba memasukan paku ke dalam botol dan lain-lain.  
Panjat pinang menjadi ciri khas lomba di hari kemerdekaan karena hadiahnya berupa uang, peralatan dapur, alat tulis dan perabotan rumah tangga yang digantung di atas tiang bambu yang telah dilumuri dengan oli. Oli tersebutlah yang menjadi rintangan bagi pemanjatnya untuk mengambil hadiah. Bapak-bapak biasanya saling bahu-membahu untuk meraih hadiah-hadiah yang bergelantungan di atas. Kemerdekaan menjadi meriah sekali ketika penonton saling bersorak memberikan semangat untuk para peserta perlombaan panjat pinang.
Ibu-ibu yang memasak nasi goreng berusaha sebaik mungkin menghidangkan nasi goreng terbaiknya untuk meraih hadiah. Nasi goreng yang dipenuhi dengan hiasan sayur untuk mempercantik tampilan ketika penilaan oleh juri dimulai. Nasi goreng kemerdekaan lebih semarak dan dahsyat, daripada nasi goreng untuk suami tercinta yang biasanya hanya ala kadarnya. He...
Anak-anak hilir mudik, ke sana-ke mari dengan karungnya sambil berharap, “Akulah Juaranya”. Berlompat-lompatan di dalam karung yang disediakan panitia, sibuk mengunyah kerupuk yang tergantung di depannya dengan lahap demi hadiah alat tulis. Ada lagi lomba memasukan paku ke dalam botol, anak-anak benar-benar  diuji kefokusaannya dalam permainan ini. Penonton bersorak sangat gemuruh menyaksikan setiap lomba. Anak-anak sangat antusias dalam setiap lomba yang ada. Mereka berusaha menjadi juara dengan sekuat tenaga untuk sebuah lomba kemerdekaan.
Di akhir perlombaan, para peserta lomba terlihat lelah sekali. Bapak-bapak berlepotan dengan oli, sedangkan anak-anak bermandikan keringat dan ibu-ibu bersorak semangat, soalnya habis makan nasi goreng sih. Hehe.
Penyerahan hadiah pun berlangsung meriah. Anak-anak sangat puas dengan hasil perjuangan mereka, perjuangan untuk meraih hadiah tentunya, bukan meraih kemerdekaan. Bapak dan ibu pun juga merasa bangga dengan perjuangan mereka. Perjungan meraih hadiah lomba kemerdekaan Republik Indonesia. Hingga puncaknya adalah pagelaran wayang kulit yang diadakan di malam hari tanggal 17 Agustus di balai desaku.



No comments:

Post a Comment