“Kepada
sang merah putih, hormaaaaat grak”, teriak sang pemimpin upacara kepada seluruh
peserta upacara.
Kemudian
seluruh peserta upacara mengangkat tangannya untuk menghormati sang merah
putih. Menghormati sang merah putih yang dikibarkan oleh petugas pengibar
bendera di sekolah tersebut pada tanggal 17 Agustus. Alunan lagu Indonesia Raya
dinyanyikan oleh grup paduan suara. Nuansa kemerdekaan amat terasa sekali di
sekolah ku beberapa tahun yang lalu sewaktu aku masih duduk di bangku sekolah
dasar.
Seperti
biasa setiap sekolah selalu mengadakan upacara pada tanggal 17 Agustus. Upacara
untuk mengenang jasa para pahlawan dalam meraih kemerdekaan bagi Indonesia.
Setelah upacara selesai, anak-anak sekolah pulang ke rumah dan bersiap
mengikuti lomba tujuhbelasan di balai desa.
Beraneka
lomba disiapkan oleh penduduk negeri dalam rangka merayakan kemerdekaan. Lomba-lomba
yang pada intinya adalah untuk menciptakan rasa cinta tanah air, lomba yang
memberikan motivasi bagi pesertanya untuk selalu bersemangat dan berusaha untuk
meraih apa yang menjadi keinginnannya. Lomba bagi ibu-ibu, anak-anak, dan
bapak-bapak pun diadakan. Mulai dari loma memasak nasi goreng, membuat makanan
dari singkong bagi ibu-ibu. Lomba bagi bapak-bapak pun tidak kalah menarik,
lomba panjat pinang yang selalu dinanti oleh para bapak dan remaja laki-laki
yang punya semangat tinggi untuk meraih prestasi, prestasi memanjat lebih
tinggi. Utuk anak-anak lomba yang disediakan berupa lomba balap karung, membawa
kelereng di mulut dengan sendok, lomba makan kerupuk, lomba memasukan paku ke
dalam botol dan lain-lain.
Panjat
pinang menjadi ciri khas lomba di hari kemerdekaan karena hadiahnya berupa
uang, peralatan dapur, alat tulis dan perabotan rumah tangga yang digantung di
atas tiang bambu yang telah dilumuri dengan oli. Oli tersebutlah yang menjadi
rintangan bagi pemanjatnya untuk mengambil hadiah. Bapak-bapak biasanya saling
bahu-membahu untuk meraih hadiah-hadiah yang bergelantungan di atas.
Kemerdekaan menjadi meriah sekali ketika penonton saling bersorak memberikan
semangat untuk para peserta perlombaan panjat pinang.
Ibu-ibu
yang memasak nasi goreng berusaha sebaik mungkin menghidangkan nasi goreng
terbaiknya untuk meraih hadiah. Nasi goreng yang dipenuhi dengan hiasan sayur
untuk mempercantik tampilan ketika penilaan oleh juri dimulai. Nasi goreng
kemerdekaan lebih semarak dan dahsyat, daripada nasi goreng untuk suami
tercinta yang biasanya hanya ala kadarnya. He...
Anak-anak
hilir mudik, ke sana-ke mari dengan karungnya sambil berharap, “Akulah
Juaranya”. Berlompat-lompatan di dalam karung yang disediakan panitia, sibuk
mengunyah kerupuk yang tergantung di depannya dengan lahap demi hadiah alat
tulis. Ada lagi lomba memasukan paku ke dalam botol, anak-anak benar-benar diuji kefokusaannya dalam permainan ini.
Penonton bersorak sangat gemuruh menyaksikan setiap lomba. Anak-anak sangat
antusias dalam setiap lomba yang ada. Mereka berusaha menjadi juara dengan
sekuat tenaga untuk sebuah lomba kemerdekaan.
Di akhir
perlombaan, para peserta lomba terlihat lelah sekali. Bapak-bapak berlepotan
dengan oli, sedangkan anak-anak bermandikan keringat dan ibu-ibu bersorak
semangat, soalnya habis makan nasi goreng sih. Hehe.
Penyerahan
hadiah pun berlangsung meriah. Anak-anak sangat puas dengan hasil perjuangan
mereka, perjuangan untuk meraih hadiah tentunya, bukan meraih kemerdekaan.
Bapak dan ibu pun juga merasa bangga dengan perjuangan mereka. Perjungan meraih
hadiah lomba kemerdekaan Republik Indonesia. Hingga puncaknya adalah pagelaran
wayang kulit yang diadakan di malam hari tanggal 17 Agustus di balai desaku.
No comments:
Post a Comment