Monday, 11 November 2013

CINTAKU KRING-KRING GOWES-GOWES


Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing.........kring......gowes....gowes...kriiiiing......kring..gowes gowes.!!!!!!!!!!!!!!!
Suara  bel sepeda di sepanjang jalan kenangan dibunyikan oleh sang empunya sepeda. Ditambah nyanyian lagu anak-anak jaman dulu sebagai lagu romantis bersepeda sore itu bersama sang pujaan hati. Dan siapa lagi makhluk satu itu? Siapa lagi kalau bukan Dikus. Dengan bangga di sepanjang jalan Dikus membunyikan bel sepedanya sebagai pertanda bahwa sang pangeran kodok dan putri cinderela akan lewat. Lingling sang putri yang dimaksud dengan anggunnya mengenakan topi bundar merah muda dipadu dengan rok warna coklat  dan blouse bermotif bunga-bunga berwarna putih. Lengkap sudah seperti bunga di taman.
Di sepanjang jalan Dikus dengan berbanggga diri memamerkan gadis pujaaan hatinya itu keliling kampung. Hingga tiba saatnya mereka melewati halaman rumah Marjuki. Di depan rumah nampak sesosok berambut kribo sedang nguber-nguber bebek. Nampak sekali kekucelan di wajahnya. Dikus pun menyapa dengan ramah sekali.
“Juki............juki..........juki..juki.........ijuk......ijuk.....ijuk....ijuk.....sapu ijuk...!! kring...........kring......hahaha”.  Dikus  tertawa melihat juki ngejar-ngejar bebek bokapnya dengan wajah bersungut-sungut melihat gadis pujaannya di bawa lari dikus. Dalam tanda kutip Juki suka ngfans berat sama Lingling tapi di lain pihak cintanya bertepuk sebelah kaki. Huh mengharukan. Prettttt....
“Woy berani loe yee boncengin gebetan gue, awas loe kus, gue kejar  pakai kuda putihnya spiderman.Huh”. Dengan semangat si sapu ijuk, eh si juki masuk garasi dan ngeluarin vespa bututnya buat ngejar dikus.
“Spiderman ga punya kuda, begoooooooo’. Hahahahahaaha.....”sambil teriak-teriak nimpalin kata-kata Juki Dikus berlalu dengan gadisnya.
Pada akhirnya kedua manusia langka dengan pujaan hati yang sama main kejar-kejaran di jalanan. Dikus makin senang aja soalnya semakin ngebut sepedanya semakin erat Linglig megangin pinggangnya. Kesempatan dalam kebut-kebutan ini namanya. Dikus tertawa-tawa dalam hati melihat si kepala ijuk ngejar-ngejar dirinya.
“Nah yaa, terkejar juga loe kus. Berhenti ga loe. Kalau nggak gue nulis huruf S di jidat loe, biar loe mau berhenti.” Sempet-sempetnya ngelawak tidak pada tempatnya dasar ijuk. Juki menghadang sepeda Dikus dipertigaan jalan dekat empang sawah bokapnya.
“Tenang juk, tenang. Gue bakalan berhenti dan tunjukan kejantanan gue. Hahaha...”. Dikus minggirin sepeda di pinggir  jalan dan menurunkan Lingling sang gadis pujaan hati mereka.
Dengan sigap juki narik bajunya si dikus hendak ditempelengnya anak itu karena udah berani banget bawa gebetannya dari jaman SD sampai sampai jadi anak kuliahan ga barengan aja kaki bertepuk alais ga keterima juga. Nasib-nasib. Maksudnya nasibmu jelek abiiiss sich juk. Mengahrukan dan membuat ayam tertawa.hahahaha.
“Stop !!!!!!! Liling ga suka sama owe aaa. Liling suka dikus maa. Pergi sana saja dari Lingling.” Dengan bersungut-sungut Lingling marah sambil jambakin kepala ijuk buat nyegah aksi pemukulan di tkp (tempat kejadian penjambakan) rambut sapu ijuk Juki.
“Apaaaa? Neng Lingling tega nian dikau menolak cinta abang yang ke satu, dua...tiga..emm 1000 kali aja dech. Abang cinta eneng banget tau ga sih kamu neng? Oh sungguh teganya-teganya-teganya-teganya dirimu sayang.” Juki nangis sambil nyanyi lagu sendu sambil guling-guling di pinggir jalan.
“Thank u so much, i’m sorry good bye.” Lingling balesin lagu ijuk, eh juki dengan lagunya KD (Krisdayanti) dengan nada tionghoanya.
“I’m the champion my prend,,,and we’ll keep on fihgting till the end. I”m the champion, i’m the champion, i’m the champion. No time for loser. I’m the campion of the love, Hahaha...hahahha...hahahaha...dengerin tuch juk, apa kata gadis gue.” Dikus nyanyi lagu We are the champion dengan aransemen ala dikus sendiri.
“Tega loe kus ngetawain gue, awas lain kali gue buat perhitungan sama loe.huhu.higs...higs” Juki ngancem dikus sambil mewek. Ada bayangan bintang-bintang di kepalanya lhoh kan harusnya hati robek kan ya, lha ini nggak soalnya dia cuma pusing kejedot jalan. Hati robek belum tampil soalnya ijuk pantang menyerah kaya lagunya Bondan feat fide two black.
“Hahahahaha....hahaha..hahaha”. Dikus ngakak tiada hentinya.
“Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing..........kring..kring..bangun donk kus hore, bangun donk kus hore, berhasil..berhasil. hore,,lehisimos..berhasil... !!!! Bunyi alarm hp unik miliknya dikus bunyi. Busyett dahh gue cuma mimpi. Jam berapa nich? Waduh udah jam 7 bisa telad berangkat kuliah nich. Move on to kamar mandi. Lariiiiiiiiii..!!!!
                                                   ***
Jutaan hari aku menunggumu, puluhan lagu tercipta untukmu apakah engkau kan terus begini ? Lingling hoa hoa sayang. Gue naksir sama loe tapi gue maju mundur. Maju mundur buat ungkapin rasa gue buat loe Lingling oh Lingling. Dikus nyanyi sambil main gitar di bawah pohon rambutan depan rumah engkongnya. Berharap Lingling anak gadis Babahong keluar rumah buat nyiramin bunga-bunga mawar nan indah merekah di depan rumahnya.
Dari balik jendela Lingling ngelihatin Dikus yang sedang main gitar. Dalam hati Liling berbunga-bunga seneng banget ngelihatin Dikus tiap sore nyanyi sambil main gitar di bawah pohon rambutan depan rumahnya. Tiada tahu dia bahwa lagu yang Dikus nyanyikan itu teruntuk dirinya. Sungguh pun Lingling menyukai Dikus dari dulu sejak Dikus udah mulai ganteng, soalnya waktu SD dia kumel abis. “Dikus, owe tahu ? Lingling ada rasa sama loe, tapi apa pantas owe yang mulai dulu. Secara owe ini wanita.”
Satu sama lain di antara kedua sejoli itu saling menyukai dalam hati mereka masing-masing, tapi apalah daya kasih tak sampai. Cinta dalam hati gitu dech kaya lagunya ungu.
                                                  ***
Pukul 10.00, waktunya istirahat. Mahasiswa dan mahasiswi semester dua kedokteran udah pada mengahambur keluar kelas ngikutin pak dosen yang udah duluann pergi ke kantin, hloch? Ke kantor maksudnya, yang ke kantin mahasiswa dan mahsiswinya. Ada yang ke kantin, ke kamar kecil, ke taman, dan tidak ada yang ke kuburan yang pasti. Soalnya di seberang kampus ada lahan kuburan sih, siapa tahu ada yang mau ziarah dulu sebelum jajan. Hohoho..
Tersebutlah manusia berrambut kribo mirip sapu ijuk, bermuka rada item tersembul tiba-tiba dari arah kantin.Manusia itu hendak menuju tempat Lingling duduk depan kelas fakultas kedokteran bersama pretty. Di sana nampak sekali sang gadis pujaan sedang mengibas-ngibaskan kipasnya. Maklum panasnya hari membuat setiap orang pada bawa kipas dari rumah masing-masing.
      Dari arah yang tak diduga oleh mereka berdua juki mendekati kedua gadis cantik itu. Dengan rambut ijuk kesayangannya dia berjalan layaknya aktor naik pamor, biasa anak muda zaman sekarang sukanya aneh-aneh alias alay. Berhubung rambutnya kribo kaya ijuk minyak wangi pun ga ngfek ma rambut tersebut di atas. Ujung-ujungnya bukan modis karena minyak rambut tapi trend menabung di rambut kribo. Tiap naruh duit bukan di saku malah di kepala. Hebatkan rambut gue, batin dia dalam hati bangga. Juki pun menghampiri cewek tionghoa itu.
      “Hai neng Lingling sayang, kepanasan ya? Sini abang kipasin.” Gaya juki sok nawarin bantuan buat caper alias cari perhatian Lingling.
      “Kaya ada yang bersuara gitu dch pret, tapi tak ada orangnya ma. Owe dengar ga pret?” tanya Lingling pada pretty yang duduk di sebelahnya.
      “Nampaknya ini bau-bau genderuwo kribo gitu dech Ling, soalnya berdasarkan mitos purbakala dimana zamannya masih zaman purba dimana yang idup cuma manusia purba. Genderuwo kribo itu berkeliaran buat ngecengin cewek kece kaya kita ini. Sumprit dch bau banget di sini. Radar gue udh ngedeteksi dari bau tak sedap ini. hoeekkksss cuih”. Pretty bersin sambil ngekek.
      “Oooooh seraaaam, Lingling takut dech pret, apa lagi Lingling kan cantik. Jadi genderuwo kribo itu baiknya kita gebukin aja yuks biar ga gangguin kita. Siap !!!!!
      “Bruk...brog..pret...dor,..tok..doorr.brug..” Pretty dan Lingling nggebukin Juki pakai kipas dan buku bahkan sapu ijuk yang mirip rambutnya Juki. Suara bug-gedebug pemukulan terjadi di tkp alias tempat kejadian pengusiran si Juki dari tempat mereka duduk. Sungguh apes nasib Juki hari itu.
“Neng Llingling kok tega sich sama abang neng?” ujar Juki melas cabut dari situ  sambil melas dan muka lemas. Begini dech nasib orang ganteng buanget.
                                                              ***
Krik...krik...krik... bunyi jangkrik di empang pada bunyi di kala malam. Suara burung hantu uhuk..uhuk..menanti mangsa. Tersebutlah seorang anak kribo sedang duduk minum kopi di bawah sinar bulan.
Dia bertanya pada bulan, pada bintang, pada jangkrik, pada empang, pada kopi, dan pada rumput yang bergoyang. Oh eneng Lingling, abang tak abis pikir. Kurang apa sih abang ini buat eneng. Badan tinggi, tegap, kekar kaya aderay. Rambut juga keren kaya Edi brokoli. Lantas apa kurangnya abang ini sayang?
Sesosok wanita cantik datang dari balik pintu dalam rumahnya. Dengan anggun nan elok layaknya miss universe gadis itu datang dengan mengenakan gaun merah muda berbando warna biru, dengan rambut panjang sebahu dan bermuka sangat manis layaknya gula merindui semut.
Juki terbelalak, menganga mulutnya bagaikan melihat kuntilanak. Apakah yang ia lihat itu nyata ataukah hanya imajinasinya di malam bolong sambil berharap tidak ada sundel bolong yang nyamar jadi Lingling. Dia pun tak berani mendekat pada gadis itu. Akan tetapi gadis itu semakin mendekat dan mendekat dan mendekat lagi kemudian tibalah saatnya dua sejoli berada dalam kedekatan yang sulit digambarkan. Dan ternyata......?
“Tolong..........!!!!!! Ada sundel bolong.. tolong..tolong”. Juki teriak-teriak didekati gadis mirip Lingling itu dan kemudian dia pingsan.
“Uaaaaaaa sundel bolong”. Juki bangun dari kursi di depan rumahnya. Ternyata hanya mimpi saudara. Juki selamat dari hantu. Hiii, merinding dech gue. Bisa-bisanya Lingling datang ke rumah ini di malam hari dan itu mustahil dan lagi untung aje gue  nonton film horor hingga gue curiga. Sundel bolong kampret gangguin gue aja pakai nyamar jadi Lingling.
             **** 
      Lingling seperti biasa setiap sore nyiramin bunga-bunga mawar di depan rumahnya. Babahong yang sedang minum teh dan membaca koran di kursi depan  rumah mengamati Lingling dari teras. Di balik pohon bagian lain, eh maksud kami dari sisi teras depan rumah lain tersembul seorang pemuda sedang naik pohon rambutan. Dikus sedang menyepionase gadis pujaan hatinya tu menyirami bunga-bunga nan indah merekah bagaikan gadis yang menyirami itu. Sambil makan buah rambutan dari atas pohon Dikus asyik menikmati pemandagan gadis pujaan hatinya dengan seksama, pelan dan tajam setajam silet pemirsa. Hehe..
Dari arah kandang ayam, engkong tak sengaja lewat depan rumahmu ada tenta biru. Hloch.? Tak sengaja engkong lewat di bawah pohon rambutan buat ngambil pakan ayam. Pluk, preeeettttt..!!!!
“Aduch, siapa nich nimpukin pala gue dari atas. Bau kentut lagi. Hoeeekxxzzz. Cuih..” engkong protes dengan suara tuanya. Engkong melongok ke atas pohon. Sialan loe kus, makan rambutan buang sampah sembarangan paki kentut pula. Mengharukan. Huh.
“Maap kong, kagak sengaja. Lagian engkong sih lewat ga permisi.” Kata dikus sambil ngunyah buah rambutan.
Engkong ngambeg, engkong lalu pergi. Pergi untuk kembali. Dan kembali membawa karung. Di dalam kengambegan engkong tersimpan ide besar. Ya tak salah lagi. Dikus disuruh metik semua buah rambutan bakal dijual di pasar Minggu.
“Eh kus, kagak rela gue loe makan semua buah rambutan gue saban sore gini. Loe petik semua tuh rambutan yee, bakal gue jual ke pasar Minggu besuk.” Kata engkong sensi.
“Idih engkong, makannya baru tiga biji aja sewot main suruh metik semua buat dijual. Engkong pelit nih, ntar sempit kuburannya mau? Ngeri loh kong. Oh seraaaaammmm!!!” kata dikus nakut-nakutin engkong.
“Eh, emang gue anak kecil loe kibulin. Daripade semua rambutan gue bakal loe semua mending gue jual, uangnye bisa buat disumbangin anak yatim. Ya nggak? Ya ngga?” kata egkong membela diri.
“Iye dch, terserah engkong. Tapi sisakan buat gue juga ya kong dutnya bakal buat jajan, hahahaha.”kata Dikus
“Ogah, mending buat gue sendiri sisanye. Kan loe dari kemarin udah makan di atas pohon samapi puas. Nah gue yang ga doyan rambutan cuma bisa ngelihatin. Enak di loe ga enak di gue tuk dodol”. Engkong ngeles.
“Huh, dasar engkong pelit. Huhu.” Kata dikus sebel
                                                       ****
Pukul 14.00 tepat, Lodikus kelabakan muter-muter nyari pompa sepeda. Bolak-balik dari kolong satu hingga kolong berikutnya di setiap kolong yang ada di dunia ini. Mulai dari kolong  jembatan hinngga kolong wewe, hehehe. Dan hasilnya sungguh mengharukan. Tanya mengapa ? Hasilnya nihil. Dikus pun lari ke pekarangan untuk mencari si empunya pompa sepeda. Yang tak lain dan tak bukan adalah engkongnya sendiri.
“Engkooooooong, oh engkong !!!! Dikau dimana sich ....?? Dikus teriak-teriak di pekarangan.
“Krik,,krik,,,!!! Sahut si jangkrik yang ada di kandang dekat kandang burung Engkong.
“Eh, krik. Gue ga minta kamu jawab whoy! “ kata dikus senewen.
“kriiiiiiiiiiikkkk.!!! (krik ka..krik..buuur,, kabuuuuuuuurrr) jangkrik ngjawab dengan bahasa  jangkrik.
Dikus masih pantang menyerah mencari pompa sepeda. Soalnya ban sepeda bututnya kelaperan banget alias kempes-pes-pes-pes. Target kali ini adalah pekarangan depan rumah. Dikus mau introgasi engkong yang mungkin lagi berkebun di situ. Tanpa basi-basi Dikus go out to kebon pekarangan.
“Nah, noh dia si engkong.” Kata Dikus dalam hati.
“Kong, pompa sepeda engkong taruh mana? Lagi butuh nich buat mompa sepeda.” kata  Dikus lebay
“Oohh, pompa. Noh di gudang. Emang loe nyar dimane ? kata engkong.
“Di bawah kolong tempat tidur engkong, kolong meja dan kolong-kolong yang ada di rumah engkong. Soalnya menurut buku Momon Sutarmon, orang-orang biasa menyimpan barang berharga di bawah kolong. Teus nich kong, tuan crab di film spongebob juga naruh duit dalam karung di kolong tempat tidur. Kali aja engkong naruh pompa di kolong tempat tidur.” Dikus menjelaskan ala mahasiswa kubu alias kutu buku
“Dasar, kebanyakan teori loe kus. Lagian hari gini nyimpen barang berharga di kolong tempat tidur ? Bukan zamannya lagi kali ya. Itu buku mungkin menceritakan kebiasaan manusia jadul terus loe itu dah gede ngappain juga mantengin film kartun, MKKB lue kus” Engkong sok berteori juga.
“Ya ampyun, MKLKB apa.an kong? Alat kotrasepesi yee? Huft, ya udah dech kong. Engkong bener sekali. Kan engkong manusia jadul, jadi dikus pikir engkong nympen pompa sepeda di kolong juga kaya di buku, hihihihi. “ Dikus tertawa terkekeh
“MKLKB is masa kecil loe kurang bahagia, hehehe...! Sembarangan loe yee, ngatain engkong jadul. Biar jadul tapi gaul. Lagian pompa sepeda seberapa harganya? Ditaruh di pinggir jalan pun ga bakal ada yang ambil” . Engkong sewot
“Kasian dech engkong, sekarang gue ambil tuch pompa di gudang. Habis ntu tuch pompa gue taruh di pinggir jalan raya ya kong ?” kata Dikus iseng
“Hloch, kenapa ditaruh di pinggir jalan ? Dibalikin ke gudang lagi donk”kata engkong.
“Kan kata engkong itu pompa ga berharga kan? Jadi aku taruh aja di pinggir jalan raya depan sana. Lalu kita buktikan beberapa jam kemudian, apa yang akan terjadi dengan pompa ini.” kata dikus sambil mompa sepeda.
“Enak aja loe, awas ya berani taruh tu  pompa di jalan, ga gue kasih uang saku loe.” Ancam engkong
“Hloch, kata engkong ni pompa ga berharga. Gimana sich ? Lumayan kan kong buat bantuin orang yang tiba-tiba bannya kempes di luar sana.”kata Dikus
“Sleketeb, awas ya macem-macem dengan pompa gue. Haaaaffft...”engkong kesel dikerjain mulu sama dikus.
“Ampun kong, ok dech. Dikus ga akan naruh tu pompa di jalanan sana. Dikus berangkat kuliah ya kong.”Dikus pamitan sama engkong.
Dikus pun gowes to kampus tercinta yang letaknya sekitar 3 kilo dari rumah. Di sepanjang perjalanan menuju kampus Dkus bernyanyi lagu favoritnya yang berjudul “Kring-krng Gowes-gowes”, lagu anak-anak jaman dulu ketika Joshua, Tasya dan Dea Ananda masih imut-mut kaya marmut. Sekarang mereka udah pada dewasa dan lagunya mereka udah bukan lagu anak-anak lagi. Entah mengapa Dikus tetep suka sama lagu “Kring-krIng Gowes-gowes”. Dari rumah hingga kampus masih nyanyiin itu lagu aja.
                                                   ***
                  Di lain hati, eh di lain jalan. Lingling sedang menunggu angkot buat berangkat kuliah. Habis nengokin neneknya di rumah sakit hingga doi harus nungguin angkot hingga keburu telad. Dan satu angkot pun tak ada yang lewat. Maklum masih jam 14.00, dimana sopir angkot pun juga lagi nungguin anak sekolahan pulang dari SMA or SMK masing-masing berderet di depan sekolah. Unik bukan kaya angkot-angkot itu? Kaya orang ngantri sembako. “Uft. Bisa telad Lingling maa, angkot pada lolot ga da yang mau nganterin Lingling kuliah”.
                  Dan sang pahlawan pun lewat depan jalan tempat Lingling nungguin angkot. Sang pahlawan naik sepeda ontel kebanggaanya yang sekali kayuh dua, tiga,bahkan empat pulau terlampaui. He. Lebay dikit.
                  Dikus terbelalak dengan penglihatannya, gadis pujaannya lagi nungguin angkot. Woa yaa, kesempatan bagus buat gue nich. Berhubung angkot lagi pada males narik, gue deketin aja kali ya Lingling. Sapa tau mau berangkat barengan gue ke kampus.
                  “Hai Ling, dikau sedang apa? Nungguin angkot ya? Angkotnya lagi ngntri noh di depan sekolahan. Nyampai sininya mungkin lama lhoh. Dikau nanti telad ga ke kampusnya?” kata dikus sambil gowes minggir mendekati Lingling.
                  “Eh owe kus, Lingling mau berangkat kuliah maa. Tapi angkot tak satu pun nongol dari tadi. Sungguh pun melas nian diriku ini kus. Huhu”.kata Lingling melas banget.
                  “Em, Ling. Gue mau bicara sama loe. Mumpung gue ada kesempatan. Hehehe. Dulu waktu SD gue sempet suka sam loe, dan rasa ini masih ada ampe sekarang buat loe. Gue dari dulu nungguin waktu yang tepat buat nyatain rasa ini. Tapi apalah daya, gue bukan tipe cowok pemberani. Gue Cuma bisa memendam rasa sampai bertahun-tahun. Gue udah nyiapin mental gue luar dalem sampai adem panas, dari musim duren hingga musim rambutan demi loe. Ling loe mau ga jadi pacar gue dan sekaligus bakalan jadi orang terakhir pelabuhan cinta gue ?” kata Dikus dengan to the point buanget
                  Lingling tersipu malu. Di hatinya rasa ini sungguh membuat berbunga-bunga. Mulai dari bunga mawar, bunga melati, semuanya indah di kebunnya tiap sore. Emang sih Lingling juga suka sama Dikus. Daripada dikejar-kejar juki mulu saban hari. Lingling bahagia sekaligus terharu. Ga nyangka Dikus nyimpen rasa buat dia selama bertahun-tahun. Dia pikir itu mustabil, eh mustahil. Dan tibalah Lingling kasih jawaban buat dikus.
                  “Kus, owe tahu? Lingling juga udah lama nyimpen rasa cinta ini buat loe. Tapi Lingling takut untuk memulai. Bagi Lingling jadi teman dan jadi tetangganya dikus aja Lingling udah seneng banget. Seneng banget bisa dengirin lagu-lagu sheila on 7 yang saban hari owe dendangin dengan gitar di bawah pohon rambutan. Itu sebabnya Lingling selalu rajin nyiramin bunga-bunga.” Kata Lingling pada Dikus.
                  Tak sengaja juki lewat dekat JMC (jalan menyatakan cinta). Juki ngelihatin mereka berdua dengan mata melotot dari atas vespanya. Penasaran dengan apa yang terjadi. Dikus nampak serius menatap wajah gadis pujaannya. Sedangkan juki dengan muka sapu, eh muka geram menahan nafas kecemburuan melihat Lingling sedekat itu dengan Dikus.
                  “Jadi Ling, apa dikau mau jadi kekasihku buat yang pertama dan terakhir?” tanya Dikus dengan harap-harap cemas dengan hati penuh harap buanget bakalan diterima.
                  Lingling mengangguk, mengangguk tanda setuju. Dikus memegang tangan Lingling dan mengecupnya. Angin bertiup sepoy-sepoy bertanda akan ada bahaya datang. Oh tidak, Juki dari kejauhan mengamati mereka. Dan Juki pun beraksi. Juki mendekati merka berdua ketika Dikus hendak ngeboncegin Lingling buat ke kampus.
                  “Stop, berhenti, polisi bilang berhenti. Mana SIM-nya? Surat Izin Memboncengkan gadis pujaan hati gue. Gue di sini polisi buat dia. Jadi gue lebih berhak ngeboncengin dia daripda loe. Loe ga level boncengin dia. Ngarti ga loe?” kata Juki nantangi Dikus.
                  “Dasar sapu ijuk, emangnya loe bokapnya dia apa? Ngaku-ngaku polisi buat Lingling. Polisi tidur iya, polisi beneran? Mustabil.hahaha. mustahil maksud gue. Tanya aja sana sama Lingling apa mau dia ngebonceng loe sampai kampus?” kata Dikus ga terima.
                  “Neng Lingling ngmpusnyae barengan abang Juki aja yuks neng? Daripada naik sepeda ontel, nant lama lhoh neng. Mendingan juga vespa abang. Larinya kenceng, eneng bisa pegangan abang kalau abang ngebut biar kagak telat ngampusnye.” Kata juki dengan segenap rayuan pulau kelapa, rayuan gombal gembelnya.
                  “Thank you so much, i’m sorry good bye. Maap abang Juki yang terkribo, Lingling maunya ngampus ama dikus adjah. Nanti kalau Lingling ngampus sama abang dikira abang itu tukang kebun Lingling lagi.hehehe”. kata Lingling mecairkan suasana, plus sedikit menghina.
                  “Dengerin tuch juk, dia milih gue kan? Bye ijuk, gue ama Lingling gowes dulu”. Dikus pun mengayuh sepedanya dengan bangga ngeboncengin Lingling meninggalkan Juki yang terdiam tanpa kata.
 Setelah mereka jauh dari jalan tadi Juki beraksi erotis, mewek alias nangis di pinggir jalan sambil manggilin emaknya.
                  “Emaaaak, juki ditolak lagi sama Lingling mak.huhu..higz. Vespa gue kalah sama sepeda ontel. Huh sebel dasar vespa butut.” Juki mewek sambil nendangin vespa bututnya.
                  Dikus dan Lingling gowes ke kampus berdua aja. Kini cinta mereka udah jadi nyata. Kagak disimpen-simpen lagi. Kagak pakai mimpi lagi udah jadi nyata cetar membahana gorila. Kring..kring gowes-gowes..kring gowes-gowes, Dikus nyanyi lagu anak-anak lagi di sepanjang jalan percintaan, hohoho. Dalam hati dia berucap. “Thanks ya Sepeda, cinta gue emang kring-kring gowes-gowes beneran gara-gara loe.”
     
      

No comments:

Post a Comment