Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing.........kring......gowes....gowes...kriiiiing......kring..gowes
gowes.!!!!!!!!!!!!!!!
Suara bel sepeda di
sepanjang jalan kenangan dibunyikan oleh sang empunya sepeda. Ditambah nyanyian
lagu anak-anak jaman dulu sebagai lagu romantis bersepeda sore itu bersama sang
pujaan hati. Dan siapa lagi makhluk satu itu? Siapa lagi kalau bukan Dikus.
Dengan bangga di sepanjang jalan Dikus membunyikan bel sepedanya sebagai
pertanda bahwa sang pangeran kodok dan putri cinderela akan lewat. Lingling
sang putri yang dimaksud dengan anggunnya mengenakan topi bundar merah muda
dipadu dengan rok warna coklat dan
blouse bermotif bunga-bunga berwarna putih. Lengkap sudah seperti bunga di taman.
Di sepanjang jalan Dikus dengan berbanggga diri memamerkan gadis
pujaaan hatinya itu keliling kampung. Hingga tiba saatnya mereka melewati
halaman rumah Marjuki. Di depan rumah nampak sesosok berambut kribo sedang
nguber-nguber bebek. Nampak sekali kekucelan di wajahnya. Dikus pun menyapa
dengan ramah sekali.
“Juki............juki..........juki..juki.........ijuk......ijuk.....ijuk....ijuk.....sapu
ijuk...!! kring...........kring......hahaha”.
Dikus tertawa melihat juki
ngejar-ngejar bebek bokapnya dengan wajah bersungut-sungut melihat gadis
pujaannya di bawa lari dikus. Dalam tanda kutip Juki suka ngfans berat sama
Lingling tapi di lain pihak cintanya bertepuk sebelah kaki. Huh mengharukan.
Prettttt....
“Woy berani loe yee boncengin gebetan gue, awas loe kus, gue
kejar pakai kuda putihnya spiderman.Huh”.
Dengan semangat si sapu ijuk, eh si juki masuk garasi dan ngeluarin vespa
bututnya buat ngejar dikus.
“Spiderman ga punya kuda, begoooooooo’. Hahahahahaaha.....”sambil
teriak-teriak nimpalin kata-kata Juki Dikus berlalu dengan gadisnya.
Pada akhirnya kedua manusia langka dengan pujaan hati yang sama main
kejar-kejaran di jalanan. Dikus makin senang aja soalnya semakin ngebut
sepedanya semakin erat Linglig megangin pinggangnya. Kesempatan dalam kebut-kebutan
ini namanya. Dikus tertawa-tawa dalam hati melihat si kepala ijuk ngejar-ngejar
dirinya.
“Nah yaa, terkejar juga loe kus. Berhenti ga loe. Kalau nggak gue
nulis huruf S di jidat loe, biar loe mau berhenti.” Sempet-sempetnya ngelawak
tidak pada tempatnya dasar ijuk. Juki menghadang sepeda Dikus dipertigaan jalan
dekat empang sawah bokapnya.
“Tenang juk, tenang. Gue bakalan berhenti dan tunjukan kejantanan
gue. Hahaha...”. Dikus minggirin sepeda di pinggir jalan dan menurunkan Lingling sang gadis pujaan
hati mereka.
Dengan sigap juki narik bajunya si dikus hendak ditempelengnya anak
itu karena udah berani banget bawa gebetannya dari jaman SD sampai sampai jadi
anak kuliahan ga barengan aja kaki bertepuk alais ga keterima juga.
Nasib-nasib. Maksudnya nasibmu jelek abiiiss sich juk. Mengahrukan dan membuat
ayam tertawa.hahahaha.
“Stop !!!!!!! Liling ga suka sama owe aaa. Liling suka dikus maa.
Pergi sana saja dari Lingling.” Dengan bersungut-sungut Lingling marah sambil
jambakin kepala ijuk buat nyegah aksi pemukulan di tkp (tempat kejadian
penjambakan) rambut sapu ijuk Juki.
“Apaaaa? Neng Lingling tega nian dikau menolak cinta abang yang ke
satu, dua...tiga..emm 1000 kali aja dech. Abang cinta eneng banget tau ga sih
kamu neng? Oh sungguh teganya-teganya-teganya-teganya dirimu sayang.” Juki
nangis sambil nyanyi lagu sendu sambil guling-guling di pinggir jalan.
“Thank u so much, i’m sorry good bye.” Lingling balesin lagu ijuk,
eh juki dengan lagunya KD (Krisdayanti) dengan nada tionghoanya.
“I’m the champion my prend,,,and we’ll keep on fihgting till the
end. I”m the champion, i’m the champion, i’m the champion. No time for loser.
I’m the campion of the love, Hahaha...hahahha...hahahaha...dengerin tuch juk,
apa kata gadis gue.” Dikus nyanyi lagu We are the champion dengan aransemen ala
dikus sendiri.
“Tega loe kus ngetawain gue, awas lain kali gue buat perhitungan
sama loe.huhu.higs...higs” Juki ngancem dikus sambil mewek. Ada bayangan
bintang-bintang di kepalanya lhoh kan harusnya hati robek kan ya, lha ini nggak
soalnya dia cuma pusing kejedot jalan. Hati robek belum tampil soalnya ijuk
pantang menyerah kaya lagunya Bondan feat fide two black.
“Hahahahaha....hahaha..hahaha”. Dikus ngakak tiada hentinya.
“Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing..........kring..kring..bangun donk kus
hore, bangun donk kus hore, berhasil..berhasil. hore,,lehisimos..berhasil...
!!!! Bunyi alarm hp unik miliknya dikus bunyi. Busyett dahh gue cuma mimpi. Jam
berapa nich? Waduh udah jam 7 bisa telad berangkat kuliah nich. Move on to
kamar mandi. Lariiiiiiiiii..!!!!
***
Jutaan hari aku menunggumu, puluhan lagu tercipta untukmu apakah
engkau kan terus begini ? Lingling hoa hoa sayang. Gue naksir sama loe tapi gue
maju mundur. Maju mundur buat ungkapin rasa gue buat loe Lingling oh Lingling.
Dikus nyanyi sambil main gitar di bawah pohon rambutan depan rumah engkongnya.
Berharap Lingling anak gadis Babahong keluar rumah buat nyiramin bunga-bunga
mawar nan indah merekah di depan rumahnya.
Dari balik jendela Lingling ngelihatin Dikus yang sedang main
gitar. Dalam hati Liling berbunga-bunga seneng banget ngelihatin Dikus tiap
sore nyanyi sambil main gitar di bawah pohon rambutan depan rumahnya. Tiada
tahu dia bahwa lagu yang Dikus nyanyikan itu teruntuk dirinya. Sungguh pun
Lingling menyukai Dikus dari dulu sejak Dikus udah mulai ganteng, soalnya waktu
SD dia kumel abis. “Dikus, owe tahu ? Lingling ada rasa sama loe, tapi apa
pantas owe yang mulai dulu. Secara owe ini wanita.”
Satu sama lain di antara kedua sejoli itu saling menyukai dalam
hati mereka masing-masing, tapi apalah daya kasih tak sampai. Cinta dalam hati
gitu dech kaya lagunya ungu.
***
Pukul 10.00, waktunya istirahat. Mahasiswa dan mahasiswi semester
dua kedokteran udah pada mengahambur keluar kelas ngikutin pak dosen yang udah
duluann pergi ke kantin, hloch? Ke kantor maksudnya, yang ke kantin mahasiswa
dan mahsiswinya. Ada yang ke kantin, ke kamar kecil, ke taman, dan tidak ada
yang ke kuburan yang pasti. Soalnya di seberang kampus ada lahan kuburan sih,
siapa tahu ada yang mau ziarah dulu sebelum jajan. Hohoho..
Tersebutlah manusia berrambut kribo mirip sapu ijuk, bermuka rada
item tersembul tiba-tiba dari arah kantin.Manusia itu hendak menuju tempat
Lingling duduk depan kelas fakultas kedokteran bersama pretty. Di sana nampak
sekali sang gadis pujaan sedang mengibas-ngibaskan kipasnya. Maklum panasnya
hari membuat setiap orang pada bawa kipas dari rumah masing-masing.
Dari arah yang tak
diduga oleh mereka berdua juki mendekati kedua gadis cantik itu. Dengan rambut
ijuk kesayangannya dia berjalan layaknya aktor naik pamor, biasa anak muda
zaman sekarang sukanya aneh-aneh alias alay. Berhubung rambutnya kribo kaya
ijuk minyak wangi pun ga ngfek ma rambut tersebut di atas. Ujung-ujungnya bukan
modis karena minyak rambut tapi trend menabung di rambut kribo. Tiap naruh duit
bukan di saku malah di kepala. Hebatkan rambut gue, batin dia dalam hati
bangga. Juki pun menghampiri cewek tionghoa itu.
“Hai neng Lingling
sayang, kepanasan ya? Sini abang kipasin.” Gaya juki sok nawarin bantuan buat
caper alias cari perhatian Lingling.
“Kaya ada yang bersuara
gitu dch pret, tapi tak ada orangnya ma. Owe dengar ga pret?” tanya Lingling
pada pretty yang duduk di sebelahnya.
“Nampaknya ini bau-bau
genderuwo kribo gitu dech Ling, soalnya berdasarkan mitos purbakala dimana
zamannya masih zaman purba dimana yang idup cuma manusia purba. Genderuwo kribo
itu berkeliaran buat ngecengin cewek kece kaya kita ini. Sumprit dch bau banget
di sini. Radar gue udh ngedeteksi dari bau tak sedap ini. hoeekkksss cuih”. Pretty
bersin sambil ngekek.
“Oooooh seraaaam,
Lingling takut dech pret, apa lagi Lingling kan cantik. Jadi genderuwo kribo
itu baiknya kita gebukin aja yuks biar ga gangguin kita. Siap !!!!!
“Bruk...brog..pret...dor,..tok..doorr.brug..”
Pretty dan Lingling nggebukin Juki pakai kipas dan buku bahkan sapu ijuk yang
mirip rambutnya Juki. Suara bug-gedebug pemukulan terjadi di tkp alias tempat
kejadian pengusiran si Juki dari tempat mereka duduk. Sungguh apes nasib Juki
hari itu.
“Neng Llingling kok tega sich sama abang neng?” ujar Juki melas
cabut dari situ sambil melas dan muka
lemas. Begini dech nasib orang ganteng buanget.
***
Krik...krik...krik... bunyi jangkrik di empang pada bunyi di kala
malam. Suara burung hantu uhuk..uhuk..menanti mangsa. Tersebutlah seorang anak
kribo sedang duduk minum kopi di bawah sinar bulan.
Dia bertanya pada bulan, pada bintang, pada jangkrik, pada empang,
pada kopi, dan pada rumput yang bergoyang. Oh eneng Lingling, abang tak abis
pikir. Kurang apa sih abang ini buat eneng. Badan tinggi, tegap, kekar kaya
aderay. Rambut juga keren kaya Edi brokoli. Lantas apa kurangnya abang ini
sayang?
Sesosok wanita cantik datang dari balik pintu dalam rumahnya.
Dengan anggun nan elok layaknya miss universe gadis itu datang dengan
mengenakan gaun merah muda berbando warna biru, dengan rambut panjang sebahu
dan bermuka sangat manis layaknya gula merindui semut.
Juki terbelalak, menganga mulutnya bagaikan melihat kuntilanak.
Apakah yang ia lihat itu nyata ataukah hanya imajinasinya di malam bolong
sambil berharap tidak ada sundel bolong yang nyamar jadi Lingling. Dia pun tak
berani mendekat pada gadis itu. Akan tetapi gadis itu semakin mendekat dan
mendekat dan mendekat lagi kemudian tibalah saatnya dua sejoli berada dalam
kedekatan yang sulit digambarkan. Dan ternyata......?
“Tolong..........!!!!!! Ada sundel bolong.. tolong..tolong”. Juki
teriak-teriak didekati gadis mirip Lingling itu dan kemudian dia pingsan.
“Uaaaaaaa sundel bolong”. Juki bangun dari kursi di depan rumahnya.
Ternyata hanya mimpi saudara. Juki selamat dari hantu. Hiii, merinding dech
gue. Bisa-bisanya Lingling datang ke rumah ini di malam hari dan itu mustahil
dan lagi untung aje gue nonton film
horor hingga gue curiga. Sundel bolong kampret gangguin gue aja pakai nyamar
jadi Lingling.
****
Lingling seperti biasa
setiap sore nyiramin bunga-bunga mawar di depan rumahnya. Babahong yang sedang
minum teh dan membaca koran di kursi depan
rumah mengamati Lingling dari teras. Di balik pohon bagian lain, eh
maksud kami dari sisi teras depan rumah lain tersembul seorang pemuda sedang
naik pohon rambutan. Dikus sedang menyepionase gadis pujaan hatinya tu
menyirami bunga-bunga nan indah merekah bagaikan gadis yang menyirami itu.
Sambil makan buah rambutan dari atas pohon Dikus asyik menikmati pemandagan
gadis pujaan hatinya dengan seksama, pelan dan tajam setajam silet pemirsa.
Hehe..
Dari arah kandang ayam, engkong tak sengaja lewat depan rumahmu ada
tenta biru. Hloch.? Tak sengaja engkong lewat di bawah pohon rambutan buat
ngambil pakan ayam. Pluk, preeeettttt..!!!!
“Aduch, siapa nich nimpukin pala gue dari atas. Bau kentut lagi.
Hoeeekxxzzz. Cuih..” engkong protes dengan suara tuanya. Engkong melongok ke
atas pohon. Sialan loe kus, makan rambutan buang sampah sembarangan paki kentut
pula. Mengharukan. Huh.
“Maap kong, kagak sengaja. Lagian engkong sih lewat ga permisi.”
Kata dikus sambil ngunyah buah rambutan.
Engkong ngambeg, engkong lalu pergi. Pergi untuk kembali. Dan
kembali membawa karung. Di dalam kengambegan engkong tersimpan ide besar. Ya
tak salah lagi. Dikus disuruh metik semua buah rambutan bakal dijual di pasar
Minggu.
“Eh kus, kagak rela gue loe makan semua buah rambutan gue saban
sore gini. Loe petik semua tuh rambutan yee, bakal gue jual ke pasar Minggu
besuk.” Kata engkong sensi.
“Idih engkong, makannya baru tiga biji aja sewot main suruh metik
semua buat dijual. Engkong pelit nih, ntar sempit kuburannya mau? Ngeri loh
kong. Oh seraaaaammmm!!!” kata dikus nakut-nakutin engkong.
“Eh, emang gue anak kecil loe kibulin. Daripade semua rambutan gue
bakal loe semua mending gue jual, uangnye bisa buat disumbangin anak yatim. Ya
nggak? Ya ngga?” kata egkong membela diri.
“Iye dch, terserah engkong. Tapi sisakan buat gue juga ya kong
dutnya bakal buat jajan, hahahaha.”kata Dikus
“Ogah, mending buat gue sendiri sisanye. Kan loe dari kemarin udah
makan di atas pohon samapi puas. Nah gue yang ga doyan rambutan cuma bisa
ngelihatin. Enak di loe ga enak di gue tuk dodol”. Engkong ngeles.
“Huh, dasar engkong pelit. Huhu.” Kata dikus sebel
****
Pukul 14.00 tepat, Lodikus kelabakan muter-muter nyari pompa
sepeda. Bolak-balik dari kolong satu hingga kolong berikutnya di setiap kolong
yang ada di dunia ini. Mulai dari kolong
jembatan hinngga kolong wewe, hehehe. Dan hasilnya sungguh mengharukan.
Tanya mengapa ? Hasilnya nihil. Dikus pun lari ke pekarangan untuk mencari si
empunya pompa sepeda. Yang tak lain dan tak bukan adalah engkongnya sendiri.
“Engkooooooong, oh engkong !!!! Dikau dimana sich ....?? Dikus
teriak-teriak di pekarangan.
“Krik,,krik,,,!!! Sahut si jangkrik yang ada di kandang dekat
kandang burung Engkong.
“Eh, krik. Gue ga minta kamu jawab whoy! “ kata dikus senewen.
“kriiiiiiiiiiikkkk.!!! (krik ka..krik..buuur,, kabuuuuuuuurrr)
jangkrik ngjawab dengan bahasa jangkrik.
Dikus masih pantang menyerah mencari pompa sepeda. Soalnya ban
sepeda bututnya kelaperan banget alias kempes-pes-pes-pes. Target kali ini
adalah pekarangan depan rumah. Dikus mau introgasi engkong yang mungkin lagi
berkebun di situ. Tanpa basi-basi Dikus go
out to kebon pekarangan.
“Nah, noh dia si engkong.” Kata Dikus dalam hati.
“Kong, pompa sepeda engkong taruh mana? Lagi butuh nich buat mompa
sepeda.” kata Dikus lebay
“Oohh, pompa. Noh di gudang. Emang loe nyar dimane ? kata engkong.
“Di bawah kolong tempat tidur engkong, kolong meja dan kolong-kolong
yang ada di rumah engkong. Soalnya menurut buku Momon Sutarmon, orang-orang
biasa menyimpan barang berharga di bawah kolong. Teus nich kong, tuan crab di
film spongebob juga naruh duit dalam karung di kolong tempat tidur. Kali aja
engkong naruh pompa di kolong tempat tidur.” Dikus menjelaskan ala mahasiswa
kubu alias kutu buku
“Dasar, kebanyakan teori loe kus. Lagian hari gini nyimpen barang
berharga di kolong tempat tidur ? Bukan zamannya lagi kali ya. Itu buku mungkin
menceritakan kebiasaan manusia jadul terus loe itu dah gede ngappain juga
mantengin film kartun, MKKB lue kus” Engkong sok berteori juga.
“Ya ampyun, MKLKB apa.an kong? Alat kotrasepesi yee? Huft, ya udah
dech kong. Engkong bener sekali. Kan engkong manusia jadul, jadi dikus pikir
engkong nympen pompa sepeda di kolong juga kaya di buku, hihihihi. “ Dikus
tertawa terkekeh
“MKLKB is masa kecil loe kurang bahagia, hehehe...! Sembarangan loe
yee, ngatain engkong jadul. Biar jadul tapi gaul. Lagian pompa sepeda seberapa
harganya? Ditaruh di pinggir jalan pun ga bakal ada yang ambil” . Engkong sewot
“Kasian dech engkong, sekarang gue ambil tuch pompa di gudang.
Habis ntu tuch pompa gue taruh di pinggir jalan raya ya kong ?” kata Dikus
iseng
“Hloch, kenapa ditaruh di pinggir jalan ? Dibalikin ke gudang lagi
donk”kata engkong.
“Kan kata engkong itu pompa ga berharga kan? Jadi aku taruh aja di
pinggir jalan raya depan sana. Lalu kita buktikan beberapa jam kemudian, apa
yang akan terjadi dengan pompa ini.” kata dikus sambil mompa sepeda.
“Enak aja loe, awas ya berani taruh tu pompa di jalan, ga gue kasih uang saku loe.”
Ancam engkong
“Hloch, kata engkong ni pompa ga berharga. Gimana sich ? Lumayan
kan kong buat bantuin orang yang tiba-tiba bannya kempes di luar sana.”kata
Dikus
“Sleketeb, awas ya macem-macem dengan pompa gue.
Haaaaffft...”engkong kesel dikerjain mulu sama dikus.
“Ampun kong, ok dech. Dikus ga akan naruh tu pompa di jalanan sana.
Dikus berangkat kuliah ya kong.”Dikus pamitan sama engkong.
Dikus pun gowes to kampus tercinta yang letaknya sekitar 3 kilo
dari rumah. Di sepanjang perjalanan menuju kampus Dkus bernyanyi lagu
favoritnya yang berjudul “Kring-krng
Gowes-gowes”, lagu anak-anak jaman dulu ketika Joshua, Tasya dan Dea Ananda
masih imut-mut kaya marmut. Sekarang mereka udah pada dewasa dan lagunya mereka
udah bukan lagu anak-anak lagi. Entah mengapa Dikus tetep suka sama lagu “Kring-krIng Gowes-gowes”. Dari rumah
hingga kampus masih nyanyiin itu lagu aja.
***
Di lain
hati, eh di lain jalan. Lingling sedang menunggu angkot buat berangkat kuliah.
Habis nengokin neneknya di rumah sakit hingga doi harus nungguin angkot hingga
keburu telad. Dan satu angkot pun tak ada yang lewat. Maklum masih jam 14.00,
dimana sopir angkot pun juga lagi nungguin anak sekolahan pulang dari SMA or
SMK masing-masing berderet di depan sekolah. Unik bukan kaya angkot-angkot itu?
Kaya orang ngantri sembako. “Uft. Bisa telad Lingling maa, angkot pada lolot ga
da yang mau nganterin Lingling kuliah”.
Dan sang
pahlawan pun lewat depan jalan tempat Lingling nungguin angkot. Sang pahlawan
naik sepeda ontel kebanggaanya yang sekali kayuh dua, tiga,bahkan empat pulau
terlampaui. He. Lebay dikit.
Dikus
terbelalak dengan penglihatannya, gadis pujaannya lagi nungguin angkot. Woa
yaa, kesempatan bagus buat gue nich. Berhubung angkot lagi pada males narik,
gue deketin aja kali ya Lingling. Sapa tau mau berangkat barengan gue ke kampus.
“Hai Ling,
dikau sedang apa? Nungguin angkot ya? Angkotnya lagi ngntri noh di depan
sekolahan. Nyampai sininya mungkin lama lhoh. Dikau nanti telad ga ke kampusnya?”
kata dikus sambil gowes minggir mendekati Lingling.
“Eh owe kus,
Lingling mau berangkat kuliah maa. Tapi angkot tak satu pun nongol dari tadi.
Sungguh pun melas nian diriku ini kus. Huhu”.kata Lingling melas banget.
“Em, Ling.
Gue mau bicara sama loe. Mumpung gue ada kesempatan. Hehehe. Dulu waktu SD gue
sempet suka sam loe, dan rasa ini masih ada ampe sekarang buat loe. Gue dari
dulu nungguin waktu yang tepat buat nyatain rasa ini. Tapi apalah daya, gue
bukan tipe cowok pemberani. Gue Cuma bisa memendam rasa sampai bertahun-tahun.
Gue udah nyiapin mental gue luar dalem sampai adem panas, dari musim duren
hingga musim rambutan demi loe. Ling loe mau ga jadi pacar gue dan sekaligus
bakalan jadi orang terakhir pelabuhan cinta gue ?” kata Dikus dengan to the
point buanget
Lingling
tersipu malu. Di hatinya rasa ini sungguh membuat berbunga-bunga. Mulai dari
bunga mawar, bunga melati, semuanya indah di kebunnya tiap sore. Emang sih
Lingling juga suka sama Dikus. Daripada dikejar-kejar juki mulu saban hari.
Lingling bahagia sekaligus terharu. Ga nyangka Dikus nyimpen rasa buat dia
selama bertahun-tahun. Dia pikir itu mustabil, eh mustahil. Dan tibalah
Lingling kasih jawaban buat dikus.
“Kus, owe
tahu? Lingling juga udah lama nyimpen rasa cinta ini buat loe. Tapi Lingling
takut untuk memulai. Bagi Lingling jadi teman dan jadi tetangganya dikus aja
Lingling udah seneng banget. Seneng banget bisa dengirin lagu-lagu sheila on 7
yang saban hari owe dendangin dengan gitar di bawah pohon rambutan. Itu
sebabnya Lingling selalu rajin nyiramin bunga-bunga.” Kata Lingling pada Dikus.
Tak sengaja
juki lewat dekat JMC (jalan menyatakan cinta). Juki ngelihatin mereka berdua
dengan mata melotot dari atas vespanya. Penasaran dengan apa yang terjadi.
Dikus nampak serius menatap wajah gadis pujaannya. Sedangkan juki dengan muka
sapu, eh muka geram menahan nafas kecemburuan melihat Lingling sedekat itu
dengan Dikus.
“Jadi Ling,
apa dikau mau jadi kekasihku buat yang pertama dan terakhir?” tanya Dikus
dengan harap-harap cemas dengan hati penuh harap buanget bakalan diterima.
Lingling
mengangguk, mengangguk tanda setuju. Dikus memegang tangan Lingling dan
mengecupnya. Angin bertiup sepoy-sepoy bertanda akan ada bahaya datang. Oh
tidak, Juki dari kejauhan mengamati mereka. Dan Juki pun beraksi. Juki
mendekati merka berdua ketika Dikus hendak ngeboncegin Lingling buat ke kampus.
“Stop,
berhenti, polisi bilang berhenti. Mana SIM-nya? Surat Izin Memboncengkan gadis
pujaan hati gue. Gue di sini polisi buat dia. Jadi gue lebih berhak
ngeboncengin dia daripda loe. Loe ga level boncengin dia. Ngarti ga loe?” kata
Juki nantangi Dikus.
“Dasar sapu
ijuk, emangnya loe bokapnya dia apa? Ngaku-ngaku polisi buat Lingling. Polisi
tidur iya, polisi beneran? Mustabil.hahaha. mustahil maksud gue. Tanya aja sana
sama Lingling apa mau dia ngebonceng loe sampai kampus?” kata Dikus ga terima.
“Neng
Lingling ngmpusnyae barengan abang Juki aja yuks neng? Daripada naik sepeda
ontel, nant lama lhoh neng. Mendingan juga vespa abang. Larinya kenceng, eneng
bisa pegangan abang kalau abang ngebut biar kagak telat ngampusnye.” Kata juki
dengan segenap rayuan pulau kelapa, rayuan gombal gembelnya.
“Thank you
so much, i’m sorry good bye. Maap abang Juki yang terkribo, Lingling maunya
ngampus ama dikus adjah. Nanti kalau Lingling ngampus sama abang dikira abang
itu tukang kebun Lingling lagi.hehehe”. kata Lingling mecairkan suasana, plus
sedikit menghina.
“Dengerin
tuch juk, dia milih gue kan? Bye ijuk, gue ama Lingling gowes dulu”. Dikus pun
mengayuh sepedanya dengan bangga ngeboncengin Lingling meninggalkan Juki yang
terdiam tanpa kata.
Setelah mereka jauh dari
jalan tadi Juki beraksi erotis, mewek alias nangis di pinggir jalan sambil
manggilin emaknya.
“Emaaaak,
juki ditolak lagi sama Lingling mak.huhu..higz. Vespa gue kalah sama sepeda
ontel. Huh sebel dasar vespa butut.” Juki mewek sambil nendangin vespa
bututnya.
Dikus dan
Lingling gowes ke kampus berdua aja. Kini cinta mereka udah jadi nyata. Kagak
disimpen-simpen lagi. Kagak pakai mimpi lagi udah jadi nyata cetar membahana
gorila. Kring..kring gowes-gowes..kring gowes-gowes, Dikus nyanyi lagu
anak-anak lagi di sepanjang jalan percintaan, hohoho. Dalam hati dia berucap. “Thanks
ya Sepeda, cinta gue emang kring-kring gowes-gowes beneran gara-gara loe.”
No comments:
Post a Comment