Merdeka !
Merdeka ! Merdeka atau Mati ! Sebuah ungkapan kata yang terucap dari
seorang pahlawan Indonesia. Siapa lagi
kalau bukan Bung Tomo ? Perlawanan mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih
masih terusik dengan kembalinya para penajajah yang belaum puas menjajah selama
berabad-abad lamanya. Dia merupakan salah satu pahlawan nasional Indonesia.
Pahlawan yang rela mati untuk merebut kemerdekaan negara Indonesia dari tangan
penjajah. Peristiwa demi peristiwa perlawanan para pahlawan terjadi di setiap
daerah. Tak gentar dan pantang menyerah. Hanya ada dua pilihan merdeka atau
mati.
Perlawanan-perlawanan
melawan penjajah sebelum kemerdekaan yang di masa silam telah berhasil
menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu kemerdekaan. Pengorbanan para
pahlawan dalam berjuang itu pun tentu saja didasari dengan rasa patriotisme
yang tinggi, rela berkorban dan kerelaan demi mengentaskan penderitaan manusia
Indonesia pada waktu itu. Penderitaan yang mendera negeri ini selama
berabad-abad lamanya harus segera diakhiri. Satu jalan untuk terbebas, angkat
senjata atau terjajah selamanya. Motivasi yang menguatkan tekad para pahlawan
untuk melawan tanpa gentar, dan pantang mundur.
Para pahlawan
pun gugur satu demi satu. Bagaimana tidak? Dari segi peralatan perang, mereka
kalah tertinggal dari para penjajah yang sudah mengandalkan kekuatan senjata
api. Sedangkan perlawanan rakyat hanya mengandalkan parang dan bambu runcing.
Dan itu semua menunjukan betapa berani dan hebatnya semangat juang rakyat dan
para pahlawan yang telah gugur untuk melawan penjajah untuk mengusir para penjajah
dari bumi Indonesia pada waktu itu. Dengan peralatan alakadarnya, dengan gagah
berani dan penuh keikhlasan mengentaskan penderitaan rakyat untuk berperang
melawan penjajah. Semangat cinta tanah air meneguhkan hati mereka untuk bersatu
padu melawan penjajah.
Seiring dengan
berjalannya waktu, semangat-semangat itu kian membara. Penderitaan tak
berpenghujung membuat bara api dalam diri manusia Indonesia semakin berapi-api.
Hingga pengorbanan Bandung Lautan Api pun terjadi. Semua itu adalah api
pemberontakan akan ketidakadilan dan penderitaan manusia Indonesia selama
berabad-abad lamanya terjajah. Penjajah dari yang berkulit putih sampai yang
bermata sipit, semua ingin menguasi Indonesia. Maklumlah Indonesia adalah
negara kaya, kaya akan sumber daya alam yang melimpah ruah dan belum bisa
mengolah.
Roda pun selalu
selalu berputar, dulu Indonesia berada di bawah dan dengan
perlawanan-perlawanan itulah Indonesia merangkak naik di atas roda kehidupan.
Perlawanan yang dulunya menggunakan senjata, kini berubah menjadi perang pola
pikir atau diplomasi. Kaum intelek terpelajar berusaha angakat pikiran memutar
otak untuk melawan penjajahan. Mulai dari konfrontasi hingga diplomasi. Hanya
satu tekad dan tujuan yakni MERDEKA. Puncak perlawanan merebut kemerdekaan mecapai
titik puncaknya setelah Ir. Soekarno membacakan teks proklamasi pada tanggal 17
Agustus 1945, maka perjuangan rakyat Indonesia telah memasuki babak baru.
Merdeka, merdeka dan merdeka. Surat kabar Internasional telah mengabarkan akan
kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia di kancah internasional. Penajajah yang
telah kembali ke negara mereka seakan tidak percaya, tapi memang begitulah
adanya. Sampai pada kembalinya para penjajah ke Indonesia lagi karena mereka
tidak mengakui kemerdekaan yag telah diproklamirkan oleh Ir.Soekarno. Penjajah
tidak rela dan mengakui kemerdekaan itu dan kembali berusaha menjajah Indonesia.
Dan kembali lagi bahwa rakyat dan
segenap tumpah darah indonesia harus berjuang melawan penjajah dalam rangka mempertahankan kemerdekaan yang telah tercapai.
Dari merebut kemerdekaan hingga mempertahankan kemerdekaan. Tiada menyerah,
pantang mundur bersatu padu melawan tiada gentar.
Demikianlah
sejarah. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan para penjajah. Perjuangan
memantaskan diri menjadi bangsa yang merdeka dan sejajar degan negara lain.
Perjuangan sebagai wujud pemberontakan terhadap ketidakadilan dan untuk
mengakhiri penderiataan yang telah berabad-abad lamanya dirasakan rakyat
Indonesia di bawah penajajahan orang bangsa kulit putih hingga bermata sipit.
Menengok ke belakang tentang perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah
mungkin tidak akan ada habisnya. Rasa takjub, kagum dan bangga pasti akan
menyeruak di hati sanubari ini betapa besar perjuangan mereka bangsa dan bagi generasi muda hingga saat ini.
Masa muda, masa yang berapi-api. Yang maunya
menang sendiri. Sepenggal lirik yang dinyanyikan oleh pak Haji rhoma Irama
dalam lagunya itu. Benar sekali bahwa masa muda itu masa dimana semangat berapi-api berkobar. Di masa muda, para
generasi muda diharapakan untuk dapat menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa
di mata dunia Internasional. Sebuah gebrakan generasi muda di era orde baru
untuk menyuarakan hati nurani rakyat menuntut agar Presiden Soeharto mengundurkan diri dari
jabatan sebagai presiden di negeri ini. Dengan kegigihan dan semangat bersatu
para generasi muda dalam hal ini mahasiswa sebagai manusi terpelajar menuntut keadilan, hingga dimulailah babak
baru setelah Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatan presiden. Dan
inilah babak era REFORMASI.
Dan generasi
yang dimaksud di atas adalah generasi tempo tahun 80.an, 90.an, bukan generasi
sekarang. Bagaimana dengan generasi sekarang ? Tentu saja sangat berbeda
sekali. Para generasi muda era abad 20.an telah merdeka, dan merdeka. Merdeka
dari penjajahan dan ketidakadilan era orde lama maupun orde baru. Betapa tidak?
Setelah reformasi, semua orang berhak menyuarakan pendapatnya dan mengkritisi
bagaimana pemerintahan dijalankan. Dan tentu saja berbeda seperti masa orde
baru yang membungkam media, dan ketidakbolehan mengutarakan pendapat bahkan mengkritisi
pemerintahan. Dan rakyat pada waktu itu hanya bilang “inggih sendika dawuh” yang
artinya iya, kami laksanakan. Generasi muda sekarang bebas berorasi,
berorgansasi, dan berdemokrasi. Sebuah tantangan baru untuk bisa bersuara dan
berpendapat bagaimana dan seperti apa harusnya negeri ini, bagaimana rakyat
berinspirasi dan mengkritisi untuk kemajuan dan perbaikan menjadi bangsa yang
lebih baik dan bermartabat.
Generasi muda
berpendapat, generasi tua merapat. Semakin gencarnya generasi muda menyuarakan
aspirasinya semakin merapatlah generasi tua. Kadang generasi tua lebih
mempertahankan status quo mereka, tapi
tidak di era reformasi ini. Di era reformasi dan informasi ini semuanya bisa
dikritisi dengan lisan maupun tulisan untuk melakukan “perlawanan”, dalam tanda
kutip bahwa perlawanan untuk menuju ke arah yang lebih baik dan demi kemajuaan
bangsa kita sendiri. Jadi sebagai generasi muda kita harus aktif dalam
mengikuti informasi di bidang pemerintahan dan berusaha mengkritisi
pemerintahan yang kurang harmonis dan kurang bersinergi dengan rakyat sebagai
wujud emansipasi di negara demokrasi.
Sejarah
mengajari segalanya. Ya, sejarah sebagai salah satu pelajaran berharga yang dimiliki
bangsa Indonesia. Bagaimana tidak? Perjuangan betapa sulitnya dalamberjuang
untuk meraih kemerdekaan dan untuk mengentaskan penderitaan yang dirasakan
selama berabad-abad lamanya. Dan itu semua dapat dientaskan dengan perjungan
dalam melawan penjajah. Rakyat dari berbagai suku, daerah, ras, dan pulau
bersatu padu menjunjung negeri pertiwi ini untuk meraih kemerdekaan.
Sejarah sebagai salah satu mata pelajaran
dalam ilmu pengetahuan sosial yang diajarkan di sekolah. Tujuan diajarkannya mata pelajaran sejarah
dalam ilmu pengetahuan sosial tidak lain dan tidak bukan adalah agar generasi
muda sebagai generasi penerus dapat menuai hikmah yang dapat dipercontohkan
dari perlawanan para pahlawan dan rakyat Indonesia dalam melawan penjajahan. Bagaimana
mereka dengan gigih berusaha mengentaskan penderitaan dari penjajahan untuk
menjadi bangsa yang merdeka.
Sebagai
generasi muda sangatlah perlu belajar sejarah bangsa. Sejarah mengajari kita
akan pentingnya kemerdekaan dan bagaimana menghargai para pahlawan dalam meraih
kemerdekaan. Mereka rela mati untuk memperjuangkan kemerdekaan negara
Indonesia, lalu bagaimana dengan para generasi muda saat ini yang telah berada
di masa kemerdekaan dan era globalisasi?
Mata pelajaran
sejarah sebagai salah satu mata pelajaran dalam ilmu pengetahuan sosial yang diadaptasi
dari landasan filsafat esensialisme. Dimana pada aliran filsafat ini berprinsip
berusaha untuk mundur satu langkah untuk
menemukan nilai-nilai dan norma-norma, barulah kemudian melangkah ke depan
dengan harapan langkah-langkah yang digunakan itu berlangsung dalam suasana yang
tenang dan stabil. Dalam hal ini dengan mempelajari mata pelajaran sejarah,
dapat diambil hikmah dan nilai-nilai perjuangan serta cinta tanah air. Selain
itu generasi muda diharapkan akan memiliki sikap cinta tanah air dan mampu
memajukan bangsa serta mengangkat harkat dan martabat bangsa.
Sejarah
menunjukan proses perubahan peradaban, dari bangsa yang terjajah hingga menjadi
bangsa yang merdeka. Semangat para pahlawan bagaikan suntikan semangat baru
yang menggelora jika diulas kembali dalam pembelajaran mata pelajaran ilmu
pengetahuan sosial. Perlunya rasa cinta tanah air, semangat juang yang tinggi
dan persatuan yang dapat dilihat dari perjuangan para pahlawan dapat ditauladai
dengan belajar sejarah bangsa Indonesia. Bagaimana menyikapi dan menghargai para pahlawan dalam
berjuang untuk kemerdekaan dan untuk kita para generasi muda. Sudah seharunya
semangat rela berkorban, dan cinta tanah air itu diambil hikmah dan
ditauladani. Persatuan para pahlawan dan rakyat Indonesia yang cinta tanah air
tidak akan mudah tergoyahkan oleh iming-iming KKN, atau korupsi, kolusi dan
nepotisme.
Generasi muda
yang masih seperti pucuk daun dengan
masa mudanya yang berapi-api juga dengan sikapnya yang hanya ingin menang
sendiri. Marilah menengok kembali sejarah perjuangan para pahlawan negeri ini.
Banyak hikmah yang dapat kita ambil dari sejarah perjuangan mereka. Semangat
cinta tanah air, rela berkorban dan persatuan erat tanpa tendensi. Generasi muda,
generasi penerus yang diharapkan mampu membangun harkat dan martabat bangsa
yang mulai terpuruk seperti saat ini.
Menjamurnya
budaya korupsi di era reformasi dan era globalisasi ini menuntut generasi muda
untuk berbenah diri. Sudah saatnya generasi mudah mengentaskan budaya korupsi.
Bagaiamana caranya ? Sejarah telah mengajari segalanya. Sejarah mengajari kita
bagaimana mencintai negeri sendiri, sebagai wujud cinta mereka rela berkorban
jiwa dan raga untuk meraih kemerdekaan dan megntaskan penderitaan bukan
menggerogoti uang rakyat seperti yang dilakukan para koruptor itu. Para pelaku
korupsi atau sering disebut dengan pelaku TIPIKOR (Tindak Pidana Korupsi) itu
ibarat musuh dalam selimut, dan bagaikan penjajah modern di era kemerdekaan
seperti saat ini. Dulu musuh bangsa Indonesia adalah penjajah luar negeri,
tetapi kini musuh utama adalah manusia dalam negeri sendiri. Betapa hebatnya
seorang terpelajar yang diserahi amanat oleh rakyat agar memimpin bangsa. Akan
tetapi amanat yang diberikan justru disalahgunakan untuk menggerogoti uang
negara. Dimanakah letak kecintaan pada
tanah air para pemimpin itu? Dan dimanakah sifat rela berkorban bagi negara?
Untuk memangku kepemimpinan saja disalahgunakan. Alangkah langkanya pemimpin
yang ADJUR, alias adil dan jujur itu di negeri ini. Semuanya seolah sirna,
pemimpin yang ADJUR itu langka, karena segala sesuatu dinilai dengan uang.
Sebagai mata
pelajaran yang memupuk kecintaan terhadap tanah air dan pembelajaran yang dapat
petik yakni mengambil hikmah dari sejarah perjuangan bangsa. Sudah saatnya
pelajaran sejarah itu dikemas sedemikian rupa sehingga dapat menarik generasi
muda dalam hal ini para peserta didik untuk tertarik belajar sejarah. Sejarah
bukanlah dongeng, sejarah bukanlah cerita karangan yang di karang oleh para
pengarang, melainkan sejarah adalah pengalaman berharga yang dimilki oleh suatu
bangsa sebagai aset masa depan. Aset masa depan dimana generasi penerus dapat
mengambil hikmah yang terkandung dalam pelajaran sejarah itu sendiri untuk
menimbulkan perasaan menghargai dan mencintai bangsa sendiri, serta dapat
mengetahui kehidupan di masa penjajahan sebelum masa kemerdekaan seperti saat
ini.
Di sini dapat terlihat betapa
pentingnya belajar sejarah. Untuk mencintai bangsa sendiri kita dapat menengok
kembali sejarah dan menemukan hikmah setelah menengok dan mempelajarinya. Belajar
sejarah adalah modal. Modal untuk melawan para penjajah modern. Penjajah modern
yakni para koruptor. Hidupkan kembali jiwa berapi-api yang berkobar, merasakan
betapa tercelanya perbuatan koruptor itu, bagaikan penjajah yang siap memangsa
uang di depan mata. Belajar sejarah adalah belajar hikmah. Menjadi bangsa yang
bermartabat adalah impian, dan bangsa yang bermartabat adalah bangsa yang
menghargai perjuangan para pahlwannya serta mengambil tauladan dari semangat
patriotisme mereka membangun Indonesia dari zero to be hero, say no to
corruption. History teaches us how to be.
No comments:
Post a Comment