Monday, 6 May 2013

MENUAI HIKMAH DARI SEJARAH



Merdeka ! Merdeka ! Merdeka atau Mati ! Sebuah ungkapan kata yang terucap dari seorang  pahlawan Indonesia. Siapa lagi kalau bukan Bung Tomo ? Perlawanan mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih masih terusik dengan kembalinya para penajajah yang belaum puas menjajah selama berabad-abad lamanya. Dia merupakan salah satu pahlawan nasional Indonesia. Pahlawan yang rela mati untuk merebut kemerdekaan negara Indonesia dari tangan penjajah. Peristiwa demi peristiwa perlawanan para pahlawan terjadi di setiap daerah. Tak gentar dan pantang menyerah. Hanya ada dua pilihan merdeka atau mati.
Perlawanan-perlawanan melawan penjajah sebelum kemerdekaan yang di masa silam telah berhasil menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu kemerdekaan. Pengorbanan para pahlawan dalam berjuang itu pun tentu saja didasari dengan rasa patriotisme yang tinggi, rela berkorban dan kerelaan demi mengentaskan penderitaan manusia Indonesia pada waktu itu. Penderitaan yang mendera negeri ini selama berabad-abad lamanya harus segera diakhiri. Satu jalan untuk terbebas, angkat senjata atau terjajah selamanya. Motivasi yang menguatkan tekad para pahlawan untuk melawan tanpa gentar, dan pantang mundur.
Para pahlawan pun gugur satu demi satu. Bagaimana tidak? Dari segi peralatan perang, mereka kalah tertinggal dari para penjajah yang sudah mengandalkan kekuatan senjata api. Sedangkan perlawanan rakyat hanya mengandalkan parang dan bambu runcing. Dan itu semua menunjukan betapa berani dan hebatnya semangat juang rakyat dan para pahlawan yang telah gugur untuk melawan penjajah untuk mengusir para penjajah dari bumi Indonesia pada waktu itu. Dengan peralatan alakadarnya, dengan gagah berani dan penuh keikhlasan mengentaskan penderitaan rakyat untuk berperang melawan penjajah. Semangat cinta tanah air meneguhkan hati mereka untuk bersatu padu melawan penjajah.
Seiring dengan berjalannya waktu, semangat-semangat itu kian membara. Penderitaan tak berpenghujung membuat bara api dalam diri manusia Indonesia semakin berapi-api. Hingga pengorbanan Bandung Lautan Api pun terjadi. Semua itu adalah api pemberontakan akan ketidakadilan dan penderitaan manusia Indonesia selama berabad-abad lamanya terjajah. Penjajah dari yang berkulit putih sampai yang bermata sipit, semua ingin menguasi Indonesia. Maklumlah Indonesia adalah negara kaya, kaya akan sumber daya alam yang melimpah ruah dan belum bisa mengolah.
Roda pun selalu selalu berputar, dulu Indonesia berada di bawah dan dengan perlawanan-perlawanan itulah Indonesia merangkak naik di atas roda kehidupan. Perlawanan yang dulunya menggunakan senjata, kini berubah menjadi perang pola pikir atau diplomasi. Kaum intelek terpelajar berusaha angakat pikiran memutar otak untuk melawan penjajahan. Mulai dari konfrontasi hingga diplomasi. Hanya satu tekad dan tujuan yakni MERDEKA. Puncak perlawanan merebut kemerdekaan mecapai titik puncaknya setelah Ir. Soekarno membacakan teks proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945, maka perjuangan rakyat Indonesia telah memasuki babak baru. Merdeka, merdeka dan merdeka. Surat kabar Internasional telah mengabarkan akan kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia di kancah internasional. Penajajah yang telah kembali ke negara mereka seakan tidak percaya, tapi memang begitulah adanya. Sampai pada kembalinya para penjajah ke Indonesia lagi karena mereka tidak mengakui kemerdekaan yag telah diproklamirkan oleh Ir.Soekarno. Penjajah tidak rela dan mengakui kemerdekaan itu dan kembali berusaha menjajah Indonesia. Dan kembali lagi bahwa  rakyat dan segenap tumpah darah indonesia harus berjuang melawan penjajah dalam rangka  mempertahankan kemerdekaan yang telah tercapai. Dari merebut kemerdekaan hingga mempertahankan kemerdekaan. Tiada menyerah, pantang mundur bersatu padu melawan tiada gentar.
Demikianlah sejarah. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan para penjajah. Perjuangan memantaskan diri menjadi bangsa yang merdeka dan sejajar degan negara lain. Perjuangan sebagai wujud pemberontakan terhadap ketidakadilan dan untuk mengakhiri penderiataan yang telah berabad-abad lamanya dirasakan rakyat Indonesia di bawah penajajahan orang bangsa kulit putih hingga bermata sipit. Menengok ke belakang tentang perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah mungkin tidak akan ada habisnya. Rasa takjub, kagum dan bangga pasti akan menyeruak di hati sanubari ini betapa besar perjuangan mereka bangsa dan  bagi generasi muda hingga saat ini.
Masa  muda, masa yang berapi-api. Yang maunya menang sendiri. Sepenggal lirik yang dinyanyikan oleh pak Haji rhoma Irama dalam lagunya itu. Benar sekali bahwa masa muda itu masa dimana semangat  berapi-api berkobar. Di masa muda, para generasi muda diharapakan untuk dapat menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa di mata dunia Internasional. Sebuah gebrakan generasi muda di era orde baru untuk menyuarakan hati nurani rakyat menuntut agar  Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatan sebagai presiden di negeri ini. Dengan kegigihan dan semangat bersatu para generasi muda dalam hal ini mahasiswa sebagai manusi terpelajar  menuntut keadilan, hingga dimulailah babak baru setelah Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatan presiden. Dan inilah babak era REFORMASI.
Dan generasi yang dimaksud di atas adalah generasi tempo tahun 80.an, 90.an, bukan generasi sekarang. Bagaimana dengan generasi sekarang ? Tentu saja sangat berbeda sekali. Para generasi muda era abad 20.an telah merdeka, dan merdeka. Merdeka dari penjajahan dan ketidakadilan era orde lama maupun orde baru. Betapa tidak? Setelah reformasi, semua orang berhak menyuarakan pendapatnya dan mengkritisi bagaimana pemerintahan dijalankan. Dan tentu saja berbeda seperti masa orde baru yang membungkam media, dan ketidakbolehan mengutarakan pendapat bahkan mengkritisi pemerintahan. Dan rakyat pada waktu itu hanya bilang “inggih sendika dawuh” yang artinya iya, kami laksanakan. Generasi muda sekarang bebas berorasi, berorgansasi, dan berdemokrasi. Sebuah tantangan baru untuk bisa bersuara dan berpendapat bagaimana dan seperti apa harusnya negeri ini, bagaimana rakyat berinspirasi dan mengkritisi untuk kemajuan dan perbaikan menjadi bangsa yang lebih baik dan bermartabat.
Generasi muda berpendapat, generasi tua merapat. Semakin gencarnya generasi muda menyuarakan aspirasinya semakin merapatlah generasi tua. Kadang generasi tua lebih mempertahankan status quo mereka,  tapi tidak di era reformasi ini. Di era reformasi dan informasi ini semuanya bisa dikritisi dengan lisan maupun tulisan untuk melakukan “perlawanan”, dalam tanda kutip bahwa perlawanan untuk menuju ke arah yang lebih baik dan demi kemajuaan bangsa kita sendiri. Jadi sebagai generasi muda kita harus aktif dalam mengikuti informasi di bidang pemerintahan dan berusaha mengkritisi pemerintahan yang kurang harmonis dan kurang bersinergi dengan rakyat sebagai wujud emansipasi di negara demokrasi.
Sejarah mengajari segalanya. Ya, sejarah sebagai salah satu pelajaran berharga yang dimiliki bangsa Indonesia. Bagaimana tidak? Perjuangan betapa sulitnya dalamberjuang untuk meraih kemerdekaan dan untuk mengentaskan penderitaan yang dirasakan selama berabad-abad lamanya. Dan itu semua dapat dientaskan dengan perjungan dalam melawan penjajah. Rakyat dari berbagai suku, daerah, ras, dan pulau bersatu padu menjunjung negeri pertiwi ini untuk meraih kemerdekaan.
 Sejarah sebagai salah satu mata pelajaran dalam ilmu pengetahuan sosial yang diajarkan di sekolah.  Tujuan diajarkannya mata pelajaran sejarah dalam ilmu pengetahuan sosial tidak lain dan tidak bukan adalah agar generasi muda sebagai generasi penerus dapat menuai hikmah yang dapat dipercontohkan dari perlawanan para pahlawan dan rakyat Indonesia dalam melawan penjajahan. Bagaimana mereka dengan gigih berusaha mengentaskan penderitaan dari penjajahan untuk menjadi bangsa yang merdeka.
Sebagai generasi muda sangatlah perlu belajar sejarah bangsa. Sejarah mengajari kita akan pentingnya kemerdekaan dan bagaimana menghargai para pahlawan dalam meraih kemerdekaan. Mereka rela mati untuk memperjuangkan kemerdekaan negara Indonesia, lalu bagaimana dengan para generasi muda saat ini yang telah berada di masa kemerdekaan dan era globalisasi?
Mata pelajaran sejarah sebagai salah satu mata pelajaran dalam ilmu pengetahuan sosial yang diadaptasi dari landasan filsafat esensialisme. Dimana pada aliran filsafat ini berprinsip berusaha untuk mundur satu  langkah untuk menemukan nilai-nilai dan norma-norma, barulah kemudian melangkah ke depan dengan harapan langkah-langkah yang digunakan itu berlangsung dalam suasana yang tenang dan stabil. Dalam hal ini dengan mempelajari mata pelajaran sejarah, dapat diambil hikmah dan nilai-nilai perjuangan serta cinta tanah air. Selain itu generasi muda diharapkan akan memiliki sikap cinta tanah air dan mampu memajukan bangsa serta mengangkat harkat dan martabat bangsa.
Sejarah menunjukan proses perubahan peradaban, dari bangsa yang terjajah hingga menjadi bangsa yang merdeka. Semangat para pahlawan bagaikan suntikan semangat baru yang menggelora jika diulas kembali dalam pembelajaran mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial. Perlunya rasa cinta tanah air, semangat juang yang tinggi dan persatuan yang dapat dilihat dari perjuangan para pahlawan dapat ditauladai dengan belajar sejarah bangsa Indonesia. Bagaimana  menyikapi dan menghargai para pahlawan dalam berjuang untuk kemerdekaan dan untuk kita para generasi muda. Sudah seharunya semangat rela berkorban, dan cinta tanah air itu diambil hikmah dan ditauladani. Persatuan para pahlawan dan rakyat Indonesia yang cinta tanah air tidak akan mudah tergoyahkan oleh iming-iming KKN, atau korupsi, kolusi dan nepotisme.
Generasi muda yang masih seperti pucuk daun  dengan masa mudanya yang berapi-api juga dengan sikapnya yang hanya ingin menang sendiri. Marilah menengok kembali sejarah perjuangan para pahlawan negeri ini. Banyak hikmah yang dapat kita ambil dari sejarah perjuangan mereka. Semangat cinta tanah air, rela berkorban dan persatuan erat tanpa tendensi. Generasi muda, generasi penerus yang diharapkan mampu membangun harkat dan martabat bangsa yang mulai terpuruk seperti saat ini.
Menjamurnya budaya korupsi di era reformasi dan era globalisasi ini menuntut generasi muda untuk berbenah diri. Sudah saatnya generasi mudah mengentaskan budaya korupsi. Bagaiamana caranya ? Sejarah telah mengajari segalanya. Sejarah mengajari kita bagaimana mencintai negeri sendiri, sebagai wujud cinta mereka rela berkorban jiwa dan raga untuk meraih kemerdekaan dan megntaskan penderitaan bukan menggerogoti uang rakyat seperti yang dilakukan para koruptor itu. Para pelaku korupsi atau sering disebut dengan pelaku TIPIKOR (Tindak Pidana Korupsi) itu ibarat musuh dalam selimut, dan bagaikan penjajah modern di era kemerdekaan seperti saat ini. Dulu musuh bangsa Indonesia adalah penjajah luar negeri, tetapi kini musuh utama adalah manusia dalam negeri sendiri. Betapa hebatnya seorang terpelajar yang diserahi amanat oleh rakyat agar memimpin bangsa. Akan tetapi amanat yang diberikan justru disalahgunakan untuk menggerogoti uang negara.  Dimanakah letak kecintaan pada tanah air para pemimpin itu? Dan dimanakah sifat rela berkorban bagi negara? Untuk memangku kepemimpinan saja disalahgunakan. Alangkah langkanya pemimpin yang ADJUR, alias adil dan jujur itu di negeri ini. Semuanya seolah sirna, pemimpin yang ADJUR itu langka, karena segala sesuatu dinilai dengan uang.
Sebagai mata pelajaran yang memupuk kecintaan terhadap tanah air dan pembelajaran yang dapat petik yakni mengambil hikmah dari sejarah perjuangan bangsa. Sudah saatnya pelajaran sejarah itu dikemas sedemikian rupa sehingga dapat menarik generasi muda dalam hal ini para peserta didik untuk tertarik belajar sejarah. Sejarah bukanlah dongeng, sejarah bukanlah cerita karangan yang di karang oleh para pengarang, melainkan sejarah adalah pengalaman berharga yang dimilki oleh suatu bangsa sebagai aset masa depan. Aset masa depan dimana generasi penerus dapat mengambil hikmah yang terkandung dalam pelajaran sejarah itu sendiri untuk menimbulkan perasaan menghargai dan mencintai bangsa sendiri, serta dapat mengetahui kehidupan di masa penjajahan sebelum masa kemerdekaan seperti saat ini.
Di sini dapat terlihat betapa pentingnya belajar sejarah. Untuk mencintai bangsa sendiri kita dapat menengok kembali sejarah dan menemukan hikmah setelah menengok dan mempelajarinya. Belajar sejarah adalah modal. Modal untuk melawan para penjajah modern. Penjajah modern yakni para koruptor. Hidupkan kembali jiwa berapi-api yang berkobar, merasakan betapa tercelanya perbuatan koruptor itu, bagaikan penjajah yang siap memangsa uang di depan mata. Belajar sejarah adalah belajar hikmah. Menjadi bangsa yang bermartabat adalah impian, dan bangsa yang bermartabat adalah bangsa yang menghargai perjuangan para pahlwannya serta mengambil tauladan dari semangat patriotisme mereka membangun Indonesia dari zero to be hero, say no to corruption. History teaches us how to be. 

No comments:

Post a Comment