Suatu sore di teras rumahnya yang
mungkin tak layak disebut sebagai rumah, melainkan gubuk yang terbuat dari
anyaman bambu. Gadis kecil itu duduk dengan sebuah buku pelajaran bahasa
Inggris di tangannya. Gadis kecil itu bernama Mawar, Mawar Nur Pertiwi nama lengkapnya.
Mawar
sedang memperhatikan bunga mawar yang masih menguncup di halaman. Bunga-bunga
mawar itu ditanam oleh almarhumah ibunya. Kata nenek, nama Mawar diambil dari
bunga kesayangan almarhumah ibunya itu. Ibu Mawar telah menghadap Yang Maha
Kuasa sejak melahirkannya. Ketika melihat bunga itu Mawar selalu teringat ibu,
ibu yang senantiasa dia rindukan dekap
kasih dan sayangnya saat dia sedih maupun senang. Dalam hati Mawar ingin
menjadi anak kebanggaan ibunya, meski ibu telah meninggal. Mawar ingin selalu
mekar dan mengharumkan keluarganya seperti bunga mawar di halaman itu.
Mawar telah duduk di bangku kelas enam SD. Dia
selalu menjadi bintang kelas di SD N Harapan Bangsa selama enam tahun ini. Mawar
masih mendekap buku pelajaran bahasa Inggrisnya itu, sambil merenungi alangkah
indahnya jika ibu mendampinginya belajar saat ini akan tetapi ibunya telah
tiada. Kini dia hanya tinggal bersama neneknya, sedangkan ayahnya pergi bekerja
di Kalimantan Timur. Ayahnya hanya pulang setahun sekali. Setiap bulan Ayahnya
selalu mentransfer uang untuk keperluan sekolah Mawar.
Dari
dalam rumah wanita berusia senja berjalan menuju teras. Nenek mendekati Mawar dengan
membawa sepiring ubi rebus dan air putih. Nenek mengerti akan sikap Mawar, cucunya
yang telah lama hidup segubuk dengannya selama sebelas tahun. Semenjak anaknya
pergi menghadap Tuhan dan menantunya pergi merantau di tanah seberang untuk bekerja.Mawar
sangat merindukan kasih sayang ayah dan ibunya. Nenek menaruh ubi rebus dan air
putih di meja dekat Mawar duduk.
“Sudah
selesai nduk, belajarnya? Ini ubi rebus untuk mengganjal perutmu yang dari tadi
siang belum makan” kata nenek pelan.
“Sudah nek. Coba nenek tebak, Mawar selesai
belajar apa?” kata Mawar pada Nenek
dengan muka ceria. Meski dalam hati dia merindukan ibu yang belum pernah sekali
pun dia rasakan kasih sayangnya.
“Apa
ya War ? Em, belajar Ilmu hitung.” jawab nenek mantap.
“Yah
nenek, nenek salah nih. Mawar baru saja belajar bahasa Inggris nek. Mawar bercita-cita
jadi pemandu wisata Nek. Mawar ingin sekali bisa berbicara dengan orang bule
dan ingin mengunjungi tempat-tempat wisata di negeri ini yang hanya bisa Mawar
lihat lewat TV tetangga. Mawar ingin ke pantai Kuta di Bali, dan juga ingin ke
tempat wisata nan elok yang belum pernah Mawar lihat Nek” kata Mawar mengutarakan apa saja yang
ada di benaknya.
“Iya
nduk, nenek mendukung dan mendoakanmu. Belajarlah dengan tekun untuk mencapai
cita-citamu itu.” Kata nenek menasihati Mawar.
“Siap
nenek komandan”. kata Mawar bersigap.
Nenek
dan Mawar tertawa bersama.Nenek adalah pengganti ibu bagi Mawar. Mawar
menyayangi nenek layaknya ibunya sendiri.
****
Adzan
subuh berkumandang, si kecil Mawar bangun dari tidurnya. Di dapur Nenek sedang menggoreng
pisang untuk di jual di pasar dan untuk dijual di kantin sekolah Mawar. Mawar
segera menuju tempat wudhu untuk mengambil air wudhu. Mawar melewati dapur
tempat Nenek menggoreng pisang.
“Selamat
pagi Nek.”. kata Mawar tersenyum.
“Selamat
pagi nduk, sudah bangun kamu rupanya? Segeralah shalat subuh dan belajar.” Kata
nenek sambil menggoreng pisang.
“Iya
Nek.” kata Mawar sambil berjalan menuju kamarnya.
Selesai
shalat subuh, Mawar pun belajar. Dia membaca buku bahasa Inggris karena hari
ini ada pelajaran bahasa Inggris. Sambil belajar Mawar mendengarkan lagu
berbahasa Inggris dari radio butut peninggalan almarhum kakeknya.
* *
* *
Pagi-pagi
sekali Mawar sudah sampai di sekolah, Mawar membawa dagangannya menuju kantin.
Kebetulan kantin sekolah baru saja buka. Bu kantin sedang menata dagangan di
meja dan mengelap meja supaya terlihat bersih. Mawar pun menghampiri bu kantin.
Mawar menyerahkan barang dagangannya dan bergegas menuju kelas.
Di
kelas masih sepi karena Mawar datang pagi sekali. Mawar memutuskan untuk
menyapu lantai kelas yang kotor meski hari ini bukan jadwal piketnya, menulis hari
dan tanggal di papan absen serta
menghapus tulisan di papan tulis. Dari kejauhan Raisa, teman satu meja
sekaligus sahabatnya terlihat membawa sesuatu dan menenteng tas jinjingya ke
sekolah. Mawar memperhatikan barang yang dibawa Raisa itu.
“Hei
Mawar, kok melamun kenapa?” kata Raisa.
“Eh
Sa, aku sedari tadi memperhatikan barang yang kamu bawa. Sekarang yang berulang
tahun siapa? Kok kamu bawa kado?” tanya Mawar.
“Ini
kado untuk ibuku War. Ms.Dewi minggu lalu kan menyuruh kita membawa kado.
Kebetulan hari ini adalah tanggal 22 Desember dan bertepatan dengan Mother’s
Day atau hari ibu. Pelajaran bahasa Inggris nanti kita belajar membuat
kartu ucapan dengan bahasa Inggris. Kartu itu kita masukan ke kado yang kita
bawa.” Kata Raisa.
Mawar
berpikir keras, seakan dadanya sesak, pelupuk matanya mulai ingin melelehkan
air mata, dia lupa dengan agenda pelajaran yang disukainya, dia tidak membawa
kado, dia pikir toh dia sudah tak punya ibu. Angan-angan akan kehadiran ibunya
yang dia rindukan kasih sayangnya kembali menyeruak di benaknya. Tak kuasa
menahan tangis, dia berlari ke kamar mandi, meluapkan air mata yang tak bisa ditahannya.
Melihat
Mawar tiba-tiba berlari, Raisa mengejar Mawar dan meninggalkan begitu saja tas
dan barang bawaanya di dekat pintu masuk kelas.
“Mawar,
mawar, tunggu....!!! kata Raisa mengejar dari arah belakang
Mawar
tetap tak berhenti, dia berlari kencang menuju kamar mandi dan mengunci diri di
dalam kamar mandi. Raisa mengejar mawar dengan nafas yang tersengal-sengal tiba
di pintu kamar mandi sekolah yang berada dekat parkiran sepeda.
“Mawar,
buka pintunya? Kamu kenapa? Kenapa tiba-tiba lari?” tanya Raisa.
Raisa,
tanpa sadar, lupa bahwa yang dia ajak bicara adalah Mawar. Mawar Nur Pertiwi,
seorang gadis kecil yang telah dari bayi ditinggalkan ibunya menghadap Tuhan.
Di dalam kamar mandi Mawar menangis sepuasnya, meluapkan kesedihannya tanpa
memperdulikan Raisa yang memanggil-manggil namanya dari luar.
“Mawar,
ayolah keluar. Katakan padaku. Aku tadi salah berkata ya?” kata Raisa.
Tetap
tak ada tanggapan dari Mawar, Raisa berpikir keras. Salah ucap apa tadi dia
pada mawar. Hingga ia teringat kata Mother’s day .
“Oh
Tuhan”! , dalam hati Raisa menyesal.
Dia baru sadar bahwa Mawar sudah ditinggalkan
ibunya menghadap Tuhan sejak bayi. Raisa pun terduduk di depan pintu kamar
mandi. Dia menangis dan menyesali akan perkataannya. Dia pikir, Mawar pasti
sedih. Raisa berusaha menenangkan dirinya sendiri, mengatur nafas dan berusaha
untuk membujuk Mawar agar mau keluar dari kamar mandi.
“Mawar
maafkan aku, aku menyesal dengan perkataanku yang menyinggung perasaanmu. Aku
minta maaf, aku tidak bermaksud membuatmu bersedih”. Raisa sesenggukan dalam
berkata-kata dan menetekan air mata.
Mawar
membuka pintu kamar mandi. Didapatinya Raisa terduduk di depan pintu yang ia
buka meneteskan air mata dan menangis. Mawar duduk di dekat Raisa.
“Maafkan
aku ya Raisa, aku sedih bukan karenamu. Aku sedih karena teringat ibuku. Hari
ini aku lupa membawa kado dan aku juga lupa kalau Ms. Dewi akan mengajari kita
membuat kartu ucapan dalam bahasa Ingris.” Kata Mawar sedih
“Sekali
lagi, maafkanlah aku Mawar. Aku lupa kalau ibumu telah tiada. Aku tidak
bermaksud membuatmu sedih.” Kata Raisa.
“Tidak
Raisa, tidak ada yang perlu dimaafkan karena kamu tidak salah.” Kata Mawar.
“Terima
kasih Mawar, kau baik sekali padaku. Sebagai permintaan maafku, maukah kau ke
rumahku setelah pulang sekolah ini?” kata Raisa.
“Tentu
saja aku mau main ke rumahmu, tapi jangan katakan sebagai permintaan maafmu.
Aku sudah memaafkanmu Raisa”. Kata Mawar
Kedua
sahabat itu pun berpelukan. Satu sama lain saling meminta maaf dan saling
menyadari kesalahan masing-masing. Mereka kemudian mencuci muka dan bergegas
menuju kelas untuk mengikuti pelajaran.
* *
* *
Sepulang
sekolah, Mawar menuju kantin untuk mengambil uang hasil penjualan pisang goreng
nenek. Kemudian dia menghampiri Raisa yang telah menunggunya di depan pintu
gerbang sekolah. Kedua anak itu berjalan menuju rumah Raisa yang letaknya 2
kilometer dari sekolah dan masih satu dusun dengan Mawar.
Sebenarnya
Raisa anak orang yang cukup berada, bapak dan ibunya adalah pengusaha yang
sukses, tetapi sikap Raisa tidak sombong. Dia mau berteman dengan siapa saja. Sampai
di depan pagar, Raisa mengeluarkan kunci gemboknya dan membuka pagar rumahnya.
Dia tidak mau teriak-teriak memanggil pembantunya yang sedang sibuk mengurus
rumah sehingga dia membawa kunci pagar cadangan. Kedua anak gadis itu pun masuk
rumah Raisa yang bisa dikatakan cukup luas. Di halaman rumah Raisa banyak
terdapat berbagai jenis bunga mulai dari mawar, melati dan semuanya indah.
Raisa
datang dengan membawa minuman dan buku tebal. Buku yang bersampul warna biru
dengan tulisan bahasa Inggris “DICTIONARY”.
“Wow,
buku tebal warna biru yang kamu bawa bertuliskan “DICTIONARY”. itu
artinya kamus ya Raisa? Kata Mawar.
“Buku
ini ingin ku berikan padamu, kau pernah bercerita, kau ingin pintar berbahasa
Inggris dan ingin jadi pemandu wisata
kan? Aku harap kamus ini bisa membantumu untuk belajar.” Kata Raisa.
“Raisa,
kamu baik sekali, terima kasih ya. Aku memang ingin pintar berbahasa Inggris,
aku ingin jadi pemandu wisata. Aku ingin pergi ke tempat-tempat wisata yang
hanya bisa aku lihat lewat TV tetangga. Kamu tahu Raisa ? Negara kita banyak
sekali tempat wisata yang elok nan asri, dengan menjadi pemandu wisata aku bisa
mengasah kemampuan bahasa Inggrisku dengan bicara pada orang asing, dapat mengunjungi
tempat-tempat wisata dan mempromosikan tempat wisata di negara kita yang tak
kalah dari negara lain.” Kata Mawar dengan panjang lebar mengutarakan
cita-citanya.
“Wow,
jadi karena itu ya Mawar kamu ingin jadi pemandu wisata.Ibarat pepatah, sambil
menyelam minum air. Semoga cita-citamu tercapai ya Mawar.” kata Raisa.
****
Dari
rumah Raisa, Mawar berjalan pulang. Di perjalanan pulang dia mendapat ide untuk
ziarah ke makam ibunya. Cepat-cepat Mawar berjalan ke rumah karena waktu hampir
sore. Dia takut nenek khawatir padanya dan mencarinya karena pulang terlambat.
Sampai
rumah, Mawar mengucap salam pada Nenek. Kemudian menuju kamar untuk meletakkan
tasnya dan bergnti baju. Mawar meminta izin kepada kepada nenek untuk ziarah ke
makam ibunya. Mawar berangkat, baru sampai halaman dia teringat akan bunga kesayangan
ibu. Mawar kembali ke dalam rumah untuk mengambil gunting. Mawar di halaman
masih kuncup. Mawar memilih bunga mawar merah yang bertangkai panjang dan yang
hampir mekar di pojok halaman. Mungkin besuk pagi mawar ini akan mekar,
pikirnya.
Di
pusara ibu tercinta, Mawar datang membawakan setangkai mawar merah untuk
almarhumah ibunya. Dalam keheningan sore di tanah kusir itu Mawar mengutarakan
isi hatinya dan mendoakan ibunya yang selalu dia rindukan.
“Ibu,
maafkanlah Mawar yang belum sempat membalas jasa-jasa ibu. Ibu telah melahirkanku
di dunia ini. Ibu, jujur saja aku merindukan kasih dan sayangmu. Apakah Ibu
tahu ? Kadang Mawar iri ketika melihat teman-teman diambilkan rapor oleh ibu
mereka, sedang Mawar hanya diambilkan Nenek ? Tapi bu, meski begitu Mawar masih
punya nenek sebagai pengganti ibu, dan alhamdulillah Mawar selalu juara kelas.
Ibu senang kan kalau Mawar jadi anak pintar ? Bu, Mawar punya cita-cita jadi
pemandu wisata, doakan Mawar ya bu dari
atas sana. Mawarmu yang masih kecil ini akan senantiasa berusaha memekarkan
mahkotanya bu, layaknya mawar-mawar indahmu yang tertanam di halaman rumah
nenek. Bu, Mawar janji mawar itu harus mekar begitu pula mawar di hadapanmu
ini. Bu, Mawar selalu menjaganya lhoh. Oh iya, Mawar ke sini membawa setangkai
bunga mawar merah untuk ibu. Selamat hari ibu, ibuku sayang. Hanya mawar ini
yang bisa Mawar berikan pada ibu, dan Mawar berjanji akan membuat ibu bangga
punya Mawar.” Kata Mawar di depan makam ibunya.
****
Enam
tahun berlalu, kini Mawar telah duduk di bangku kelas tiga SMA. Mawar termasuk
murid yang selalu memperoleh peringkat satu di sekolah. Selain itu Mawar selalu
menang dalam lomba pidato maupun debat bahasa Inggris antar sekolah. Dengan
ketekunan dan keseriusan dalam belajar, Mawar memperoleh beasiswa untuk biaya
sekolahnya tanpa harus merepotkan Nenek yang telah menginjak usia senja.
Hujan
rintik-rintik turun, nenek dan Mawar sedang menikmati duduk di teras gubuk. Mawar memandangi tanaman bunga
mawar merah yang ada di halaman. Bunga itu seolah kedinginan terkena hujan. Dari
Nenek, dia tahu bahwa ibunya sangat
menyukai mawar merah.
Sore
itu Mawar mengutarakan keinginan melanjutkan kuliah kepada Neneknya. Nenek yang
telah berusia senja dan kesehatannya labil, membuat Mawar bimbang jika harus
meninggalkan neneknya itu. Dia takut kalau nenek sakit tidak ada yang
mengurusi, sementara dia harus kuliah dan kost di Jogja.
“Mawar,
kini kau telah kelas tiga SMA. Apa dirimu ingin melanjutkan kuliah, nak? Tanya
Nenek.
“Jujur
saja Mawar ingin kuliah Nek, Mawar ingin mewujudkan cita-cita Mawar jadi
pemandu wisata”. Kata Mawar dengan nada sesak, dan keraguan memikirkan
bagaimana dengan nenek jika dia pergi untuk kuliah di Jogja, sementara Nenek
kini sudah semakin tua.
“Nenek
mengerti, akan tetapi bagaimana dengan biaya kuliahmu ndug? Nenek tidak mampu
untuk membiayaimu, menanti kiriman Ayahmu juga belum pasti sebulan dikirim.”kata
Nenek ragu
“Untuk
biaya, Mawar mengajukan beasiswa Nek. Dan Alhamdulillah Mawar dapat beasiswa
kuliah. Untuk biaya makan, Mawar ingin kuliah sambil kerja Nek, tapi,...”kata
Mawar.
“Tapi
apa nduk ? kata Nenek.
“Mawar
khawatir dengan kondisi kesehatan Nenek, kalau Mawar kuliah di Jogja bagaimana
dengan Nenek? Kata Mawar khawatir.
“Tenanglah
nduk, jangan khawatirkan keadaan Nenekmu ini. Nenek masih kuat dan sehat dengan
kehendak Allah SWT, kuliahlah dan gapai cita-citamu itu. Nenek hanya bisa
membantu doa dan hanya doa nduk. Bersungguh-sungguhlah dalam kuliahmu itu.”
Nasihat Nenek.
Kedua
Nenek dan cucu itu saling berpelukan. Dalam hati Mawar menangis dan bangga
mempunyai Nenek yang baik sekali layaknya ibu kandung yang belum pernah
sekalipun dia memeluknya.
****
Menjalani
kuliah di jurusan Bahasa Inggris di salah satu perguruan tinggi negeri di jogja
selama tujuh semester sangatlah menguras tenaga da pikirannya. Mawar Nur
Pertiwi nampak sedang sibuk menyusun skripsi kuliahnya yang hampir 100% jadi.
Di sela kesibukkannya merampungkan skripsi dia telah memiliki pekerjaan tetap
sebagai penterjemah bahasa Inggris untuk memenuhi kebutuhan hidupnnya. Tak lupa
pula dia selalu pulang setiap minggu menjenguk nenek di desa.
Hari
selasa itu sidang skripsi dimulai pukul 09.00 WIB, Mawar telah bersiap dengan
skripsi dan buku-buku referensinya. Dengan semangat dan doa yang senantiasa ia
panjatkan kepada Tuhan. Dia berharap agar dapat memperoleh predikat cumloud
dan segera ingin mewujukan cita-citanya jadi pemandu wisata.
****
Saat
yang mendebarkan tiba, nenek dan Mawar mengendarai bus menuju kampus tempat
Mawar kuliah. Hari ini adalah hari dimana Mawar memperoleh predikat sarjana bahasa
Inggris.
Mawar
dan nenek memasuki ruang wisuda. Di dalamnya sudah ramai sekali. Mawar mengenakan
pakaian toganya dan berjalan ke depan bersama mahasiswa yang lain. Hingga tiba
saatnya diumumpakan mahasiswa yang lulus dengan nilai cumloud.
“Mawar
Nur Pertiwi dengan IPK 3,93 lulus dengan niai cumloud.” Kata salah stu
dosen yang membacakan nilai terbaik kelulusan.
Mawar
sujud syukur di tempat. Nenek terharu akan pencapaian Mawar, tak terasa air
mata bahagia mengalir dari mata nenek.
****
“You
know, Ladies and gentleman. These are many wonderful place in Indonesia. Many place in Indonesia has awesome view. We
are going to Kulonprogo regency, which is one of five regency in Jogjakarta. One
of the popular beach in Bali is Kuta Beach, but in in Kulon Progo regency, you can see many beach
sauch as Glagah Beach, Congot Beach, and Trisik Beach then you can also see
Kiskendo Cave, Sumitro Cave, Sidoharjo
Waterfall etc.” Kata Mawar kepada para turis yang hendak berkunjung ke
kabupaten Kulonprogo untuk berwisata.
Dalam
perjalanan bersama para turis asing, Mawar mempromosikan tempat wisata
daerahnya, yakni kabupaten Kulonprogo tempat kelahirannya. Dia berusaha agar
bisa mengenalkan tempat wisata daerahnya dengan sebaik-baiknya agar tempat
wisata di daerahnya dapat dikenal oleh turis asing dan dapat memajukan daerah
tempat kelahirannya. Tidak hanya daerahnya saja, tetapi profesionalisme sebagai
pemandu wisata dimanapun dia belajar mempelajari setiap tempat wisata dan
mengemukakan kemampuan memandu turis untuk menikmati dan mengetahui akan tempat
wisata yang mereka kunjungi di Indonesia dengan bahasa Inggris.
****
Kini
cita-cita Mawar telah terwujud. Mawar si gadis kecil telah meraih cita-citanya.
Dia dengan kemampuan bahasa inggrisnya bisa pergi ke tempat-tempat wisata nan
elok di negaranya yang dulu hanya bisa dilihat melalui TV tetangganya. Mawar
yang dulu hanyalah gadis kecil, yang bagaikan kuncup bunga mawar di halaman rumah.
Bunga mawar yang selalu dipandanginya setiap sore. Mawar-mawar yang merekah
menghiasi halaman rumahnya. Dan kini mawar itu telah benar-benar mekar. Mawar
sang gadis cilik yang menyanyangi bunga-bunga mawar sang almarhumah ibu kini
telah mekar mengharumkan namanya
sendiri, mengharumkan nama keluarganya, serta berusaha mengharumkan tempat
wisata negeri ini di mata asing. Semua itu karena cinta, usaha dan doa serta
janjinya pada ibu, karena MAWAR ITU
HARUS MEKAR.
****
No comments:
Post a Comment