Monday, 6 May 2013

“ MAWAR ITU HARUS MEKAR”


Suatu sore di teras rumahnya yang mungkin tak layak disebut sebagai rumah, melainkan gubuk yang terbuat dari anyaman bambu. Gadis kecil itu duduk dengan sebuah buku pelajaran bahasa Inggris di tangannya. Gadis kecil itu bernama Mawar, Mawar Nur Pertiwi  nama lengkapnya.
Mawar sedang memperhatikan bunga mawar yang masih menguncup di halaman. Bunga-bunga mawar itu ditanam oleh almarhumah ibunya. Kata nenek, nama Mawar diambil dari bunga kesayangan almarhumah ibunya itu. Ibu Mawar telah menghadap Yang Maha Kuasa sejak melahirkannya. Ketika melihat bunga itu Mawar selalu teringat ibu, ibu yang  senantiasa dia rindukan dekap kasih dan sayangnya saat dia sedih maupun senang. Dalam hati Mawar ingin menjadi anak kebanggaan ibunya, meski ibu telah meninggal. Mawar ingin selalu mekar dan mengharumkan keluarganya seperti bunga mawar di halaman itu.
 Mawar telah duduk di bangku kelas enam SD. Dia selalu menjadi bintang kelas di SD N Harapan Bangsa selama enam tahun ini. Mawar masih mendekap buku pelajaran bahasa Inggrisnya itu, sambil merenungi alangkah indahnya jika ibu mendampinginya belajar saat ini akan tetapi ibunya telah tiada. Kini dia hanya tinggal bersama neneknya, sedangkan ayahnya pergi bekerja di Kalimantan Timur. Ayahnya hanya pulang setahun sekali. Setiap bulan Ayahnya selalu mentransfer uang untuk keperluan sekolah Mawar.
            Dari dalam rumah wanita berusia senja berjalan menuju teras. Nenek mendekati Mawar dengan membawa sepiring ubi rebus dan air putih. Nenek mengerti akan sikap Mawar, cucunya yang telah lama hidup segubuk dengannya selama sebelas tahun. Semenjak anaknya pergi menghadap Tuhan dan menantunya pergi merantau di tanah seberang untuk bekerja.Mawar sangat merindukan kasih sayang ayah dan ibunya. Nenek menaruh ubi rebus dan air putih di meja dekat Mawar duduk.
            “Sudah selesai nduk, belajarnya? Ini ubi rebus untuk mengganjal perutmu yang dari tadi siang belum makan” kata nenek pelan.
             “Sudah nek. Coba nenek tebak, Mawar selesai belajar apa?” kata Mawar  pada Nenek dengan muka ceria. Meski dalam hati dia merindukan ibu yang belum pernah sekali pun dia rasakan kasih sayangnya.
            “Apa ya War ? Em, belajar Ilmu hitung.” jawab nenek mantap.
            “Yah nenek, nenek salah nih. Mawar baru saja belajar bahasa Inggris nek. Mawar bercita-cita jadi pemandu wisata Nek. Mawar ingin sekali bisa berbicara dengan orang bule dan ingin mengunjungi tempat-tempat wisata di negeri ini yang hanya bisa Mawar lihat lewat TV tetangga. Mawar ingin ke pantai Kuta di Bali, dan juga ingin ke tempat wisata nan elok yang belum pernah Mawar lihat  Nek” kata Mawar mengutarakan apa saja yang ada di benaknya.
            “Iya nduk, nenek mendukung dan mendoakanmu. Belajarlah dengan tekun untuk mencapai cita-citamu itu.” Kata nenek menasihati Mawar.
            “Siap nenek komandan”. kata Mawar bersigap.
Nenek dan Mawar tertawa bersama.Nenek adalah pengganti ibu bagi Mawar. Mawar menyayangi nenek layaknya ibunya sendiri.
                                                                        ****
            Adzan subuh berkumandang, si kecil Mawar bangun dari tidurnya. Di dapur Nenek sedang menggoreng pisang untuk di jual di pasar dan untuk dijual di kantin sekolah Mawar. Mawar segera menuju tempat wudhu untuk mengambil air wudhu. Mawar melewati dapur tempat Nenek menggoreng pisang.
            “Selamat pagi Nek.”. kata Mawar tersenyum.
            “Selamat pagi nduk, sudah bangun kamu rupanya? Segeralah shalat subuh dan belajar.” Kata nenek sambil menggoreng pisang.
            “Iya Nek.” kata Mawar sambil berjalan menuju kamarnya.
            Selesai shalat subuh, Mawar pun belajar. Dia membaca buku bahasa Inggris karena hari ini ada pelajaran bahasa Inggris. Sambil belajar Mawar mendengarkan lagu berbahasa Inggris dari radio butut peninggalan almarhum kakeknya.
                                                            *    *    *   *
            Pagi-pagi sekali Mawar sudah sampai di sekolah, Mawar membawa dagangannya menuju kantin. Kebetulan kantin sekolah baru saja buka. Bu kantin sedang menata dagangan di meja dan mengelap meja supaya terlihat bersih. Mawar pun menghampiri bu kantin. Mawar menyerahkan barang dagangannya dan bergegas menuju kelas.
            Di kelas masih sepi karena Mawar datang pagi sekali. Mawar memutuskan untuk menyapu lantai kelas yang kotor meski hari ini bukan jadwal piketnya, menulis hari dan tanggal  di papan absen serta menghapus tulisan di papan tulis. Dari kejauhan Raisa, teman satu meja sekaligus sahabatnya terlihat membawa sesuatu dan menenteng tas jinjingya ke sekolah. Mawar memperhatikan barang yang dibawa Raisa itu.
            “Hei Mawar, kok melamun kenapa?” kata Raisa.
            “Eh Sa, aku sedari tadi memperhatikan barang yang kamu bawa. Sekarang yang berulang tahun siapa? Kok kamu bawa kado?” tanya Mawar.
            “Ini kado untuk ibuku War. Ms.Dewi minggu lalu kan menyuruh kita membawa kado. Kebetulan hari ini adalah tanggal 22 Desember dan bertepatan dengan Mother’s Day atau hari ibu. Pelajaran bahasa Inggris nanti kita belajar membuat kartu ucapan dengan bahasa Inggris. Kartu itu kita masukan ke kado yang kita bawa.” Kata Raisa.
            Mawar berpikir keras, seakan dadanya sesak, pelupuk matanya mulai ingin melelehkan air mata, dia lupa dengan agenda pelajaran yang disukainya, dia tidak membawa kado, dia pikir toh dia sudah tak punya ibu. Angan-angan akan kehadiran ibunya yang dia rindukan kasih sayangnya kembali menyeruak di benaknya. Tak kuasa menahan tangis, dia berlari ke kamar mandi, meluapkan air mata yang tak bisa ditahannya.
            Melihat Mawar tiba-tiba berlari, Raisa mengejar Mawar dan meninggalkan begitu saja tas dan barang bawaanya di dekat pintu masuk kelas.
            “Mawar, mawar, tunggu....!!! kata Raisa mengejar dari arah belakang
            Mawar tetap tak berhenti, dia berlari kencang menuju kamar mandi dan mengunci diri di dalam kamar mandi. Raisa mengejar mawar dengan nafas yang tersengal-sengal tiba di pintu kamar mandi sekolah yang berada dekat parkiran sepeda.
            “Mawar, buka pintunya? Kamu kenapa? Kenapa tiba-tiba lari?” tanya Raisa.
            Raisa, tanpa sadar, lupa bahwa yang dia ajak bicara adalah Mawar. Mawar Nur Pertiwi, seorang gadis kecil yang telah dari bayi ditinggalkan ibunya menghadap Tuhan. Di dalam kamar mandi Mawar menangis sepuasnya, meluapkan kesedihannya tanpa memperdulikan Raisa yang memanggil-manggil namanya dari luar.
            “Mawar, ayolah keluar. Katakan padaku. Aku tadi salah berkata ya?” kata Raisa.
            Tetap tak ada tanggapan dari Mawar, Raisa berpikir keras. Salah ucap apa tadi dia pada mawar. Hingga ia teringat kata Mother’s day .
“Oh Tuhan”! , dalam hati Raisa menyesal.
 Dia baru sadar bahwa Mawar sudah ditinggalkan ibunya menghadap Tuhan sejak bayi. Raisa pun terduduk di depan pintu kamar mandi. Dia menangis dan menyesali akan perkataannya. Dia pikir, Mawar pasti sedih. Raisa berusaha menenangkan dirinya sendiri, mengatur nafas dan berusaha untuk membujuk Mawar agar mau keluar dari kamar mandi.
“Mawar maafkan aku, aku menyesal dengan perkataanku yang menyinggung perasaanmu. Aku minta maaf, aku tidak bermaksud membuatmu bersedih”. Raisa sesenggukan dalam berkata-kata dan menetekan air mata.
Mawar membuka pintu kamar mandi. Didapatinya Raisa terduduk di depan pintu yang ia buka meneteskan air mata dan menangis. Mawar duduk di dekat Raisa.
“Maafkan aku ya Raisa, aku sedih bukan karenamu. Aku sedih karena teringat ibuku. Hari ini aku lupa membawa kado dan aku juga lupa kalau Ms. Dewi akan mengajari kita membuat kartu ucapan dalam bahasa Ingris.” Kata Mawar sedih
“Sekali lagi, maafkanlah aku Mawar. Aku lupa kalau ibumu telah tiada. Aku tidak bermaksud membuatmu sedih.” Kata Raisa.
“Tidak Raisa, tidak ada yang perlu dimaafkan karena kamu tidak salah.” Kata Mawar.
“Terima kasih Mawar, kau baik sekali padaku. Sebagai permintaan maafku, maukah kau ke rumahku setelah pulang sekolah ini?” kata Raisa.
“Tentu saja aku mau main ke rumahmu, tapi jangan katakan sebagai permintaan maafmu. Aku sudah memaafkanmu Raisa”. Kata Mawar
Kedua sahabat itu pun berpelukan. Satu sama lain saling meminta maaf dan saling menyadari kesalahan masing-masing. Mereka kemudian mencuci muka dan bergegas menuju kelas untuk mengikuti pelajaran.
                                                *   *  *  *

Sepulang sekolah, Mawar menuju kantin untuk mengambil uang hasil penjualan pisang goreng nenek. Kemudian dia menghampiri Raisa yang telah menunggunya di depan pintu gerbang sekolah. Kedua anak itu berjalan menuju rumah Raisa yang letaknya 2 kilometer dari sekolah dan masih satu dusun dengan Mawar.
Sebenarnya Raisa anak orang yang cukup berada, bapak dan ibunya adalah pengusaha yang sukses, tetapi sikap Raisa tidak sombong. Dia mau berteman dengan siapa saja. Sampai di depan pagar, Raisa mengeluarkan kunci gemboknya dan membuka pagar rumahnya. Dia tidak mau teriak-teriak memanggil pembantunya yang sedang sibuk mengurus rumah sehingga dia membawa kunci pagar cadangan. Kedua anak gadis itu pun masuk rumah Raisa yang bisa dikatakan cukup luas. Di halaman rumah Raisa banyak terdapat berbagai jenis bunga mulai dari mawar, melati dan semuanya indah.
Raisa datang dengan membawa minuman dan buku tebal. Buku yang bersampul warna biru dengan tulisan bahasa Inggris “DICTIONARY”.
“Wow, buku tebal warna biru yang kamu bawa bertuliskan “DICTIONARY”. itu artinya kamus ya Raisa? Kata Mawar.
“Buku ini ingin ku berikan padamu, kau pernah bercerita, kau ingin pintar berbahasa Inggris dan ingin  jadi pemandu wisata kan? Aku harap kamus ini bisa membantumu untuk belajar.” Kata Raisa.
“Raisa, kamu baik sekali, terima kasih ya. Aku memang ingin pintar berbahasa Inggris, aku ingin jadi pemandu wisata. Aku ingin pergi ke tempat-tempat wisata yang hanya bisa aku lihat lewat TV tetangga. Kamu tahu Raisa ? Negara kita banyak sekali tempat wisata yang elok nan asri, dengan menjadi pemandu wisata aku bisa mengasah kemampuan bahasa Inggrisku dengan bicara pada orang asing, dapat mengunjungi tempat-tempat wisata dan mempromosikan tempat wisata di negara kita yang tak kalah dari negara lain.” Kata Mawar dengan panjang lebar mengutarakan cita-citanya.
“Wow, jadi karena itu ya Mawar kamu ingin jadi pemandu wisata.Ibarat pepatah, sambil menyelam minum air. Semoga cita-citamu tercapai ya Mawar.” kata Raisa.
                                                ****
Dari rumah Raisa, Mawar berjalan pulang. Di perjalanan pulang dia mendapat ide untuk ziarah ke makam ibunya. Cepat-cepat Mawar berjalan ke rumah karena waktu hampir sore. Dia takut nenek khawatir padanya dan mencarinya karena pulang terlambat.
Sampai rumah, Mawar mengucap salam pada Nenek. Kemudian menuju kamar untuk meletakkan tasnya dan bergnti baju. Mawar meminta izin kepada kepada nenek untuk ziarah ke makam ibunya. Mawar berangkat, baru sampai halaman dia teringat akan bunga kesayangan ibu. Mawar kembali ke dalam rumah untuk mengambil gunting. Mawar di halaman masih kuncup. Mawar memilih bunga mawar merah yang bertangkai panjang dan yang hampir mekar di pojok halaman. Mungkin besuk pagi mawar ini akan mekar, pikirnya.
Di pusara ibu tercinta, Mawar datang membawakan setangkai mawar merah untuk almarhumah ibunya. Dalam keheningan sore di tanah kusir itu Mawar mengutarakan isi hatinya dan mendoakan ibunya yang selalu dia rindukan.
“Ibu, maafkanlah Mawar yang belum sempat membalas jasa-jasa ibu. Ibu telah melahirkanku di dunia ini. Ibu, jujur saja aku merindukan kasih dan sayangmu. Apakah Ibu tahu ? Kadang Mawar iri ketika melihat teman-teman diambilkan rapor oleh ibu mereka, sedang Mawar hanya diambilkan Nenek ? Tapi bu, meski begitu Mawar masih punya nenek sebagai pengganti ibu, dan alhamdulillah Mawar selalu juara kelas. Ibu senang kan kalau Mawar jadi anak pintar ? Bu, Mawar punya cita-cita jadi pemandu wisata, doakan Mawar   ya bu dari atas sana. Mawarmu yang masih kecil ini akan senantiasa berusaha memekarkan mahkotanya bu, layaknya mawar-mawar indahmu yang tertanam di halaman rumah nenek. Bu, Mawar janji mawar itu harus mekar begitu pula mawar di hadapanmu ini. Bu, Mawar selalu menjaganya lhoh. Oh iya, Mawar ke sini membawa setangkai bunga mawar merah untuk ibu. Selamat hari ibu, ibuku sayang. Hanya mawar ini yang bisa Mawar berikan pada ibu, dan Mawar berjanji akan membuat ibu bangga punya Mawar.” Kata Mawar di depan makam ibunya.
                                                      ****
Enam tahun berlalu, kini Mawar telah duduk di bangku kelas tiga SMA. Mawar termasuk murid yang selalu memperoleh peringkat satu di sekolah. Selain itu Mawar selalu menang dalam lomba pidato maupun debat bahasa Inggris antar sekolah. Dengan ketekunan dan keseriusan dalam belajar, Mawar memperoleh beasiswa untuk biaya sekolahnya tanpa harus merepotkan Nenek yang telah menginjak usia senja.
Hujan rintik-rintik turun, nenek dan Mawar sedang menikmati duduk  di teras gubuk. Mawar memandangi tanaman bunga mawar merah yang ada di halaman. Bunga itu seolah kedinginan terkena hujan. Dari Nenek, dia  tahu bahwa ibunya sangat menyukai mawar merah.
Sore itu Mawar mengutarakan keinginan melanjutkan kuliah kepada Neneknya. Nenek yang telah berusia senja dan kesehatannya labil, membuat Mawar bimbang jika harus meninggalkan neneknya itu. Dia takut kalau nenek sakit tidak ada yang mengurusi, sementara dia harus kuliah dan kost di Jogja.
“Mawar, kini kau telah kelas tiga SMA. Apa dirimu ingin melanjutkan kuliah, nak? Tanya Nenek.
“Jujur saja Mawar ingin kuliah Nek, Mawar ingin mewujudkan cita-cita Mawar jadi pemandu wisata”. Kata Mawar dengan nada sesak, dan keraguan memikirkan bagaimana dengan nenek jika dia pergi untuk kuliah di Jogja, sementara Nenek kini sudah semakin tua.
“Nenek mengerti, akan tetapi bagaimana dengan biaya kuliahmu ndug? Nenek tidak mampu untuk membiayaimu, menanti kiriman Ayahmu juga belum pasti sebulan dikirim.”kata Nenek ragu
“Untuk biaya, Mawar mengajukan beasiswa Nek. Dan Alhamdulillah Mawar dapat beasiswa kuliah. Untuk biaya makan, Mawar ingin kuliah sambil kerja Nek, tapi,...”kata Mawar.
“Tapi apa nduk ? kata Nenek.
“Mawar khawatir dengan kondisi kesehatan Nenek, kalau Mawar kuliah di Jogja bagaimana dengan Nenek? Kata Mawar khawatir.
“Tenanglah nduk, jangan khawatirkan keadaan Nenekmu ini. Nenek masih kuat dan sehat dengan kehendak Allah SWT, kuliahlah dan gapai cita-citamu itu. Nenek hanya bisa membantu doa dan hanya doa nduk. Bersungguh-sungguhlah dalam kuliahmu itu.” Nasihat Nenek.
Kedua Nenek dan cucu itu saling berpelukan. Dalam hati Mawar menangis dan bangga mempunyai Nenek yang baik sekali layaknya ibu kandung yang belum pernah sekalipun dia memeluknya.
****
            Menjalani kuliah di jurusan Bahasa Inggris di salah satu perguruan tinggi negeri di jogja selama tujuh semester sangatlah menguras tenaga da pikirannya. Mawar Nur Pertiwi nampak sedang sibuk menyusun skripsi kuliahnya yang hampir 100% jadi. Di sela kesibukkannya merampungkan skripsi dia telah memiliki pekerjaan tetap sebagai penterjemah bahasa Inggris untuk memenuhi kebutuhan hidupnnya. Tak lupa pula dia selalu pulang setiap minggu menjenguk nenek di desa.
            Hari selasa itu sidang skripsi dimulai pukul 09.00 WIB, Mawar telah bersiap dengan skripsi dan buku-buku referensinya. Dengan semangat dan doa yang senantiasa ia panjatkan kepada Tuhan. Dia berharap agar dapat memperoleh predikat cumloud dan segera ingin mewujukan cita-citanya jadi pemandu wisata. 
****
Saat yang mendebarkan tiba, nenek dan Mawar mengendarai bus menuju kampus tempat Mawar kuliah. Hari ini adalah hari dimana Mawar memperoleh predikat sarjana bahasa Inggris.
Mawar dan nenek memasuki ruang wisuda. Di dalamnya sudah ramai sekali. Mawar mengenakan pakaian toganya dan berjalan ke depan bersama mahasiswa yang lain. Hingga tiba saatnya diumumpakan mahasiswa yang lulus dengan nilai cumloud.
“Mawar Nur Pertiwi dengan IPK 3,93 lulus dengan niai cumloud.” Kata salah stu dosen yang membacakan nilai terbaik kelulusan.
 Mawar sujud syukur di tempat. Nenek terharu akan pencapaian Mawar, tak terasa air mata bahagia mengalir dari mata nenek.
                                                            ****
“You know, Ladies and gentleman. These are many wonderful place in Indonesia.  Many place in Indonesia has awesome view. We are going to Kulonprogo regency, which is one of five regency in Jogjakarta. One of the popular beach in Bali is Kuta Beach, but in  in Kulon Progo regency, you can see many beach sauch as Glagah Beach, Congot Beach, and Trisik Beach then you can also see Kiskendo Cave, Sumitro Cave,  Sidoharjo Waterfall etc.” Kata Mawar kepada para turis yang hendak berkunjung ke kabupaten Kulonprogo untuk berwisata.
Dalam perjalanan bersama para turis asing, Mawar mempromosikan tempat wisata daerahnya, yakni kabupaten Kulonprogo tempat kelahirannya. Dia berusaha agar bisa mengenalkan tempat wisata daerahnya dengan sebaik-baiknya agar tempat wisata di daerahnya dapat dikenal oleh turis asing dan dapat memajukan daerah tempat kelahirannya. Tidak hanya daerahnya saja, tetapi profesionalisme sebagai pemandu wisata dimanapun dia belajar mempelajari setiap tempat wisata dan mengemukakan kemampuan memandu turis untuk menikmati dan mengetahui akan tempat wisata yang mereka kunjungi di Indonesia dengan bahasa Inggris.
                                                ****
Kini cita-cita Mawar telah terwujud. Mawar si gadis kecil telah meraih cita-citanya. Dia dengan kemampuan bahasa inggrisnya bisa pergi ke tempat-tempat wisata nan elok di negaranya yang dulu hanya bisa dilihat melalui TV tetangganya. Mawar yang dulu hanyalah gadis kecil, yang  bagaikan kuncup bunga mawar di halaman rumah. Bunga mawar yang selalu dipandanginya setiap sore. Mawar-mawar yang merekah menghiasi halaman rumahnya. Dan kini mawar itu telah benar-benar mekar. Mawar sang gadis cilik yang menyanyangi bunga-bunga mawar sang almarhumah ibu kini telah  mekar mengharumkan namanya sendiri, mengharumkan nama keluarganya, serta berusaha mengharumkan tempat wisata negeri ini di mata asing. Semua itu karena cinta, usaha dan doa serta janjinya pada ibu, karena  MAWAR ITU HARUS MEKAR.
                                                ****

No comments:

Post a Comment