Seperti biasa Aira bangun di pagi buta
dimana orang-orang masih terlelap dalam mimpi indah mereka. Aira keluar dari
rumah yang sangat sederhana milik neneknya yang hanya beratapkan genteng yang sebagian
telah bocor dan berdindingkan anyaman bambu. Aira membuka pintu samping rumah
untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat tahajud.
Di
luar udara sangatlah dingin, hingga mengurungkan niat setiap orang untuk
beranjak dari tempat tidurnya. Tapi tidak bagi Aira, dengan niat dan kemauan
yang kuat dia berusaha bangun untuk mengambil air wudhu yang dingin dan
melaksanakan shalat tahajud. Sambil memandang ke langit dia melihat
bintang-bintang di menjelang pagi. Bintang itu seolah tersenyum padanya. Aira
tersenyum sendiri memandangi bintang-bintang nan indah yang diciptakan Allah
untuk menghiasi gelapnya langit malam. “Subhanallah , kau adalah hiasan nan
elok yang selalu memberiku semangat untuk bersinar wahai bintang”. ucapnya
dalam hati.
Di
dalam shalatnya dia meminta kepada Allah Yang Maha Kuasa supaya dijadikan anak
yang shalehah, dilancarkan dalam menuntut ilmu dan satu hal yang selalu
diinginkannya adalah memperoleh uang untuk membeli hijab baru. Sebagai anak
yang hidup bersama nenek jauh dari orang tuanya Aira hanya hidup seadanya. Dia
hanya bisa membeli baju ketika lebaran, ketika ibunya pulang dari Malaysia.
Sudah dua tahun ini ibunya merantau menjadi TKW di Malaysia, untuk memperbaiki
ekonomi keluarga. Ayahnya telah tiada, hingga ibu sebagai tulang punggung
keluarga harus banting tulang mencari risqi untuk menyambung hidup. Nenek
setiap hari membuat makanan pisang goreng dan aneka gorengan untuk dijual
keliling kampung. Aira sedih melihat nenek yang sudah tua masih berjalan jauh
mengelilingi kampung untuk menjajakan dagangan. Aira pun meminta nenek supaya
menyisihkan sebagian barang dagangan untuk dititipkan di kantin sekolah.
*
* *
Pada siang hari yang sangat panas Aira
berjalan menyusuri jalan menuju rumahnya. Rasa lelah dan lapar mengusik dirinya
untuk bergegas pulang secepat mungkin. Akan tetapi matanya tertuju pada sebuah
selembar kertas dengan desain yang bagus dan warna mencolok yang ditempelkan di papan tempat memasang
koran harian dekat jalan itu. Dia berhenti sejenak untuk melihat-lihat adakah
info yang menarik dari serentetan kertas yang dipajang di papan itu. Kemudian
dia membaca selembar kertas beresain bagus itu. “LOMBA MENULIS CERPEN MUSLIMAH”
dari tabloid MODIS. Hadiah untuk juara I : Voucher Belanja Rp.500.000, juara II
Rp. 300.000, dan juara III Rp. 200.000.
“Oh, ternyata lomba menulis cerpen.
Apakah aku bisa menulis? Apakah aku percaya diri mengirimkan cerpenku? Sama
sekali belum pernah diriku ini mengirimkan cerpen ke media masa bahkan lomba.
Tuhan, beriku petunjuk-Mu. Seandainya aku menang, aku ingin membeli hijab baru.
Hijab yang ku pakai sudah memudar warnanya. Aku ingin tampil modis seperti
model yang aku lihat di tabloid MODIS kepunyaan Rina kemarin.”kata Aira dalam
hati.
Aira
mengeluarkan buku dan bolpoin dari dalam tasnya kemudian menulis pengumuman
lomba yang ingin dia ikuti. Dengan motivasi yang kuat dan berharap akan menang
dia dengan semangat menumbuhkan rasa percaya diri untuk mengikuti lomba menulis
cerpen itu.
***
Pukul
20.00 WIB, nenek sedang berada di kursi reyotnya. Maklum kursi itu sudah sangat
tua ditelan usia karena dari rupa penampakannya menunjukan betapa berharganya
dia menemani hari-hari nenek setelah kakek pergi mengahdap Tuhan lima tahun
lalu. Nenek sedang mengaji. Setiap malam nenek dengan kacamata besarnya selalu
berusaha melantunkan ayat suci Al Qur’an. Dari balik kamar Aira menunggu nenek
selesai mengaji untuk memberitahukan keinginannya mengikuti lomba menulis
cerpen.
Setelah
nenek selesai mengaji. Aira pun menemu nenek dan mengutarakan niatnya itu
kepada neneknya.
“Nek, sudah selesai ngajinya?” kata Aira
mengawali pembicaraan.
“Sudah ra. Kamu juga sudah selesai
belajar? Kalau sudah segeralah tidur an bangunlah lebih awal untuk shalat
tahajud ya nduk.” Kata nenek pada Aira.
“Sudah Nek. Tapi Aira ingin memberitahu
nenek tentang lomba menulis cerpen yang ku lihat di papan pemasangan koran di
pinggir jalan tadi siang. Aira ingin ikut lomba nulis nek, bagaimana pendapat
nenek?”kata Aira.
“Lomba menulis? Apakah lomba itu
mengharuskan membayar dulu nduk? Nenek masih ada uang sedikit jika kamu
membutuhkannya untuk mendaftar?” kata nenek.
“Tidak nek, lomba itu tidak dipungut
biaya. Jadi Aira hanya ingin minta izin dan doa restu nenek saja supaya
dilancarkan dalam menulis dan diberi kemudahan oleh Allah untuk memenangkan
lomba.”kata Aira.
“Tentu nduk, nenek mengizinkan dan akan
mendoakanmu supaya lancar dan diberi kemenangan oleh Yang Maha Kuasa”. Kata
nenek.
“Terima kasih nek. Kalau begitu, Aira
akan segera tidur agar besuk bisa bangun pagi .”kata Aira.
“Iya Nduk”. Kata nenek.
***
Aira
pun telah menyelesaikan cerpen yang ia buat. Dia berharap akan memperoleh uang
hadiah lomba untuk membeli hijab baru. Hijab yang ia dambakan seperti yang
dilihatnya di salah satu tabloid ternama yakni “TABLOID MODIS” beberapa hari
yang lalu. Kemudian dia menuju ke warung internet terdekat untuk
mengirimkan cerpennya melalui email dengan uang saku yang ia sisihkan untuk
menyewa komputer. Aira pun mengirimkan cerpennya itu dengan bersemangat.
***
Dua
minggu berlalu setelah pengiriman cerpen itu. Aira masih melakukan aktivitasnya
sekolah di SMK sambil menjual dagangan nenek di kantin. Saat jam pelajaran
selesai Aira tiba-tiba dipanggil oleh ibu Isna untuk mengikutinya menuju ruang
guru. Aira pun pergi ke kantor bersama bu Isna.
Di
ruang guru, bu Isna menyerahkan amplop yang bercap pos. Dan ternyata berasal
dari panitia lomba. Dibukanya amplop dan di situ dia menemukan kertas piagam
dan amplop kecilyang berisi uang Rp.
500.000.
“Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah.”
Kata Aira.
***
Keesokan
harinnya tepatnya hari Minggu. Aira mengajak Nenek ke pasar. Nenek sangat
bangga kepada cucunya. Dalam hati nenek terharu karena tidak bisa membelikan
hijab untuk Aira yang telah kusut dan hampir memudar warnanya. Kini Aira sudah
bisa membeli hijab baru dengan uang jerih payahnya sendiri dan dia dapat tampil
modis mengenakan hijab model terbaru barunya. Aira pun tidak lupa membelikan
baju untuk nenek.
“Alhamdulillah Ya Allah terima kasihku
pada-Mu karena karunia-Mu ini. Hamba dapat membeli hijab baru” Aira berucap
dalam hatinya.
No comments:
Post a Comment