Pagi ini Lady
Cempluk sudah nyetil dengan batik geblek rentengnya. Dengan dandanan
sedikit menor, Lady Cempluk sumringah berangkat mengambilkan
rapor anak semata wayangnya, Mas Behi di SD Sudah Maju.
Tiba di sekolah, Lady Cempluk langsung
memasuki ruang kelas empat. Nampaklah John Koplo selaku wali kelas empat
membagikan rapor pada orang tua siswa. Satu per satu orang tua dipanggil ke
depan kelas.
Sampailah giliran Lady Cempluk yang
dipangil.
“Lady Cempluk, orang tua dari Mas Behi
!” John Koplo mendeleng ke arah Lady Cempluk yang bergegas brigas bangun
dari tempat duduknya menuju meja John Koplo.
“Saya Pak.” Lady Cempluk langsung
saja duduk di kursi yang berhadapan dengan John Koplo.
“Ini Bu rapor putrane jenengan, sae
saestu.” Kata John Koplo kepada Lady Cempluk.
Lady Cempluk langsung membuka rapor yang
diterimanya.
“Lhoh, kok Ora ana angkane
Pak ?” Lady cempluk nggumun melihat rapor anaknya yang hanya berisi
deretan huruf.
“Maklum Kurikulum Tigabelas sukanya
bercerita Bu, boten remen angka.” Kata John Koplo meyakinkan.
Lady Cempluk manggut-manggut, banjur
eling kalau dirinya tidak suka membaca. Kini harus merubah mindset untuk
suka membaca, terutama laporan pencapaian belajar anak kesayangannya itu.
“Owalah Le, simbokmu iki wegah
maca je !” Lady Cempluk langsung besengut.
No comments:
Post a Comment