MAKALAH PERSEPSI DIRI

BAB I
PENDAHULAN

A.    LATAR BELAKANG
Setiap individu memiliki karakter yang berbeda-beda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Dari perbedaan karakter-karakter itu, manusia tidak dapat hidup sendiri melainkan membutuhkan orang lain untuk saling mendukung dan membantu, itulah mengapa manusia disebut sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial kita harus beradaptasi, mampu mengerti, dan mampu memahami maksud dari  perbuatan orang lain. Disinilah dibutuhkan sebuah persepsi sosial.
Secara prinsip, proses presepsi sosial dan presepsi diri tidak ada perbedaan. Terutama dalam  hubungannya dengan proses fisioligis dalam otak. Perbedaan yang mendasar antara keduanya adalah  karena pada persepsi diri subjek dan objeknya sama. 
Dalam makalah ini, penyusun hendak memaparkan mengenai persepsi diri dan berbagai hal yang berhubungan dengan persepsi sosial.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian Persepsi Diri ?
2.      Apakah tujuan adanya evaluasi diri itu ?
3.      Apakah pengaruh persepsi diri terhadap atribusi diri  ?
4.      Apakah korelasi antara persepsi diri dengan kesadaran diri ?





BAB II
PEMBAHASAN
A.    PERSEPSI DIRI
Persepsi  (dari bahasa Latin perceptio, percipio) adalah tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan informasi sensoris guna memeberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan. Persepsi meliputi semua sinyal dalam sistem saraf, yang merupakan hasil dari stimulasi fisik atau kimia dari organ pengindra. Seperti misalnya penglihatan yang merupakan cahaya yang mengenai retina pada mata, pencium yang memakai media molekul bau (aroma), dan pendengaran yang melibatkan gelombang suara . Persepsi bukanlah penerimaan isyarat secara pasif, tetapi dibentuk oleh pembelajaran, ingatan, harapan, dan perhatian.  Persepsi bergantung pada fungsi kompleks sistem saraf, tetapi tampak tidak ada karena terjadi di luar kesadaran.[1]
Sedangkan Persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan. Sebaliknya alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi. Artinya, persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Pengindraan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerimaan yaitu alat indera. Namun proses tersebut tidak berhenti di situ saja, pada umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh saraf otak sebagai pusat susunan saraf dan proses itu selanjutnya disebut sebagai proses persepsi.[2]
Persepsi diri adalah upaya Anda mengamati diri Anda sendiri; baik sifat, motivasi, perasaan dan emosi, atau lainnya. Anda sadar perasaan yang Anda alami. Anda tahu niat Anda dalam melakukan sesuatu. Anda paham sikap Anda terhadap sesuatu. Anda tahu alasan mengapa Anda berbuat sesuatu. Anda paham sifat-sifat Anda. Anda tahu kemampuan Anda. Pendek kata, Anda tahu diri Anda sendiri.[3]
Jadi persepsi diri adalah suatu tindakan mengenali dan mengamati berbagai hal yang meliputi sifat, motivasi, perasaan dan emosi, atau lainnya untuk memperoleh gambaran atau informasi tentang lingkungannya.
B.     EVALUASI DIRI
Tujuan yang lebih mendasar dari persepsi diri adalah dalam rangka menilai diri sendiri. Evaluasi diri akan menjadi sulit tanpa adanya pembanding, dalam hal ini orang lain. Oleh karenanya caara yang paling sering digunakan dalam evaluasi diri adalah dengan jalan melakukan perbandingan sosial.
            Teori perbandingan sosial yang banyak dikenal mengacu pada pendapat Leon Festinger, yang menyatakan bahwa seseorang menggunakan orang  lain sebagai dasar perbandingan unutk mengevaluasi diri sendiri baik  dalam hal pendapat maupun dalam hal kemampuan.  Teori ini kemudian berkembang karena pada dasarnya tiap-tiap individu memiliki kebutuhan untuk menilai diri sendiri.. Pada saat seseorang ragu atau tidak yakin dengan keampuan maupun opininya, maka ia butuh tau kondisi yang sesungguuhnya. Untuk mengetahui hal tersebut, maka cara yang digunakan adalah dengan jalan menilai diri sendiri. Di samping itu, pada saat menghadapi persaingan orang juga membutuhkan evaluasi diri. Tujuannya agar dapat mengungguli saingan atau setidaknya menyamai. Apabila kemudian ia sadar bahwa kemampuannya terlalu jauh dibawah dirinya maka akan dilakukan usaha untuk menghindari persaingan itu.
Tentu tidak semua orang bisa dijadikan pembanding dalam perbandingan sosial. Pelari daerah, misalnya, akan berusaha mencari pembanding yang setara dengan dirinya dalam usaha memacu prestasi, tidak membandingakan dirinya dengan pelari yang meraih mendali emas dalam olimpiade. Mencari pembanding yang seimbang dengan kemampuannya atau yang memiliki karakteristik tidak jauh berbeda adalah hal yang paling wajar. Dalam kondisi khusus, keadaan seperti itu sering tidak terjadi. Orang yang keyakinan dirinya rendah, akan berusaha membandingkan dengan orang yang kemampuannya berada dibawah kemampuan yang sesungguhnyadari orang tersebut. Hal ini berbeda dengan orang yang ingin meningkatkan kemampuan dirinya. Orang yang demikian biasanya mencari pembanding yang kualifikasinya lebih tinggi dari pada  dirinya.
Penonjolan keunikan. Salah satu kesulitan dalam menilai diri adalah kecenderungan untuk menggunakan hal-hal yang justru kurang biasa pada dirinya atau hal-hal yang menonjol saj a(dalam arti negaif ataupun positif). Gejala seperti ini biasa disebut dengan distinctiveness postulate.  Apabila hal ini terjadi, maka objektivitas penilaian menjadi berkurang.
Skemata diri. Untuk sampai pada atribusi dalam proses prsepsi, terjadi suatu proses dalam self yang merupakan mental fremewrok (jaringan kerangka kerja mental) yang terbentuk melalui pengalaman –pengalaman untuk memproses pengalaman yang masuk, yang biasa disebbut schema. Dalam kaitannya dengan persepsi diri, skema yang digunakan adalah skema diri, yaitu jaringan kerangka kerja mental yang menentukan bagaimana fakta-fakta tentang diri sendiri yang sedang diperhatikan, bagaimana menyimpan fakta tersebut dalam memori dan bagaimana menggunakan informai tersebut dalam pembentukan impresi tentang diri sendiri. Skema diri bisa digunakan untuk memprediksi bagaimana kita akan merespon terhadap suatu situasi dimasa yang akan datang. Dengan kata lain, pengetahuan tentang skema diri akan mempermudah dalam memprediksi diri sendiri terhadap kemungkinan-kemungkinan situasi yang akan dihadapi dimasa yang akan datang
Verifikasi diri. Dengan mengetahui skema dirinya, orang tidak hanya akan mempermudah memprediksi diri sendiri, tetapi juga kemudian berusaha untuk memperhatikan dan mencari informasi yang sesuai denga skema diri tersebut.
Keadaan seperti ini disebit sebagai verifikasi diri. Contohnya adalah pada orang asertif. Orang ini akan berusaha mencari informasi yang sesuai dengan asertifitasnya itu, dia kemungkinan akan menghindari orang-orang yang kurang asertif dengan tujuan agar situasinya sesuai dengan skema dirinya. [4]

C.    ATRIBUSI DIRI
Darly Bem menyatakan bahwa seseorang mencoba memahami sikap dan karakteristik dirinya sendiri dengan jalan melihat pada perilaku dirinya dan situasi yang ada pada saat itu.
Orang dapat melihat dirinya sebagaimana ia melihat orang lain, dan juga memperhatikan penyebab-penyebab dari perilakunya.
Contoh pada konsep tersebut adalah petinju Muhammad Ali. Dia selalu mengatakan bahwa “sayalah yang terbesar”. Kemudian ia mencocokan dengan keadaan yang sebenarnya. Ternyata ia memang dapat merobahkan lawan-lawannya. Dengan melihat kenyataan ini, ia merasa yakin bahwa ia memang yang terbesar. Sebaliknya, apabila ternyata ia beberapa kali dikalahkan, maka ia akan menyatakan bahwa hal itu disebabkan karna factor situasi. Demikian juga sebaliknya, apabila ia ternyata memang bukan yang terbesar, tetapi hal itu lebih bertujuan untuk menarik penonton menyaksikan pertandingannya. Bukan gambaran tentang dirinya.
Mungkinkah persepsi diri objektif ? Pada dasarnya persepsi diri bisa objektif. Untuk membuktikan hal itu bisa menggunakan kerangka berfikir dari teori disonansi. Menurut teori ini pada dasarnya setiap individu berusaha untuk bisa dalam keadaaan konsisten antar berbagai hal dalam dirinya (perbuatan, pikiran dan perasaan). Dalam kata lain kondisi yang diinginkan adalah kondisi konsonan, selaras antara pikiran, perkataan, dan perbuatannya. Apabila tidak ada konsistensi antar dua aspek atau lebih dalam dirinya, maka kondisi ini disebut senagai disonansi. Salah satu cara yang sering ditempuh untuk mengetahui atau menguji objektifitas tersebut adalah melalui intropeksi.
Efek justifikasi berlebihan. Sering terjadi bahwa seseorang merasa lebih puas apabila perilakunya merupakan cerminan keadaan dalam dirinya., sesuai dengan atribusi internal dirinya. Pada kenyataannya tidak jarang terjadi bahwa seseorang melakukan sesuatu menurut atau sesuai dengan kemauannya, namun orang lain justru memberi hadiah padanya. Akibatnya orang yang bersangkutan merasa tidak puas atau kurang yakin dengan kemampuannya. Selanjutnya ia menjadi kurang bersemangat melakukan hal itu. Kondisi seperti ini disebut sebagai efek justifikasi yang berlebihan, sedangkan hadian yang menyebabkan efek ini disebut dengan controlling reward.
Excication transfer. Dolf Zilman menemukan bahwa sering terjadi pengaruh dari keadaan fisik terhadap proses atribusi. Salah satu penyebab terjadinya keadaan seperti ini adalah adanya pengaruh dari ephinephrine, hormone perangsang. Hormone ini mendorong seseorang ke dalam kondisi emosi yang menonjol atau ekstrim. Dalam keadaan demikian, maka proses atribusi menjadi terpengaruh. Contoh dari keadaan seperti ini adalah dalam kondisi yang mencekam. Hasil penelitian menemukan bahwa dalam keadaan mencekam, orang akan menilai sesuatu yang menyenangkan lebih menyenangkan lagi dari keadaan yang sesungguhnya, dan sesuatu yang kurang menyenangkan menjadi sangat kurang menyenangkan.
Ilusi control. Sering pula terjadi bahwa seseorang merasa yakin mampu mengontrol keadaan, bahkan keadaan yang terjadi karena kebetulan. Keyakinan mempunyai kemampuan mengontrol keadaan yang sesungguhya random ini disebut dengan ilusi control. Contohnya adalah pada para penjudi,. Mereka sering sekali mampu meramalkan angka yang akan muncul pada pelemparan dadu., sehingga berani bertaruh dalam jumlah yang banyak.
Ketiga hal diatas, overjustifikai, excitation transfer, dan ilusi control, yang sering menimbulkan bias dalam atribusi diri.[5]

D.    KESADARAN DIRI
Orang yang mampu mempersepsikan diri dengan baik berarti mempunyai kesadaran diri yang baik pula. Selanjutnya orang yang sadar diri ini  lebih banyak memperhatikan dan memproses informasi tentang dirinya. Ia menjadi sadar tentang jarak antara ideal diri dengan kenyataan dirinya dan juga menjadi lebih kritis terhadap dirinya. Orang yang kesadaran dirinya tinggi juga mengetahui dirinya secara lebih baik, memahami emosi-emosinya, dan mampu mengetahui moodnya pada suatu moment tertentu.
Dengan singkat orang memiliki kesadaran tinggi juga mampu menyesuaikan dirinya dengan situasi yang dialamai, atau memiliki pemonitoran diri yang baik. Oleh karena itu iajuga mamou membaca situasi sosial dalam rangka memahami orang lain dan mengerti harapan orang lain terhadap dirinya. Sebaliknya, orang yang rendah monitor dirinya cinderung konsisten perilakunya dari waktu-kewaktu karena memang tidak ada usaha untuk menyesuaikan diri dengan situasi yng dihadapinya. [6]








BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
1.      Persepsi diri adalah suatu tindakan mengenali dan mengamati berbagai hal yang meliputi sifat, motivasi, perasaan dan emosi, atau lainnya untuk memperoleh gambaran atau informasi tentang lingkungannya.
2.      Tujuan yang lebih mendasar dari persepsi diri adalah dalam rangka menilai diri sendiri.
3.      Terjadi pengaruh dari keadaan fisik terhadap proses atribusi. Salah satu penyebab terjadinya keadaan seperti ini adalah adanya pengaruh dari ephinephrine, hormone perangsang. Hormone ini mendorong seseorang ke dalam kondisi emosi yang menonjol atau ekstrim.
4.      Orang yang mampu mempersepsikan diri dengan baik berarti mempunyai kesadaran diri yang baik

B.     Saran
1.      Mahasiswa seyogyanya perlu untuk memahami pentingnya persepsi diri dalam kehidupan sosialnya.

C.    Penutup
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT karena kami mampu untuk menyelesaikan makalah ini. semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pemakalah pada khususnya dan pembaca pada umumnya.








DAFTAR PUSTAKA


Faturochman. 2006. Pengantar Psikologi Sosial. Yogyakarta:Penerbit Pinus
http://id.wikipedia.org/wiki/Persepsi diakses pada tanggal 8 November 2014
Psi-sosial.blogdpot.com/2011/10/persepsi-sosial.html diakses pada tanggal 8 November 2014
http://chacagus.wordpress.com/persepsi- diri/ diakses pada tanggal 8 November 2014



[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Persepsi diakses pada tanggal 8 November 2014
[2] Psi-sosial.blogdpot.com/2011/10/persepsi-sosial.html diakses pada tanggal 8 November 2014
[3] http://chacagus.wordpress.com/persepsi- diri/ diakses pada tanggal 8 November 2014
[4] Faturochman, Pengantar Psikologi Sosial, (Yogyakarta:Penerbit Pinus, 2006) hlm.25
[5] Ibid. hlm.27
[6] Ibid.hlm.28

Comments